Atase Militer Rusia Siap Rundingkan Pasokan Su-35 Indonesia Kalau Jakarta Mau Beli Lagi Pesawat Sukhoinya - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.COM- Jika tak terhalang ancaman sanksi CAATSA dari Amerika Serikat (AS), Indonesia seharusnya sudah mendapatkan jet tempur Su-35 Rusia untuk memperkuat TNI AU.
Tahun 2017 lalu, Rusia dan Indonesia sudah mengumumkan kesepakatan 1,1 miliar dolar AS untuk 11 pesawat tempur canggih Su-35.
Jika tak ada halangan termasuk ancaman sanksi CAATSA AS, pada tahun 2019 lalu dua unit Su-35 harusnya sudah mendarat di Indonesia.
Nyatanya skema jual beli Su-35 Indonesia dan Rusia yang rencana awalnya akan melibatkan skema imbal dagang atau imbal beli hingga kini tak dilakukan.
Namun, dikutip Zonajakarta.com dari Military Watch Magazine edisi 9 Mei 2024, kontrak pembelian jet tempur Su-35 Indonesia disebut masih berlaku.
"Duta Besar Indonesia untuk Rusia Jose Tavares telah mengonfirmasi bahwa negara tersebut telah mempertahankan kontraknya untuk membeli 11 jet tempur Su-35S 'generasi 4++ dari negara tersebut, yang bertentangan dengan spekulasi selama bertahun-tahun dari sumber-sumber Barat bahwa negara tersebut berencana untuk mengalihkan armadanya ke jet tempur Barat yang beroperasi penuh.
Baca Juga:
'Memang, pada suatu saat Rusia dan Indonesia menandatangani perjanjian ini.
Indonesia tidak pernah menghentikannya, tetapi ditunda untuk menghindari potensi ketidaknyamanan tertentu,' katanya, yang ditafsirkan sebagai referensi terhadap ancaman dari Washington untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Jakarta berdasarkan Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA) jika Jakarta melanjutkan akuisisi tersebut.
Jakarta, kata duta besar, sedang menunggu situasi menjadi 'lebih akomodatif' untuk kembali melaksanakan kontraknya.
Kesepakatan senilai $1,1 miliar tersebut adalah yang kedua yang ditandatangani oleh klien asing untuk Su-35, dan diikuti kemudian pada tahun itu oleh kontrak untuk lebih dari dua lusin jet tempur oleh Kementerian Pertahanan Mesir, yang kemudian membatalkan akuisisi tersebut karena ancaman perang ekonomi Barat," jelas Military Watch Magazine.
Benar saja, dikutip Zonajakarta.com dari TASS edisi 19 Oktober 2024, media Rusia tersebut mengutip pernyataan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov bahwa kontrak penjualan Su-35 negaranya untuk NKRI ternyata belum dibatalkan.
"Terkait kontrak pengadaan jet tempur Su-35 Rusia untuk Indonesia, menurut informasi terakhir kontrak tersebut telah dibekukan.
Baca Juga:
Apakah pihak Indonesia telah menjelaskan alasan keputusan tersebut dan bagaimana nasib kontrak tersebut?," tanya TASS kepada orang nomor 1 Rusia di Indonesia tersebut.
"Anda mengatakan dengan benar bahwa kontrak tersebut tidak dibatalkan, tidak dihentikan, tetapi dibekukan.
Kami berasumsi bahwa kontrak tersebut akan dilaksanakan cepat atau lambat.
Kapan dan bagaimana menjadi pertanyaan bagi pemerintah Indonesia berikutnya, terserah mereka untuk mengambil keputusan.
Sejauh yang kami pahami, minat terhadap peralatan penerbangan Rusia tetap ada," jawab Duta Besar Rusia untuk Indonesia.
Meski demikian, Sergei Tolchenov tidak bisa menjelaskan secara pasti kenapa kontrak pembelian Su-35 dibekukan Indonesia.
Baca Juga:
"Tidak ada penjelasan yang jelas, tetapi sejauh yang kami pahami, ada kesulitan dalam perhitungan.
Saya tidak mendengar hal ini secara langsung, tetapi saya kira ada tekanan kuat dari negara-negara Barat.
Sekali lagi, tidak dapat dikatakan bahwa pihak Indonesia menyerah karena tekanan ini, karena kontrak tersebut tidak dibatalkan.
Kami yakin bahwa ada kesepakatan, dan kesepakatan tersebut dicapai pada tingkat yang cukup tinggi, dan akan dilaksanakan," jelas Sergei Tolchenov.
Bahkan, Kedutaan Besar Rusia disebut mengusulkan Indonesia untuk kembali berunding soal Su-35.
Hal ini seperti dikutip Zonajakarta.com dari Aviation Union edisi 28 April 2024, dalam artikel berjudul "Kedutaan Besar Rusia Usulkan Indonesia Kembali Berunding Soal Su-35" media Rusia itu menyebut negaranya siap berunding dengan Indonesia soal pasokan Su-35.
Baca Juga:
"Moskow siap kembali berunding dengan Indonesia soal pembelian jet tempur Su-35 Rusia jika Jakarta juga berniat demikian, kata Maxim Lukyanov, atase militer Kedutaan Besar Rusia di Indonesia," tulis Aviation Union.
Pada 2021, Indonesia resmi menolak membeli jet tempur dari Rusia dan memutuskan membeli pesawat tempur Prancis dan Amerika sebagai gantinya.
Pihak berwenang Indonesia disebut megatakan masalah anggaran sebagai alasannya, tetapi para ahli mengatakan alasan sebenarnya adalah ketakutan akan sanksi dari Amerika Serikat.
"Saya bisa sampaikan, kalau Indonesia mau beli lagi pesawat Sukhoi... kami siap memasoknya ke Indonesia, tentu saja, kalau Jakarta mau.
Kami siap berunding soal ini," kata Lukyanov seperti dikutip dari artikel Aviation Union.
Rusia sejak awal telah meminta agar komoditas yang digunakan dalam imbal beli dengan Sukhoi Su-35 ini adalah karet mentah.
Proses pembahasan imbal beli bahkan sudah mulai dilakukan sejak tahun 2017 saat Menteri Perdagangan Indonesia dijabat oleh Enggartiasto Lukita.
Baca Juga:
Namun, Indonesia tegas menolak permintaan Rusia tersebut. Enggar menjelaskan bahwa bukan tanpa alasan ia menolak permintaan Rusia yang menginginkan karet mentah.
"Semula mereka harapkan karet saja, tapi kami minta tidak itu saja," ucap Enggar dikutip Zonajakarta.com dari Antara (22/8/2017).
Enggar ingin imbal beli ini seimbang dan sama-sama memberi keuntungan baik untuk Rusia dan Indonesia.
"Kami menyampaikan pada Rostec (perusahaan Rusia yang ditunjuk untuk mengurus teknis imbal beli), komoditi dan produk yang diekspor punya nilai tambah. Kami sama dengan Rusia, Anda jual pesawat ada added value. Kami juga jual sesuatu yang ada added value," jelas Enggar.
Indonesia tidak akan mengekspor karet mentah karena ini produk mentah tanpa nilai tambah.
Pada 10 Agustus 2017 saat pelaksanaan Misi Dagang ke Rusia yang dipimpin oleh Mendag Enggar, Rostec menjamin akan membeli lebih dari satu komoditas ekspor Indonesia.
Baca Juga:
Pilihan Rusia jatuh pada karet olahan dan turunannya, CPO dan turunannya, mesin, kopi dan turunannya, kakao dan turunannya, tekstil, teh, alas kaki, ikan olahan, furnitur, kopra plastik dan turunannya, resin, kertas, rempah-rempah, produk industri pertahanan, dan produk lainnya.
Tapi rencana ini sekarang dihentikan, meski Duta Besar Rusia menyebut kontrak pembelian Su-35 Indonesia tidak dibatalkan.
***
Komentar
Posting Komentar