Terungkap Alasan Jet Tempur Incaran Indonesia Ini Bisa Lebih Mahal Harganya Ketimbang Jet Tempur Siluman F-35 - Zona Jakarta

ZONAJAKARTA.com - Jet tempur generasi kelima F-35 merupakan salah satu program persenjataan termahal.
Tentunya banyak yang mengira bahwa harganya jauh lebih mahal ketimbang F-15 EX.
Terlebih mengingat fakta bahwa F-15 EX tak memiliki teknologi siluman dan tergolong sebagai jet tempur generasi keempat.
Namun kenyataanya tidak demikian.
F-15 EX yang baru harganya sedikit lebih mahal daripada F-35, seperti dilaporkan laman 19fortyfive.com, Sabtu (30/11/2024).
Harga F-35A pada tahun 2023 akan menelan biaya militer sekitar USD 82,5 juta per unit.
Namun, F-15 EX memiliki banderol harga USD 90 juta untuk biaya terbang.
Harga F-15 EX sebenarnya naik dan turun sejak Angkatan Udara AS membeli F-15 EX dan F-35 dalam jumlah banyak.
Breaking Defense melaporkan bahwa harga untuk F-15 EX akan mulai dari sekira USD 90 juta untuk lot 2, naik menjadi USD 97 juta di lot 3, dan kemudian turun menjadi USD 94 juta di lot 4.
Baca Juga:
Pada bulan November 2022, Angkatan Udara AS membeli lot 1 F-15 EX dengan harga murah sebesar USD 80,5 juta untuk enam jet tempur.
Itu adalah kesepakatan yang lebih baik bagi para pembayar pajak.
Sebagai perbandingan, F-35A telah mencapai lot ke-15.
Jet tempur siluman ini memiliki biaya terbang rata-rata sebesar USD 82,5 juta untuk lot produksi jet ke-15, ke-16, dan ke-17, yang akan dikirimkan pada tahun kalender 2023, 2024, dan 2025.
Itu untuk F-35A milik Angkatan Udara AS.
Namun, Angkatan Laut dan Korps Marinir AS membayar lebih mahal untuk varian mereka.
Jet tempur F-35B untuk Marinir berharga USD 109 juta per unit dan biaya lepas landas dan pendaratan F-35C untuk Angkatan Laut adalah USD 102,1 juta.
Jadi jet-jet itu harganya lebih mahal daripada F-15EX.
Namun, mari fokus pada F-35A milik Angkatan Udara AS sejenak.
Salah satu alasan mengapa F-15 EX lebih mahal daripada F-35A adalah biaya pabrik.
Boeing harus merombak lini produksi, yang membutuhkan banyak tenaga kerja dan investasi baru.
Inflasi memengaruhi hal ini dan mendorong harga naik.
Pekerja terampil sulit ditemukan, dan mereka biasanya harus dibayar upah serikat pekerja yang telah naik selama bertahun-tahun.
Baca Juga:
F-35A, sebagai perbandingan, telah dibangun selama bertahun-tahun dan diproduksi dengan kecepatan penuh sementara Lockheed Martin tidak perlu mengubah jalur produksi.
Pembuatan F-35A telah mampu menciptakan skala ekonomi.
Semakin banyak yang dibuat, semakin rendah biaya produksi karena F-35A adalah pesawat yang matang.
Selain itu, F-15 EX Eagle II juga mengalami pandemi dan memiliki lebih banyak masalah kekurangan rantai pasokan daripada F-35A.
Inflasi tersebut berdampak lebih besar pada program Boeing.
Salah satu aspek dari kedua program itu adalah mereka mengekspor ke militer asing.
F-15 EX Eagle II akan dikirim ke Indonesia dan Polandia, yang akan membantu menurunkan harga satuan rata-rata dari waktu ke waktu.
Indonesia sendiri telah mengincar F-15 EX sejak lama, lapor Bulgarian Military.
Sebuah nota kesepahaman pun telah ditandatangan antara Indonesia dan Boeing pada 2023 lalu.
Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia berencana membeli 24 unit F-15 EX.
Baca Juga:
F-15 EX akan lebih banyak terjual ke pelanggan asing, sehingga menekan biaya rata-rata unit pesawat yang terbang jauh karena program ini menciptakan skala ekonomi yang lebih besar seperti F-35A.
Namun jika biaya terus meningkat, pengawas pemerintah akan menunjukkan taring mereka dan menyelidiki program tersebut serta Kongres AS dapat selalu bekerja untuk menyoroti biaya yang membengkak.
Itu akan memberikan insentif bagi program F-15 EX agar menjadi lebih terjangkau.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar