Korea Selatan Riang Gembira Hanwha Ocean & HD Hyundai Heavy Industries Disebut Jadi Mitra Potensial Kapal Induk Indonesia - Zona Jakarta
Korea Selatan Riang Gembira Hanwha Ocean & HD Hyundai Heavy Industries Disebut Jadi Mitra Potensial Kapal Induk Indonesia - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.COM- Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Muhammad Ali pada 6 Februari 2025 lalu membuat gempar lantaran menyebut Indonesia butuh kapal induk.
Bukan buat perang, kapal induk yang dibutuhkan TNI AL Indonesia justru rencanaya akan digunakan untuk Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Tapi Indonesia, hingga kini belum secara resmi mengonfirmasi pembuat kapal induk potensialnya, namun beberapa opsi disebut media asing Army Recognition edisi 10 Februari 2025 sedang dipertimbangkan.
"PT PAL Indonesia, pembuat kapal terkemuka di negara ini, telah mengusulkan konsep kapal induk helikopter dan kapal serbu amfibi, menjadikannya kandidat yang memungkinkan untuk proyek konstruksi dalam negeri, berpotensi bekerja sama dengan mitra asing.
Italia juga dapat memainkan peran kunci, khususnya melalui Fincantieri, yang telah memiliki hubungan dengan Angkatan Laut Indonesia untuk penyediaan fregat.
Selain itu, rumor telah beredar tentang kemungkinan akuisisi kapal induk Giuseppe Garibaldi, yang dapat mengindikasikan kemungkinan kesepakatan dengan industri angkatan laut Italia untuk modernisasi atau konstruksi berlisensi," jelas Army Recognition seperti dikutip Zonajakarta.com.
Baca Juga:
Kemungkinan lain adalah kemitraan dengan Korea Selatan.
Desas-desus akuisisi kapal induk bekas Italia, Giuseppe Garibaldi sebenarnya sudah terdengar sejak 2024 silam.
Media Turki, Turdef edisi 12 Februari 2025, menyebut kemungkinan kapal induk Indonesia dari Italia mencuat bersamaan dengan proyek kapal LHD buatan PT PAL.
"Dugaan yang belum diverifikasi muncul pada akhir tahun 2024 bahwa Indonesia sedang mempertimbangkan untuk membeli kapal induk Italia yang dinonaktifkan Giuseppe Garibaldi, meskipun belum ada pernyataan resmi tentang hal ini," jelas media Turki tersebut seperti dikutip Zonajakarta.com.
Selain kapal induk bekas Italia, Indonesia juga menyatakan niat meresmikan Landing Helicopter Deck (LHD) buatan PT PAL.
"Rencana pembangunan LHD.

Sebelumnya telah menyatakan niat untuk meresmikan Landing Helicopter Deck (LHD), yang dijadwalkan akan diluncurkan pada tahun 2028, Angkatan Laut Indonesia juga telah menggandeng PT PAL Indonesia, galangan kapal milik negara Indonesia, untuk membangun kapal ini.
Dengan platform seperti itu, 17.000 pulau di Indonesia akan dapat dengan cepat menerima tentara dan bantuan kemanusiaan, sehingga memungkinkan kemampuan amfibi yang vital," jelas Turdef dalam artikelnya.
Sementara itu, dikutip Zonajakarta.com dari Asia Pacific Defense Journal edisi 7 Februari 2025, PT PAL disebut telah mengajukan proposal untuk kapal LHD Indonesia.
"Pembuat kapal milik negara Indonesia, PT PAL Indonesia, sebelumnya juga telah mengajukan proposal untuk kapal induk helikopter kecil dan kapal serbu dengan dok pendaratan helikopter untuk kemungkinan pertimbangan Angkatan Laut Indonesia dan untuk potensi ekspor ke negara lain," jelas Asia Pacific Defense Journal dalam artikelnya.
Tak cuma Italia atau PT PAL, wacana kapal induk Indonesia dari Korea Selatan rupanya juga mencuat.
Bahkan, dikutip Zonajakarta.com dari The Guru edisi 21 Februari 2025, dua perusahaan galangan kapal Korea Selatan disebut bakal jadi mitra potensial pembuat kapal induk Indonesia.
Baca Juga:
"Indonesia memperkuat kekuatan tempur angkatan lautnya dan terus membangun kapal induk baru.
HD Hyundai dan Hanwha Ocean, yang telah membuktikan kemampuannya dengan mengekspor berbagai kapal, juga disebutkan sebagai mitra potensial.
Setelah Polandia, ada kemungkinan kedua perusahaan akan saling berhadapan di pasar Indonesia," jelas The Guru.
Tak heran jika media Korea Selatan kepedan galangan kapal negaranya bakal dipilih Indonesia untuk membuat kapal induk, Korsel rupanya punya prestasi membanggakan bermitra dengan NKRI.
"Fincantieri, HD Hyundai, dan Hanwha Ocean disebutkan sebagai mitra potensial.
HD Hyundai Heavy Industries telah mengekspor 18 kapal, dimulai dengan kapal dukungan militer Selandia Baru pada tahun 1987.
Sejak 1998, Hanwha Ocean telah mengirimkan kapal selam, fregat, kapal pelatihan, dan kapal pendukung logistik ke Bangladesh, Malaysia, Indonesia, Inggris, Norwegia, dan Thailand," ujar The Guru.
Baca Juga:

Apalagi, Indonesia adalah pelanggan mengekspor kapal selam pertama Korea Selatan.
"Secara khusus, Indonesia merupakan pasar penting yang menciptakan sejarah dengan ekspor kapal selam pertama negara tersebut.
Pada bulan Desember 2011, Hanwha Ocean menerima kontrak untuk tiga kapal selam seberat 1.400 ton senilai 1,1 miliar USD (sekitar 1,57 triliun KRW) dari Kementerian Pertahanan Indonesia.
Pada bulan April 2019, tiga kapal lagi dikirimkan, sehingga jumlah total kapal yang dibangun menjadi enam, dan perusahaan juga bertanggung jawab atas proyek pemeliharaan depo untuk dua kapal.
Jika kami dapat memperoleh pesanan sukses lainnya berdasarkan pengalaman kerja sama jangka panjang kami, diharapkan kami akan memperoleh momentum dalam maju ke pasar kapal global," jelas The Guru.

Korea Selatan boleh saja bersemangat galangan kapalnya mungkin bakal jadi mitra Indonesia dalam pembuatan kapal selam.
Baca Juga:
Tapi Korsel sepertinya harus agak menahan kebahagian, lantaran wacana pengadaan kapal induk Indonesia sendiri dianggap pakar pertahanan bisa kandas lantaran terbatasnya anggaran.
Dikutip Zonajakarta.com dari South China Morning Post (SCMP) edisi 24 Februari 2025, gagasan Indonesia untuk memperoleh kapal induk khusus untuk operasi non-tempur dianggap Abdul Rahman Yaacob peneliti di program Asia Tenggara Lowy Institute tak masuk akal.
"Tidak masuk akal secara strategis dan operasional", menurut Abdul Rahman Yaacob, seorang peneliti di program Asia Tenggara Lowy Institute yang mengkhususkan diri dalam pertahanan dan keamanan.
"Ini adalah platform yang mahal," ujarnya kepada This Week in Asia.
Ia juga mencatat bahwa meskipun kapal induk biasanya dilihat sebagai "platform senjata ofensif yang digunakan untuk operasi tempur", mereka mampu melaksanakan berbagai jenis misi, mulai dari operasi tempur hingga misi terkait kemanusiaan.
Pakar pertahanan dan keamanan itu juga menyebut jika kapal induk yang akan dibeli Indonesia tak akan efektif menghalau China.
Bahkan, sekelas Amerika Serikat (AS) yang punya banyak kapal induk saja terkendala finansial.

Baca Juga:
"Anggaran pertahanan Indonesia tidak seberapa jika dibandingkan, dengan hanya 20 triliun rupiah (US$1,22 miliar) yang dialokasikan untuk angkatan laut pada tahun 2025 - kurang dari 15 persen dari keseluruhan anggaran pertahanan," tulis SCMP.
Rahman mencatat bahwa mengakuisisi kapal induk bukan hanya tentang kapal itu sendiri.
"Mereka tidak beroperasi sendiri.
Mereka biasanya disertai oleh armada kapal perang dan kapal pasokan lainnya, termasuk kapal selam," katanya.
Ditambah dengan biaya pesawat baru, pelatihan khusus, dan peningkatan infrastruktur, harga pun melambung tinggi.
"Untuk masa mendatang, saya tidak melihat Indonesia memiliki dana untuk memperoleh kapal induk," kata Rahman.
SCMP menyebut impian Indonesia tentang kapal induk tetap hanya sekadar impian, yang terbebani oleh kendala keuangan dan skeptisisme strategis.
***
Komentar
Posting Komentar