Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah
Eks Jenderal Zionis: Israel Hadapi Ancaman Eksistensial Selevel Serangan Nuklir | Halaman Lengkap
![](https://pict.sindonews.net/dyn/850/pena/news/2025/02/11/43/1528271/eks-jenderal-zionis-israel-hadapi-ancaman-eksistensial-selevel-serangan-nuklir-aik.jpg)
Mayor Jenderal (Purn) Itzhak Brik memperingatkan Israel menghadapi ancaman eksistensial yang selevel dengan serangan nuklir. Foto/The Aviationist
- Seorang pensiunan
jenderalZionis
Israelmemperingatkan bahwa negaranya menghadapi ancaman eksistensial, dengan rentetan rudal yang mampu menyebabkan kehancuran yang mirip dengan
serangan nuklir.Mayor Jenderal (Purn) Itzhak Brik mengeluarkan peringatan keras tersebut pada hari Senin. Menurutnya, ancaman itu tidak akan terjadi jika ada perubahan kepemimpinan segera di Israel.
Dalam sebuah artikel untuk surat kabar Maariv, Brik mengkritik kepemimpinan militer dan politik Israel saat ini, menyerukan penggantian mereka segera untuk mempersiapkan apa yang dia lihat sebagai tantangan keamanan paling parah dalam sejarah negara Yahudi tersebut.
Brik menyoroti semakin banyaknya persenjataan rudal, roket, dan pesawat nirawak yang dimiliki oleh Iran dan sekutunya, dan memperingatkan bahwa dalam perang regional di masa mendatang, Israel dapat menjadi sasaran ribuan serangan setiap hari.
“Rudal presisi yang diproduksi musuh kita memiliki hulu ledak yang beratnya masing-masing ratusan kilogram, dan tingkat produksinya memusingkan,” tulis Brik.
“Negara Israel hampir berada di tengah-tengah perang regional dan membahayakan keberadaannya,” lanjut Brik, dengan alasan bahwa situasi pada 7 Oktober 2023—ketika Hamas melancarkan serangannya—dapat meningkat menjadi konflik yang lebih luas jika Hizbullah memutuskan untuk ikut serta.
Dia menuduh para pemimpin Israel mengandalkan “keajaiban” daripada kesiapan militer untuk mencegah bencana.
“Negara yang mengandalkan keajaiban dan bukan pada kemampuan militer yang nyata tidak akan bertahan lama,” imbuh Brik.
Brik juga mengungkapkan bahwa setelah serangan 7 Oktober, para pemimpin militer Israel, termasuk Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Herzi Halevi dan Menteri Pertahanan saat itu Yoav Gallant, mendorong perang segera melawan Hizbullah selain operasi Gaza.
Dia menggambarkan usulan tersebut sebagai tindakan yang gegabah, memperingatkan bahwa tentara Israel dan garis depan Israel tidak siap menghadapi potensi kehancuran yang dapat ditimbulkan oleh perang semacam itu.
Jenderal yang telah pensiun tersebut mengungkapkan rasa frustrasi yang mendalam terhadap lembaga keamanan Israel, dengan mengatakan bahwa pejabat yang sama yang bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober masih bertanggung jawab dan terus membuat keputusan yang salah arah.
Dia mengkritik apa yang disebutnya sebagai "kesombongan, keangkuhan, dan keterputusan mereka dari kenyataan," seraya menambahkan bahwa mereka tidak belajar apa pun dari kegagalan di Gaza.
Brik memperingatkan bahwa seruan untuk aksi militer terhadap Hizbullah, yang digaungkan oleh para pemimpin politik dan militer, berisiko menjerumuskan Israel ke dalam perang dahsyat yang bisa jauh lebih buruk daripada konflik baru-baru ini di Gaza.
Lebih lanjut, Brik mengkritik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu karena membuat pernyataan yang menurutnya tidak berdasar, dengan alasan bahwa anggota pemerintah kurang memiliki pengetahuan yang memadai tentang masalah keamanan.
“Untuk memimpin perubahan yang dibutuhkan segera, dan agar kita dapat bertahan hidup di masa depan dan bahkan menang dalam perang regional—proses penggantian komando senior di Staf Umum dan eselon politik harus dimulai sekarang,” katanya.
“Perang telah menjadi perang berkelanjutan yang dapat berlangsung sangat lama dengan intensitas rendah atau tinggi,” tulisnya, menekankan bahwa tidak ada waktu yang terbuang untuk membangun kembali pertahanan Israel.
Sampai perubahan kepemimpinan diberlakukan, dia memperingatkan, Israel akan tetap rentan terhadap krisis eksistensial.
(mas)
Komentar
Posting Komentar