Dunia Internasional
Trump Buka-bukaan 'Kangen' Putin, Ingin Rusia Kembali Geng Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku menginginkan kehadiran Rusia kembali dalam kelompok negara-negara ekonomi terkuat dunia, G8. Hal ini terjadi saat Trump terus memberikan sinyal bahwa dirinya akan memperbaiki hubungan antara Washington dan Moskow yang memburuk pasca perang Ukraina.
Dalam pernyataannya, Trump menegaskan kembali bahwa bergabungnya Rusia di G8 adalah sesuatu yang penting. Diketahui, Rusia sempat dikeluarkan dari kelompok itu pada tahun 2014 setelah melakukan aneksasi terhadap wilayah Semenanjung Krimea dari Ukraina.
"Saya ingin mereka kembali. Saya pikir adalah sebuah kesalahan untuk menyingkirkan mereka. Begini, ini bukan masalah menyukai Rusia atau tidak menyukai Rusia. Ini adalah G8," kata Trump di Gedung Putih, Kamis (13/2/2025), dikutip Russia Today.
Rusia menjadi anggota kelompok tersebut, yang meliputi Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, AS, dan UE sebagai "anggota yang tidak disebutkan namanya," pada tahun 1997.
Trump telah berulang kali mengkritik pengecualian Rusia dari kelompok itu dan melontarkan gagasan untuk mengembalikannya selama masa jabatan pertamanya. Pada saat itu, usulan tersebut ditolak oleh anggota klub G7 lainnya, sementara Moskow sendiri tampaknya tidak menunjukkan minat untuk kembali.
Sementara itu, di kesempatan yang berbeda, Trump juga mengharapkan untuk bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin dalam forum perdamaian Ukraina yang diselenggarakan di Arab Saudi. Ia bahkan mengaku telah mengadakan panggilan telepon bersama Putin. yang disebutnya sebagai pembicaraan yang 'panjang dan sangat produktif'.
"Kami berharap ia akan datang ke sini, dan saya akan pergi ke sana, dan kami mungkin akan bertemu di Arab Saudi untuk pertama kalinya," kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval, dikutip AFP.
Trump juga mengatakan bahwa tidak akan 'praktis' untuk memberikan keanggotaan NATO kepada Ukraina. Faktor aksesi ini diketahui merupakan keinginan lama dari Kyiv dan keresahan utama Moskow.
Di sisi lain, Kremlin juga mengkonfirmasi hal ini. Kantor Presiden Rusia itu mengatakan bahwa panggilan telepon itu berlangsung hampir satu setengah jam.
"Putin dan Trump telah sepakat bahwa waktunya telah tiba untuk bekerja sama dan bahwa pemimpin Rusia telah mengundang mitranya dari AS ke Moskow," ujar lembaga resmi itu.
"Putin setuju dengan Trump bahwa penyelesaian jangka panjang dapat dicapai melalui negosiasi perdamaian tetapi mengatakan bahwa ia ingin mengatasi akar penyebab konflik."
Trump dari Partai Republik sebelumnya berjanji untuk mengakhiri perang Ukraina "dalam waktu 24 jam" sebelum menjabat pada tanggal 20 Januari. Namun, ia belum pernah menjabarkan langsung seperti apa rencananya itu akan dijalankan.
Sesaat setelah menghubungi Putin, Trump kemudian menelpon Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Zelensky mengatakan setelah itu bahwa dirinya melakukan panggilan telepon yang 'bermakna' dengan Trump di mana dia telah 'berbagi rincian' pembicaraan orang nomor satu AS itu dengan Putin.
Trump, dalam akun Social Truth miliknya, kemudian mengatakan setelah percakapan tersebut bahwa Zelensky sama "seperti Presiden Putin, ingin menciptakan PERDAMAIAN."
Zelensky sendiri disebut meminta jaminan keamanan yang ketat dari Washington sebagai bagian dari kesepakatan apa pun dengan Rusia. Sementara itu, Trump telah mengusulkan kesepakatan untuk mineral tanah jarang milik Kyiv sebagai imbalan atas bantuan militernya yang berkelanjutan.
(sef/sef)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar