Viral Mesin Penjual Otomatis Jual Hewan Peliharaan Hidup, Tuai Kontroversi - Hot Liputan6
Kucing-kucing mungil dipajang di dalam kotak transparan yang menarik perhatian para pengunjung mal.
diperbarui 25 Des 2024, 18:15 WIBDiterbitkan 25 Des 2024, 18:15 WIB
Viral Mesin Penjual Hewan Peliharaan Hidup Tuai Kontroversi, Dipajang Bak Boneka (Sumber: Oddity Central)
Liputan6.com, Jakarta Mesin penjual otomatis biasanya digunakan untuk menjual minuman atau makanan ringan. Tetapi di kota-kota besar seperti Beijing dan Shanghai, mesin ini kini juga menawarkan hewan peliharaan hidup. Kucing-kucing mungil dipajang di dalam kotak transparan yang menarik perhatian para pengunjung mal.
“Tujuan utama dari hal ini adalah untuk mencegah orang-orang menganiaya atau menelantarkan kucing setelah mereka membawa pulang mereka,” kata seorang karyawan toko hewan peliharaan kepada News Weekly.
Fenomena ini pertama kali muncul pada Mei tahun ini dan menimbulkan masalah lain. Mesin penjual otomatis ini disebut menawarkan kucing ras mahal secara "gratis" hanya dengan menandatangani kontrak adopsi. Namun, di balik tawaran tersebut, terselip beban finansial yang mengejutkan banyak orang.
Kasus Yuan, seorang warga Shanghai, menjadi sorotan setelah ia membawa pulang kucing gratis dari pusat perbelanjaan. Belakangan ia baru menyadari kewajiban membayar biaya bulanan sebesar Rp 1,7 juta selama dua tahun. Ia merasa tertipu karena kontrak yang ia tandatangani tak memperjelas rincian biaya tambahan tersebut.
Berikut selengkapnya Liputan6.com merangkum fenomena viral ini melansir dari Oddity Central, Rabu (25/12/2024).
Mesin Penjual Kucing Jadi Sorotan
Viral Mesin Penjual Hewan Peliharaan Hidup Tuai Kontroversi, Dipajang Bak Boneka (Sumber: Oddity Central)
Mesin penjual hewan peliharaan ini awalnya disebut sebagai inovasi dalam "ekonomi tak berawak." Banyak orang terpikat oleh konsep ini karena kemudahannya. Tetapi, kepraktisan ini justru membawa masalah baru bagi konsumen.
Kucing-kucing dipajang dalam kotak transparan yang menarik perhatian di pusat perbelanjaan. Namun, wadah tersebut sering kali dianggap terlalu kecil untuk kenyamanan hewan. “Anak kucing itu terlihat begitu lucu, tetapi sepertinya tidak bahagia di dalam sana,” kata seorang pengunjung di mal Shanghai kepada media lokal.
Pakar kesejahteraan hewan mempertanyakan dampak model bisnis ini terhadap kesejahteraan hewan. Banyak pihak mendesak pemerintah untuk mengatur praktik tersebut agar tidak merugikan hewan maupun pembeli.
Konsumen Merasa Tertipu Adopsi Kucing Gratis
Simak panduannya berikut ini yuk!
Kisah Yuan di Shanghai menjadi viral setelah ia membagikan pengalaman adopsi kucing "gratis." Ia merasa senang saat membawa pulang kucing American Shorthair berusia tiga bulan. Namun, ia terkejut saat mengetahui adanya biaya wajib bulanan.
Kontrak yang ia tandatangani mencantumkan kewajiban membeli makanan dan perlengkapan dari toko tertentu. "Harga perlengkapan yang mereka berikan terlalu mahal dan bahkan bukan dari merek terkenal," ungkap Yuan kepada China Youth Daily. Hal ini membuat kucing tersebut jauh lebih mahal daripada membelinya langsung dari peternak.
Kasus serupa banyak terjadi di seluruh Tiongkok. Seorang wanita melaporkan dirinya terlilit utang $750 (Rp 12 juta) meski kucingnya mati secara tiba-tiba. Kontrak tersebut mengharuskan pembayaran tetap dilakukan selama dua tahun penuh.
Tanggapan Operator dan Pakar Hukum
Bandi pemenang kucing mirip Bobby The Cat milik capres Prabowo Subianto saat mengikuti lomba di DPP Partai Gerindra, Jakarta, Sabtu (9/3). Lomba ini sekaligus untuk sosialisasi adopsi kucing liar. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Operator mesin penjual hewan peliharaan membela model bisnis ini sebagai langkah melindungi kesejahteraan hewan. Mereka beralasan, kontrak pembayaran dua tahun dirancang agar pemilik bertanggung jawab penuh atas hewan peliharaan.
“Tujuan utama dari hal ini adalah untuk mencegah orang-orang menganiaya atau menelantarkan kucing setelah mereka membawa pulang mereka,” kata seorang karyawan toko hewan peliharaan kepada News Weekly. Pernyataan ini memicu debat lebih lanjut di media sosial.
Pakar hukum mengingatkan masyarakat untuk membaca kontrak dengan saksama sebelum mengadopsi hewan. "Orang-orang harus berhenti berpikir dengan hati dan mulai menggunakan logika," ujar seorang pengacara kepada Pet News Forum. Hal ini penting untuk menghindari jebakan finansial yang merugikan di kemudian hari.
Komentar
Posting Komentar