Rusia Pakai Rudal Nuklir ke Ukraina, Perang Dingin Bakal Terulang?
Jumat, 22 Nov 2024 19:50 WIB
Sejumlah pakar negara Barat memperingatkan ancaman Perang Dingin yang bisa kembali terjadi usai Rusia menggunakan rudal Oreshnik serang Ukraina. (Foto: AFP/MIKHAIL METZEL)
--
Sejumlah pakar negara Barat memperingatkan ancaman Perang Dingin yang bisa kembali terjadi imbas peluncuran rudal baru Rusia, Oreshnik, yang disebut-sebut berkemampuan nuklir, ke Ukraina.
Direktur Proyek Informasi Nuklir di Federation of American Scientists, Hans Kristensen, mengatakan Rusia telah meluncurkan rudal balistik yang membawa beberapa hulu ledak dalam perangnya dengan Ukraina pada Kamis (21/11) lalu.
Rudal balistik dengan beberapa hulu ledak seperti ini dikenal dengan Multiple Independently targetable Reentry Vehicle (MIRV). Kristensen berujar MIRV tak pernah digunakan sebelumnya dalam pertempuran di negara mana pun.
"Sepengetahuan saya, ini pertama kalinya MIRV digunakan dalam pertempuran," kata Kristensen, seperti dikutip CNN.
Di masa Perang Dingin, MIRV dikembangkan untuk memungkinkan pengiriman beberapa hulu ledak nuklir dengan satu peluncuran. Serangan rudal Rusia di Dnipro, Ukraina, sementara itu tidak dipersenjatai hulu ledak nuklir, melainkan senjata konvensional.
Di era nuklir, rudal balistik menjadi dasar pencegahan para pihak yang berkonflik untuk meluncurkan nuklir.
Rudal balistik dirancang untuk digunakan sebagai senjata yang aman agar tidak ada pihak yang tersulut untuk melancarkan serangan nuklir.
Kendati demikian, situasi saat ini berbeda dengan di era nuklir. Alih-alih mencegah serangan nuklir, para pendapat menilai rudal balistik, terutama MIRV, dapat mengundang meletusnya serangan nuklir.
Kristensen berujar kapasitas MIRV begitu merusak sehingga eksistensinya sangat mengkhawatirkan.
MIRV bisa menjadi senjata serang pertama serta juga bisa menjadi target serang pertama.
Union of Concerned Scientists memaparkan ada dua skenario yang begitu erat dengan MIRV. Pertama, digunakan. Kedua, dimusnahkan.
Kedua skenario ini sama-sama berpotensi memperluas perang ke skala yang jauh lebih besar.
Di masa perang, akan lebih mudah bagi pihak yang berkonflik untuk menghancurkan beberapa hulu ledak sebelum diluncurkan ketimbang menembak jatuhnya.
Kendati begitu, ketika sedang kritis, menyerang lebih dulu menggunakan MIRV bisa menghasilkan kemajuan yang signifikan.
Serangan Rusia ke Dnipro pada Kamis telah menunjukkan betapa menakutkannya MIRV. Beberapa hulu ledak jatuh di sudut yang berbeda pada target. Setiap hulu ledak pun harus dikalahkan dengan roket anti rudal.
Meski bukan hulu ledak nuklir, penggunaan MIRV dalam operasi tempur konvensional seperti ini jelas akan menimbulkan kegelisahan baru di dunia.
Sebab ini merupakan penyimpangan terang-terangan dari doktrin pencegahan Perang Dingin yang telah berjalan selama puluhan tahun terakhir.
(blq/rds)
Komentar
Posting Komentar