Kesehatan
Pembelian Obat Pencernaan dan Kolesterol Meningkat saat Lebaran, Dokter Sarankan Ini untuk Hindari Masalah
Jakarta, VIVA – Data dari Halodoc Health & Wellness Insight 2025 menunjukkan ada peningkatan pembelian obat pencernaan sebesar 12 persen selama pekan Idul Fitri, dibandingkan rata-rata tahunan. Begitu pun dengan pembelian obat kolesterol yang juga meningkat 15 persen dibandingkan rata-rata tahunan selama pekan Idul Fitri.
Mitra dokter spesialis Halodoc, dr. Nur Aini Hanifiah, SpPD, menjelaskan, masalah kesehatan terkait gangguan pencernaan seperti kembung, mual, nyeri ulu hati, heartburn, dan konstipasi seringkali meningkat selama Ramadan dibandingkan bulan lainnya. Scroll untuk info lengkapnya, yuk!
“Hal ini dipengaruhi oleh pola makan tinggi karbohidrat dan gula, konsumsi makanan dalam jumlah besar secara tiba-tiba, serta kurangnya kualitas tidur,” ujar dokter Aini saat Webinar Ramadan bersama Halodoc, Senin 24 Maret 2025.
Lebih lanjut dr. Aini memberikan tips untuk menjaga kesehatan pencernaan selama Ramadan.
“Disarankan untuk mengonsumsi makanan kaya serat seperti biji-bijian, sayuran, kacang-kacangan, dan buah-buahan. Batasi asupan makanan berlemak dan gula berlebih saat sahur dan berbuka untuk menghindari gangguan pencernaan,” jelasnya.
Ilustrasi makanan bersantan
“Pastikan tubuh tetap terhidrasi dengan minum air putih yang cukup, serta hindari makan berlebihan saat berbuka agar sistem pencernaan tidak terbebani. Selain itu, tetap aktif dengan melakukan aktivitas ringan seperti berjalan kaki selama 30 menit dan pastikan tidur cukup, minimal 7-8 jam per malam, agar metabolisme tetap optimal selama Ramadan,” sambungnya.
Nah, sementara untuk Lebaran, makanan manis dan tinggi lemak jenuh juga banyak disajikan. Untuk mencegah masalah pencernaan hingga meningkatnya kadar kolesterol, dokter Aini menyarankan untuk membatasi konsumsinya.
“Kurangi konsumsi lemak jenuh seperti terkandung di dalam santan, daging merah, gulai, lalu makanan yang mengandung gula tinggi, itu harus tau batas-batasnya. Memang setiap orang berbeda-beda kebutuhan total kalori hariannya. Santan sebenernya boleh aja makan, tapi batas maksimalnya 6 persen dari total kalori keseluruhan tubuh kita,” ungkapnya.
“Misal, kebutuhan kalorinya 1500, cara hitungnya kalau perempuan 30 kkal/kg berat badan, kalau laki-laki 35-40 kkal/kg berat badan. Jadi hanya 6 persennya aja, berarti cuma boleh 30-40 gram atau kurang lebih santannya cuma 1 porsi sehari. Jadi gulainya satu porsi sehari, karena lemak jenuhnya bukan hanya di santannya aja, tapi juga di kue-kue manis, olahan susu, olahan daging,” sambungnya.
Namun dokter Aini menegaskan, bukan tidak boleh sama sekali untuk mengonsumsinya hanya saja dibatasi porsinya. Dan yang tidak kalah penting, harus diimbangi dengan konsumsi makanan sehat, seperti sayur.
“Kalau bisa lebih banyak dari karbohidratnya seperti lontong atau ketupatnya. Karena sayur itu selain membantu penyerapan nutrisi, membantu kesehatan pencernaan, dia juga dapat menimbulkan rasa kenyang lebih lama daripada karbohidrat biasa,” tuturnya.
Kemudian, aktivitas fisik minimal 30 menit per hari serta istirahat cukup. Sebab, begadang semalaman atau tidur kurang dapat mengganggu metabolisme, gangguan lemak dan gula serta mengganggu pencernaan.
“Lalu, minum air putih yang cukup, Medical Check Up (MCU) juga sangat penting apalagi usia di atas 30 tahun dengan hidup kita yang sebagian besar tidak aktif. Hindari juga stres berlebihan. Kesehatan pencernaan, metabolik sebenarnya dipengaruhi oleh kesehatan psikis dan otak jadi harus bisa manajemen stres,” tutup dr. Aini.

Perhatikan! Inilah Tanda-tanda Munculnya Lailatul Qadr
Lailatul Qadr adalah malam yang penuh kemuliaan dan keistimewaan dalam Islam, yang diyakini lebih baik daripada seribu bulan.

VIVA.co.id
25 Maret 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar