Bukan Batu Bara, Perusahaan Asal Kukar Ini Bakal Ekspor Sapu Lidi ke India
Reporter: Lodya Astagina | Editor: Supiansyah
TENGGARONG – PT Borneo Berkah Persada (BBP), perusahaan asal Kutai Kartanegara akan mengekspor sapu lidi ke India. Ini menjadi kabar mengejutkan mengingat selama puluhan tahun daerah ini lebih dikenal dengan kegiatan ekspor batu baranya.
Direktur Eksekutif PT BBP Widia Sopia berkata selama ini, jika menulis kata lidi di Google atau laman pencarian lainnya, yang akan muncul pastilah lidi dari Bangka Belitung atau Medan. Padahal 70 persen lidi yang mereka ekspor berasal dari Kutai Kartanegara.
Atas alasan itu dan kecintaan mereka terhadap Benua Etam, PT BBP kemudian bergerak untuk membuat suatu perusahaan agar agri culture Kaltim ini bisa diekspor langsung ke negara tujuan.
“Mulailah dari sapu lidi yang kita rintis. Ketika kita dapat pasar yang pertama memang sapu lidi, namun setelahnya ada charcoal, kelapa dan turunannya, lada dan hasil lainnya,” ungkapnya, Sabtu (28/11/2020).
Atas dukungan Pemprov Kaltim dan Pemkab Kukar, mereka saling bersinergi. Karena, menurutnya, ini sistemnya adalah pemberdayaan terhadap masyarakat yang ada di suatu daerah. Salah satunya yaitu Desa Handil yang ada di Muara Kembang.
“Kita gerakkan masyarakatnya, pendekatan secata emosional, kita dampingi, dan desanya juga jadi percontohan desa lidi di Kukar,” jelas Widia.
Sebelumnya, mereka memang telah melakukan ekspor ke India pada awal 2019, namun tidak langsung dari Kaltim, melainkan Surabaya. Sejak dioperasikannya Kaltim Kariangau Terminal, ekspor kini bisa dilakukan secara langsung dari Balikpapan.
Menurut Widia, ekspor perdana dari Kaltim akan dilakukan pada 3 Desember. Bersamaan dengan 14 daerah lain, ekspor akan dilepas langsung oleh Presiden Joko Widodo.
Widia menjelaskan, satu kali pengiriman terdiri dari satu kontainer atau 25 ton sapu lidi. Bila dirupiahkan, nilainya sekitar Rp250 juta.
Widia menegaskan, pihaknya akan mengusahakan untuk lakukan pengiriman rutin dua bulan sekali. Karena sebelum ini, yang dari Surabaya, pengiriman dilakukan dalam waktu tiga bulan sekali. “Kita sedang berusaha untuk penambahan kapal, titik-tirik pembuatan lidi nipah baru, jadi tidak bertumpuk di satu desa saja,” katanya.
Mereka telah bekerjasama dengan BUMDes, sehingga pengembangannya sendiri, nanti akan melalui BUMDes. “Mereka juga sebagai quality control di lapangan, jadi saling bersinergi,” ujarnya.
Di Desa Handil sendiri, ada sebanyak 500 bahkan 700 warga yang turut aktif menghasilkan lidi. Para ibu-ibu dan anak-anaknya saling membantu, dan bapaknya yang mencari. “Sebagian besar nelayan, jadi cari ikan sambil bawa pucuk nipah itu,” imbuhnya.
Dari PT BBP memberikan harga sekitar Rp6 ribu sampai dengan Rp8 ribu per ikat, sesuai dengan klasifikasinya.
Ada klasifikasi untuk ekspor lidi nipah, untuk lidi pendek akan dijadikan sapu dan dimasukkan ke mini market, untuk turunan lainnya akan dicarikan target pasarnya, disesuikan dengan keperluan
“Tergantung, harga segitu juga kami maksimalkan, misal daun itu kita bawa ke kampung ketupat diolah menjadi ketupat, kami bantu masuk ke coto Makassar dan soto ayam. Karena basis-nya perusahaan kami adalah trading,” tuturnya.
Di India sendiri, nantinya lidi-lidi yang panjang akan digunakan dengan berbagai macam kebutuhan. Mulai dari kerajinan, karpet, bahkan bahan atap.
PT BBP telah berdiri sejak 2019, dan dikelola oleh tiga orang. Hilirisasinya BBP sendiri dipegang oleh Masagenah Group.
Komentar
Posting Komentar