Digerojok APBD 100 M Lebih Setahun Mangkrak, Ada Apa dengan Proyek Wisata Religi di Bojonegoro - Kabar Pasti
Digerojok APBD 100 M Lebih Setahun Mangkrak, Ada Apa dengan Proyek Wisata Religi di Bojonegoro - Kabar Pasti
KEBERADAAN bangunan berupa masjid megah di atas lahan/tanah di pinggir jalan Nasional Bojonegoro – Ngawi tepatnya di Desa Sumberjo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur hingga kini masih belum jelas peruntukannya.
Tak sedikit warga sekitar bahkan masyarakat yang melintas di depan bangunan tersebut sering bertanya-tanya, itu bangunan apa, untuk apa, dan siapa yang membangun (swasta atau pemerintah). Sebab, dari luar nampak bangunan megah berhias ornamen indah disertai sejumlah kubah masjid itu berada di bawah tebing.
Jika hendak melihat bangunan megah itu secara detail harus mendekat. Tetapi sayangnya tidak semua orang bisa memasuki kawasan tersebut. Sebab, pintu masuk bangunan tertutup rapat. Sehingga hanya bisa mengintip dari luar bangunan.
Di 11 TPS, Pasangan Wannur Cabup-Cawabup Bojonegoro Borong Habis Suara
Tidak jarang pula warga menggunakan teknologi drone untuk melihat bangunan megah yang mangkrak kurun waktu satu tahun. Jika mempunyai akun di sosial media (TikTok) di sana banyak yang membagikan video konten bangunan megah dengan sejumlah kubah yang ada di Desa Sumberjo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro.
Lagi-lagi muncul pertanyaan, itu bangunan apa, untuk apa, siapa yang membangun, kok sampai sekarang masih belum ada kejelasan, ada apa sebenarnya dengan bangunan itu?.
Singkat cerita, media kabarpasti.com akhirnya mencoba menggali beberapa kabar tentang bangunan megah itu dari berbagai laman.
Walhasil, sedikit demi sedikit meski tidak keseluruhan namun dapat diketahui bahwa bangunan tersebut merupakan mega proyek yang dilaksanakan pemerintah kabupaten (Pemkab) Bojonegoro sejak empat tahun silam. Dengan sumber pembiayaan dari APBD Kabupaten Bojonegoro secara bertahap.
Proyek mercusuar itu diberi nama pembangunan wisata religi dan ruang terbuka hijau yang digrojok anggaran sebesar 110 miliar selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2021 hingga 2023 lalu. Anggaran segede itu pun belum termasuk biaya pengadaan lahan maupun biaya perencanaan dan pengawasan.
Memang Kabupaten Bojonegoro ini sangat luar biasa. Kalau dalam istilah guyonan masyarakat, kekuatan APBD kita ini tidak ada nomor serinya. Bagaimana tidak, coba diingat kembali, berapa anggaran (APBD) yang dihibahkan ke kabupaten lain beberapa tahun terakhir.
Kurang mbois bagaimana, sedangkan APBD Bojonegoro tahun 2024 ini tercatat mencapai 8 triliun, tetapi membangun wisata religi saja tidak tuntas dan terkesan mangkrak alias medak tidak karuan.
Ini konsepnya bagaimana toh, proyek tiga tahun dianggarkan berturut-turut (2021, 2022, 2023) untuk pelaksana kegiatan dua tahun dengan PT yang sama, untuk tahap 3 di tahun 2023 pelaksana kegiatannya berbeda. Tapi di tahun 2024 ini tidak dilanjutkan, sebenarnya ada apa dengan proyek itu?.
Membangun kawasan wisata religi tentunya harus melalui kajian dan perencanaan yang super matang, apalagi menggunakan APBD alias uang negara, gumam sejumlah warga.
Maksud, tujuan, harapan ke depannya itu bagaimana, khususnya dampak sosial ekonomi terhadap masyarakat, harus diperhatikan secara serius. Bukan hanya sekadar membangun karena berpikir APBD kabupaten Bojonegoro gede.
Ada juga sosok pemerhati yang mengungkapkan kekesalannya. “Kalau membangun proyek hanya mengandalkan APBD kita gede, itu sama artinya pemerintahan sangat tidak kreatif dan tidak memiliki inovasi bahkan tidak berorientasi tentang kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat, sangat konyol”.
Kenapa, kok tidak menggandeng investor swasta saja, untuk membuat kawasan wisata religi, seperti yang dilakukan daerah lain.
Kalau tujuannya membangun kawasan wisata religi mestinya Pemkab Bojonegoro cukup menyediakan lahan dengan sistem sharing profit, untuk urusan pekerjaan fisik serahkan saja kepada pihak investor. Dengan begitu, tidak harus menggunakan keuangan daerah yang harus repot menganggarkan tahap demi tahap, yang ujungnya juga belum jelas.
Dari hasil pencarian data, proyek pembangunan wisata religi dan ruang terbuka hijau di Desa Sumberjo, Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro itu sudah dilaksanakan selama tiga tahap.
Pada pembangunan tahap pertama dilakukan tahun 2020 dengan pembiayaan dari APBD sebesar Rp 24.450.000.000,00 untuk kontraktor pelaksana yakni PT Jaya Etika Beton yang beralamat di jalan Ketintang Baru Selatan VII/6, Surabaya.
Di tahap 2 tahun 2022 pembangunan wisata religi dan ruang terbuka hijau Pemkab Bojonegoro menggelontorkan anggaran senilai Rp 44.092.519.500,00. Dan kontraktor pelaksana kegiatan yakni PT Jaya Etika Beton yang beralamat di jalan Ketintang Baru Selatan VII/6, Surabaya.
Dan di tahap 3 pembangunan wisata religi dan RTH di Desa Sumberjo, Kecamatan Margomulyo tersebut kembali digrojok anggaran sebesar Rp 45.000.000.000,00, dengan kontraktor pelaksana kegiatan yakni PT Cipta Karya Multi Teknik yang beralamat di jalan Ketintang Madya Cempaka No. 59 Surabaya.
Harapan masyarakat, dengan anggaran ratusan miliar yang bersumber dari APBD Kabupaten Bojonegoro, tentunya segera mendapat kejelasan. Kapan bangunan tersebut dimanfaatkan, untuk apa, dan tentunya keterbukaan informasi yang berkaitan dengan pengelolaan, serta segala dampak positif yang dapat dirasakan secara langsung.
Komentar
Posting Komentar