Dunia Internasional,
Ancaman Serang Iran Serius, Kapal Induk Nuklir AS Kedua Tiba di Timur Tengah | Halaman Lengkap

kapal induk bertenaga nuklir USS Carl Vinson tiba di Timur Tengah setelah AS ancam menyerang Iran. Foto/US Navy
- Ketika Presiden
Amerika Serikat(AS) Donald Trump menunjukkan keseriusannya dalam mengancam akan menyerang
Iran,kapal induk bertenaga nuklir Amerika kedua telah tiba di Timur Tengah pada Kamis.
Meski demikian, militer Amerika berdalih kehadiran kapal induk USS Carl Vinson tersebut berfokus pada kampanye melawan kelompok Houthi Yaman.
Komando Pusat (CENTCOM) AS pada Jumat (11/4/2025) mem-posting video jet tempur siluman F-35C yang dilengkapi dengan berbagai bom saat hendak lepas landas dari dek penerbangan USS Carl Vinson.
Kapal induk USS Carl Vinson bersama kelompok penyerangnya sekarang mendampingi kelompok penyerang kapal induk USS Harry S Truman, yang telah berada di wilayah tersebut sejak Desember sebagai bagian dari kampanye AS melawan Houthi.
Kampanye pengeboman meningkat pada 15 Maret setelah Presiden Donald Trump memerintahkan pendekatan yang lebih agresif untuk menekan kelompok militan tersebut agar berhenti menyerang kapal-kapal di Laut Merah.
Militer AS telah menyerang lebih dari 100 target Houthi di Yaman sejak meluncurkan kampanye bulan lalu, kata seorang pejabat pertahanan AS kepada
Al Arabiya Englishbaru-baru ini.
Kepala Pentagon Pete Hegseth sebelumnya telah memerintahkan skuadron tambahan dan aset pertahanan udara ke wilayah tersebut sebagai unjuk kekuatan lebih lanjut.
USS Carl Vinson dialihkan dari Indo-Pasifik untuk memperkuat kehadiran AS di Timur Tengah, bersamaan dengan pengerahan baterai rudal Patriot dan sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD).
Sementara Pentagon belum mengonfirmasi lokasi pengerahan yang tepat, laporan menunjukkan sistem THAAD dikirim ke Israel.
AS dan Israel Akan Serang Iran
Presiden Trump telah mengatakan opsi militer terhadap Iran "benar-benar" dipertimbangkan jika perundingan terkait program nuklir Teheran mengalami kegagalan. Perundingan akan berlangsung di Oman pada Sabtu (12/4/2025).
Trump mengeklaim bahwa perundingan tersebut akan bersifat langsung, sementara Teheran bersikeras bahwa perundingan akan tetap tidak langsung, dengan mengatakan bahwa Washington tidak dapat dipercaya.
Ketika ditanya apakah dia mengharapkan "sesuatu yang pasti" akan muncul dari pertemuan tersebut, Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa dia memandang pembicaraan di Oman sebagai awal dari sebuah proses, sambil mengonfirmasi bahwa dia memiliki tenggat waktu tertentu dalam pikirannya.
"Ini adalah awal. Kami punya sedikit waktu, tetapi kami tidak punya banyak waktu. Karena kami tidak akan membiarkan mereka memiliki senjata nuklir," kata Trump.
"Ketika Anda memulai pembicaraan, Anda tahu apakah pembicaraan itu berjalan baik atau tidak. Dan saya akan mengatakan kesimpulannya adalah ketika saya pikir pembicaraan itu tidak berjalan baik. Jadi itu hanya perasaan," paparnya.
Awal minggu ini, Trump memperingatkan Iran tentang "bahaya besar" dan "hari yang sangat buruk" jika negosiasi gagal. Ketika ditanya oleh wartawan apakah itu menandakan keinginan untuk menggunakan kekuatan militer, presiden AS menjelaskan posisinya dengan jelas.
"Oh, jika perlu? Tentu saja!..Dengan Iran, ya, jika itu membutuhkan militer, kami akan memiliki militer...Israel jelas akan sangat terlibat dalam hal itu—mereka akan menjadi pemimpinnya," paparnya, seperti dikutip AFP.
Selama masa jabatan pertamanya, Trump secara sepihak menarik diri dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) 2015—sebuah perjanjian multinasional yang bertujuan untuk membatasi aktivitas nuklir Iran dengan imbalan keringanan sanksi.
Sejak kembali menjabat pada bulan Januari, dia telah menerapkan kembali kebijakan "tekanan maksimum", menuduh Teheran berusaha mengembangkan senjata nuklir dan memberlakukan sanksi baru yang menargetkan sektor minyak Iran.
Pada awal Maret, Trump mengungkapkan bahwa dia telah mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang mengusulkan negosiasi ulang.
Dia memperingatkan bahwa jika Teheran menolak tawaran tersebut, negara itu dapat menghadapi serangan militer "yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Iran menyatakan bahwa program nuklirnya bersifat damai dan telah berulang kali mengecam sanksi AS sebagai ilegal dan tidak dapat dibenarkan.
Pejabat Iran telah menyatakan bahwa negara itu siap untuk menanggapi setiap agresi dan dilaporkan telah menempatkan militer dalam siaga tinggi.
Berbicara pada upacara Hari Teknologi Nuklir Nasional pada hari Rabu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan Menteri Luar Negeri Abbas Araqchi akan menyampaikan instruksi Khamenei selama pembicaraan di Oman.
"Seperti yang telah dinyatakan oleh Pemimpin Tertinggi, Republik Islam siap untuk terlibat...tetapi keterlibatan ini harus tidak langsung, bermartabat, dan disertai dengan jaminan yang jelas, karena kami masih belum mempercayai pihak lain," demikian pernyataan siaran pers dari kantor presiden Iran.
(mas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar