Ibu Kota Jepang Akan Terapkan Kerja 4 Hari Seminggu untuk Staf Pemerintah - Kompas

 Dunia Internasional 

Ibu Kota Jepang Akan Terapkan Kerja 4 Hari Seminggu untuk Staf Pemerintah

TOKYO, KOMPAS.com - Gubernur Tokyo Yuriko Koike hendak menerapkan sistem kerja empat hari seminggu bagi staf pemerintah di ibu kota Jepang tersebut, untuk membantu upaya nasional mengakomodasi tugas orangtua.

Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba menyebut angka kelahiran yang sangat rendah ini diam-diam mengkhawatirkan, sehingga menjanjikan kebijakan seperti jam kerja fleksibel.

Tuntutan ibu yang bekerja harus tetap mengurus rumah, membesarkan anak, dan merawat kerabat diyakini faktor utama di balik kelangkaan bayi.

Baca juga: Putri Aiko Hari Ini Genap Berusia 23, Bagaimana Masa Depan Keluarga Kekaisaran Jepang?

Hari Ketiga Retret di Magelang: 3 Kepala Daerah Tumbang, Nasib Kader PDI-P yang Terlambat

Koike kemudian mengusulkan penyeimbangan kehidupan kerja bagi para orangtua, menawarkan para pegawai di Pemerintahan Metropolitan Tokyo untuk bekerja empat hari seminggu mulai April 2025.

"Ketertinggalan dalam pemberdayaan perempuan adalah masalah lama Jepang," katanya dalam pidato kebijakan kepada majelis, dikutip dari kantor berita AFP.

"Kami akan memulai dengan dukungan menyeluruh untuk keseimbangan hidup dan kerja dengan memperkenalkan sistem jam kerja lebih fleksibel, seperti tiga hari libur per minggu," tambahnya.

Berdasarkan rencana tersebut, staf pemerintah kecuali pekerja shift boleh libur sampai tiga hari seminggu, tetapi tetap harus menyelesaikan 155 jam kerja per bulan, kata Sachi Ikegami, pejabat Pemerintah Metropolitan Tokyo yang bertanggung jawab atas urusan personalia, kepada AFP pada Rabu (4/12/2024).

Ikegami menambahkan, pegawai yang anaknya masih kecil juga akan ditawarkan jam kerja lebih fleksibel, dikurangi hingga dua jam per hari.

Baca juga:

Sistem kerja empat hari seminggu jarang ada di Jepang, tetapi secara bertahap mulai populer di pemerintah-pemerintah daerah yang berupaya semakin mendukung peran orangtua.

Banyak negara maju kini berurusan dengan angka kelahiran rendah, tetapi masalah ini sangat akut di Jepang karena populasinya terus menurun selama 15 tahun beruntun.

Populasi Jepang sekarang adalah yang tertua kedua di dunia setelah Monako.

Aturan imigrasi ketat juga membuat "Negeri Sakura" menghadapi kekurangan tenaga kerja.

Koike adalah mantan menteri dan pembawa acara televisi yang memerintah Tokyo, salah satu kota terbesar di dunia, sejak 2016.

Ia memenangi masa jabatan ketiga pada Juli 2024 dengan janji meningkatkan tunjangan kesejahteraan sosial Tokyo, sambil berusaha menyelesaikan persoalan seperti inflasi dan anjloknya angka kelahiran.

Pemerintahannya berencana menyerahkan proposal jam kerja fleksibel ke majelis Tokyo tahun depan.

Baca juga: Jepang Edit Foto Resmi Kabinet Baru agar Tampak Rapi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Retreat Hari ke-2: 450 Kepala Daerah Senam Pagi Bersama Tito dan Wamendagri

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita