Internasional, Konflik Timur Tengah
Presiden Abbas Tolak Ide Trump Pindahkan Warga Gaza ke Mesir-Yordania

--
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengecam "proyek apa pun" yang dimaksudkan untuk merelokasi paksa warga Palestina di Jalur Gaza ke negara lain.
Hal ini usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyarankan untuk memindahkan warga Gaza ke Mesir dan Yordania.
"Menyatakan penolakan keras dan kecaman terhadap proyek apa pun, yang bertujuan mengusir rakyat kami dari Jalur Gaza," demikian pernyataan kantor Presiden Abbas, dikutip AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian dalam pernyataan itu Abbas tidak secara gamblang menyebut Trump sebagai pencetus wacana itu.
Dalam pernyataan yang sama, Abbas menegaskan bahwa rakyat Palestina tidak akan meninggalkan tanah dan tempat suci mereka. Dia memastikan tidak akan membiarkan bencana seperti pada tahun 1948 dan 1967, kembali menimpa warga Palestina.
Abbas juga menolak kebijakan apa pun yang merusak persatuan tanah Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat, termasuk Yerusalem timur.
Dia meminta Trump untuk melanjutkan upaya untuk mendukung gencatan senjata di Gaza yang dimulai pada 19 Januari. Abbas mengatakan Otoritas Palestina siap mengambil alih pemerintahan wilayah tersebut.
Sebelumnya Trump mengusulkan rencana memindahkan lebih dari satu juta warga Palestina dari Jalur Gaza ke negara lain seperti Yordania dan Mesir. Sebelumnya, Indonesia juga disebut-sebut dalam rencana relokasi itu.
"Saya berkata kepada Raja Abdullah bahwa saya ingin Anda menampung lebih banyak (pengungsi), karena saya melihat situasi di Jalur Gaza sekarang sangat berantakan," kata Trump, melansir CNN.
Selain Yordania, Trump juga menyebut akan berdiskusi dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi untuk membahas kemungkinan Mesir ikut menampung warga Gaza.
"Kita berbicara tentang satu setengah juta orang, dan saya pikir kita bisa membersihkan semuanya," ujar Trump.
Ia menggambarkan Gaza sebagai "lokasi yang hampir sepenuhnya hancur" dan penuh dengan konflik yang sudah berlangsung selama berabad-abad.
Yordania telah menolak usulan itu. Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi, mengatakan dengan tegas menolak segala bentuk pemindahan paksa warga Palestina.
"Penolakan kami terhadap pengusiran warga Palestina tegas dan tidak akan berubah," kata Menlu Safadi dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP.
"Yordania untuk warga Yordania, dan Palestina untuk warga Palestina," imbuhnya.
Penolakan serupa juga dilontarkan pemerintah Mesir. Kementerian Luar Negeri di Kairo menyatakan dukungan berkelanjutan untuk "keteguhan hati rakyat Palestina di tanah mereka".
(dna/dna)
Komentar
Posting Komentar