Dedi Mulyadi Minta Guru Fokus Mengajar, Bukan Sibuk Joget di Kelas & Pamer Kecantikan: Tidak Penting - Halaman all - Tribunjatim - Opsiin

Post Top Ad

demo-image

Dedi Mulyadi Minta Guru Fokus Mengajar, Bukan Sibuk Joget di Kelas & Pamer Kecantikan: Tidak Penting - Halaman all - Tribunjatim

Share This
Responsive Ads Here

 Pendidikan 

Dedi Mulyadi Minta Guru Fokus Mengajar, Bukan Sibuk Joget di Kelas & Pamer Kecantikan: Tidak Penting - Halaman all - Tribunjatim

TRIBUNJATIM.COM - Dedi Mulyadi punya instruksi khusus kepada guru sekolah.

Gubernur Jawa Barat terpilih ini meminta para guru di Jawa Barat untuk fokus mengajar.

Para guru diimbau tidak menggunakan media sosial untuk kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan, seperti berjoget-joget di kelas.

Baca juga: Buka Jasa Suruhan Apa Saja Asal Halal, Santo Suruh Bisa Dapat Rp5 Juta per Bulan: Tidak Ada Gaji

Ia menjelaskan, penggunaan media sosial sebaiknya difokuskan pada apa yang menjadi kebutuhkan siswa dan pendidikan.

Misalnya dengan memposting kegiatan siswa yang tujuannya meningkatkan kualitas pendidikan dan merangsang siswa semakin kreatif.

Dedi berharap, guru tidak lagi melakukan kegiatan media sosial di sekolah yang tidak ada kaitannya dengan urusan pendidikan.

Contohnya, kata Dedi, guru tiba-tiba joget-joget di ruang kelas, memperlihatkan baju dan sepatu yang dipakainya.

Kemudian memperlihatkan kecantikan yang ada dalam dirinya agar menarik perhatian netizen.

"Menurut saya itu tidak penting," tegas Dedi pada unggahan di akun TikTok Kang Dedi Mulyadi, dan telah dikonfirmasi ulang Kompas.com, Jumat (7/2/2025).

Dedi meminta guru fokus kepada apa yang menjadi kebutuhan muridnya.

Medsos terkait sekolah hanya dipakai untuk memposting kegiatan siswa yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan dan semakin merangsang siswa untuk kreatif di sekolahnya.

Selain itu, guru diminta fokus mengajar.

Untuk itu, Pemprov Jabar akan melepaskan beban administratif dari guru.

"Kita ingin bersama-sama membangun Indonesia, khususnya Jawa Barat, dengan melahirkan generasi bermutu," ujar Dedi.

Guru, nantinya tidak perlu terbebani aspek administratif yang sering kali mengalihkan perhatian mereka dari tugas utama sebagai pendidik.

"Guru tidak boleh dibebani oleh berbagai aspek yang bersifat administratif," jelas Dedi.

Aspek tersebut membebani guru sehingga mereka sibuk membuat laporan dibanding fokus mengajar kepada siswanya.

Pemerintah pun akan menyiapkan tim administrasi di tiap sekolah untuk mengelola aspek keuangan dan administrasi guru.

Termasuk pengelolaan kenaikan golongan yang berdampak pada tunjangan dan gaji.

Dedi mengatakan, pihaknya akan menyiapkan tim kepegawaian untuk mendampingi guru-guru di setiap sekolah.

Pekerjaan yang bersifat administratif untuk kenaikan golongan yang berdampak pada kenaikan tunjangan, gaji guru dan sejenisnya, diserahkan kepada tim kepegawaian yang mengelolanya.

"Seluruh pengelolaan keuangan akan diserahkan sepenuhnya kepada tim administrasi di tiap sekolah," tutur dia.

"Kepala sekolah tidak perlu lagi terbebani oleh masalah keuangan, karena ini memberikan tekanan yang cukup berat," imbuhnya.

"Untuk SD, kami juga sudah berkoordinasi dengan wali kota dan bupati agar setiap sekolah memiliki pengelola keuangan sendiri," jelasnya.

Baca juga: Warga Tolak Uang Terima Kasih dari Pengelola Tower di Atap Rumah Tetangganya: Saya Dibohongi

Menurut Dedi, dengan adanya tim pendamping administrasi, para guru dapat lebih fokus dalam mendidik siswa tanpa harus repot dengan laporan yang menyita waktu.

Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan membantu mencetak generasi muda yang lebih kompetitif.

Dengan imbauan ini, Dedi berharap, para pendidik di Jawa Barat dapat lebih profesional dalam menjalankan tugasnya dan tidak terjebak dalam tren media sosial yang tidak relevan dengan dunia pendidikan.

"Guru difokuskan untuk mengajar tanpa berpikir apapun yang di luar kepentingan belajar mengajar," tegas Dedi.

Belakangan, Dedi mengevaluasi perilaku para guru dan tenaga pendidik anak-anak bangsa.

Dedi mengharapkan adanya sikap santun dan baik yang dipamerkan di media sosial oleh para guru dan tenaga pendidik.

Sebab menurut politikus Gerindra tersebut, nilai budi pekerti adalah hal yang cukup penting.

Ia mengatakan, anak-anak siswa di Jabar ke depannya adalah anak-anak yang memiliki budi pekerti.

Hal ini diungkapkan oleh Dedi dalam tayangan di kanal YouTube KANG DEDI MULYADI CHANNEL, Jumat (7/2/2025).

"Anak-anak yang naik kelas adalah anak-anak yang memiliki budi pekerti," ujar Dedi Mulyadi.

Walaupun siswa pintar, tapi tidak memiliki budi pekerti, maka dia tidak punya hak untuk naik kelas.

Dalam perspektif ini, kata Dedi, maka harus dimulai dari guru.

"Harus dimulai dari guru, gurunya bagaimana? Ya mau tidak mau."

"Kalau mau Jabar Istimewa, maka gurunya juga harus harus istimewa," ujarnya.

Baca juga: Hapus Anggaran Sepatu Demi Bangun Daerahnya, Gubernur Rapat Pakai Sandal Jepit: Baju Jahit Sendiri

Lanjut Dedi, maka peran Dinas Pendidikan Jabar adalah menseleksi dan membuat format guru yang baik untuk anak-anak didiknya.

Dedi juga menambahkan catatan lain terkait TikTok atau media sosial lainnya.

"Satu catatan penting ke depan Pak, nanti bisa dibikin edaran," katanya.

Dedi memperbolehkan guru merekam aktivitas siswa di sekolah untuk media sosial TikTok dan media sosial lainnya.

Namun ada syaratnya yang harus diperhatikan.

"Di ruang kelas, di dalam lingkungan sekolah, guru hanya boleh memposting TikTok dan sejenisnya yang berhubungan dengan pendidikan," jelas Dedi.

"Anak-anak belajar di kelasnya, di-TikTokin enggak masalah, anak-anak berlari, bersepak bola, enggak ada masalah," sambungnya.

Sementara aktivitas siswa di luar kaitan pendidikan, maka tidak diperbolehkan untuk diunggah ke media sosial.

"Tapi jangan guru-guru di kelas-kelasnya itu ber-TikTok-an yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan, kecuali urusan dia di rumah, itu hak dia di rumah," kata Dedi.

Menurut Dedi, hal ini penting karena dia kerap merasa malu lihat video aktvitas siswa Indonesia di media sosial.

Apalagi kerap dibanding-bandingkan dengan aktivitas siswa dari negara lain.

"Ini penting, kenapa? Bayangin Pak, saya malu Pak kalau lihat di media sosial, bagaimana orang membandingan anak-anak di China, di Amerika, diperbandingkan dengan anak-anak di kita, kan malu saya Pak," pungkasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages