Beredar Video Siswa SD Al Abidin Solo Jateng Diangkut Pakai Truk saat Kemah, Tuai Protes Wali Murid - Halaman all - Tribunsolo

 

Beredar Video Siswa SD Al Abidin Solo Jateng Diangkut Pakai Truk saat Kemah, Tuai Protes Wali Murid - Halaman all - Tribunsolo

Laporan Wartawan TribunSolo.com, Ahmad Syarifudin

TRIBUNSOLO.COM, SOLO - Viral di media sosial, unggahan memperlihatkan siswa sekolah dasar (SD) di bawah naungan Yayasan Al Abidin Solo, Jawa Tengah, berkemah menumpang truk terbuka.

Narasi dalam video menyebutkan jika anak-anak itu diangkut menaiki truk terbuka melalui jalan tol.

Bahkan disebut-sebut sejumlah siswa SDII Al Abidin Solo tidak bisa bernafas sampai muntah-muntah.

Baca juga: Viral Aksi Perampokan Gagal di Karanganyar Jateng, Bawa Celurit Ancam Korban, Kabur Usai Ketahuan

Video itu pun memantik protes dari para orangtua murid Al Abidin.

Menanggapi video viral itu, Koordinator Orang Tua Murid, Iman Buhairi Santoso mengungkapkan protes para orang tua terhadap sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Al-Abidin tidak hanya mengenai anak-anak yang berkemah diangkut pakai truk melalui jalan tol.

Berbagai masalah terjadi di sekolah tersebut mulai dari biaya membengkak yang dibebankan orang tua hingga fasilitas yang tak memadai.

Awalnya, pihaknya protes lantaran membayar biaya daftar ulang tiap kenaikan kelas menjadi syarat mengambil rapor.

Baca juga: Potret Sholawat dan Ngaji Bersama Habib Ali Zaninal Abidin, Jemaah Padati Alun-alun Klaten

Biaya daftar ulang dipatok hingga sekitar Rp 2 juta.

Selain itu, mereka juga diminta biaya-biaya lain di luar SPP bulanan.

“Tuntutan kami hanya rapor awalnya. Sudah bayar SPP ya sudah nggak usah bayar zakat idul fitri ditarik di bulan Desember. Harus daftar ulang 50 persen. Ketentuan yang berlaku mendadak. Tahun kemarin masih bisa sekarang harus. Kalau nggak rapor nggak bisa dibuka,” ungkapnya saat dihubungi Kamis (26/12/2024).

Ia menjelaskan jika hanya membayar SPP senilai Rp 900 ribu masih mampu.

Namun, karena banyak biaya-biaya di luar itu yang dibebankan ke orang tua murid, mereka keberatan.

Bahkan jika diakumulasi ia bisa mengeluarkan uang hingga Rp 5 juta per bulan.

Baca juga: Viral Perampokan Gagal di Karanganyar Jateng : Todong Celurit ke Korban yang Lagi Tidur

“Sebenarnya SPP mampu hanya digandeng dengan ada 50 persen daftar ulang, zakat, kurban di sekolah, sumbangan. Tiap hari Senin bawa Rp 50 ribu. Selain SPP mungkin sekitar Rp 5 juta. Termasuk zakat, sumbangan, parcel untuk orang kampung. Yang heran galon per anak Rp 90 ribu per bulan,” ungkapnya.

Dengan mahalnya biaya ini ternyata tak sebanding dengan fasilitas yang didapat.

Ia yang awalnya dijanjikan catering untuk makan siang murid ternyata tidak pernah menerima.

Saat ditanya pihak sekolah menurutnya memberikan jawaban bahwa catering bukan kewajiban sekolah.

Baca juga: Anak Pak Tarno Tak Senang Foto Ayahnya Jualan Ikan Cupang Viral, Ini Alasannya

“Katanya ada catering. Begitu ditanya, itu sedekah, nggak terima. Itu hanya sedekah bebas mau ngasih. Seakan sekolah menghindari catering. Senin-Kamis disuruh puasa. Selasa, Rabu, Jumat, anak-anak pulangnya jam 11. Sebelum makan siang sudah pulang,” ungkapnya.

Sedangkan untuk fasilitas komputer, ia harus mengeluarkan biaya lagi untuk mengangsur.

Selain itu, komputer yang rusak juga tidak diperbaiki padahal ia juga membayar biaya perawatan.

“Ada fasilitas komputer. Yang namanya fasilitas kan udah disediakan pihak sekolah. Ternyata setelah masuk sampai kelas 6 kita nyicil tiap bulan. Per bulan minta perawatan. Komputer itu menjadi bulanan perawatan bulanan. Kalau sudah selesai dibawa pulang. Saya lihat ada yang rusak tidak diperbaiki. Katanya ada perawatan. Jadi manipulatif semua,” jelasnya.

(*)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita