Dunia Internasional,
Jenderal Tertinggi Israel Sebut Menaklukkan Gaza Adalah Fantasi, Ini Alasannya | Halaman Lengkap

Kepala Staf IDF Letnan Jenderal Eyal Zamir mengatakan kepada anggota kabinet keamanan nasional Israel bahwa mereka harus melupakan apa yang disebutnya fantasi terkait perang Israel-Hamas di Gaza. Foto/IDF
- Kepala Staf Pasukan Pertahanan
Israel(IDF) Letnan
JenderalEyal Zamir mengatakan kepada anggota kabinet keamanan nasional baru-baru ini bahwa mereka harus melupakan apa yang disebutnya "fantasi" terkait perang Israel-Hamas di Gaza.
Alasannya, kata jenderal tertinggi Zionis tersebut, karena Israel kekurangan tentara tempur.
Komentar Zamir itu diungkap Ynet dalam sebuah laporan hari Senin yang ditulis oleh analis militer Yoav Ziton.
Menurut laporan Ziton, Zamir memberi tahu anggota kabinet bahwa mereka harus "menyerah pada beberapa fantasi mereka" mengenai perang di Gaza karena alasan singkat yang disebutkan jenderal tersebut.
"Bahkan dalam operasi saat ini melawan Hamas, kabinet akan bergantung sepenuhnya pada tentara IDF dan bukan pada langkah diplomatik pelengkap," tulis Ziton, mengutip ucapan Zamir.
Seorang menteri kabinet mengatakan kepada The Jerusalem Post, Selasa (15/4/2025) bahwa laporan Ynet adalah "palsu total", dan sumber kedua juga membantah apa yang dikatakan di dalamnya, menyebut laporan itu "ceroboh".
Namun, sumber ketiga mengatakan bahwa komentar Zamir tersebut "100%" disampaikan kepada anggota kabinet.
Unit Juru Bicara IDF mengatakan sebelumnya pada hari Senin sebagai tanggapan atas laporan tersebut, “Kami tidak akan mengomentari apa yang dikatakan dalam diskusi tertutup. IDF sedang mempersiapkan berbagai perkembangan dalam perang, termasuk mobilisasi pasukan cadangan untuk memperluas operasi di Jalur Gaza. Kami tidak akan menguraikan rencana ini karena alasan yang jelas.”
Pada Senin malam, IDF membuat pernyataan lain: “Laporan yang diduga diterbitkan mengenai posisi kepala staf di hadapan eselon politik berkaitan dengan apa yang dikatakan dalam diskusi tertutup dan operasional. Laporan tersebut telah diputarbalikkan, dan tidak mencerminkan kenyataan masalah tersebut.”
Seorang menteri kabinet mengatakan bahwa laporan tersebut benar. Menurut Ziton, IDF telah mundur atas komentar sang jenderal karena tekanan politik.
Beberapa anggota Komite Urusan Luar Negeri dan Pertahanan Knesset (Parlemen) mengomentari laporan tentang kurangnya tentara tempur, mengaitkannya dengan kegagalan pemerintah untuk meningkatkan jumlah pendaftaran dari populasi ultra-Ortodoks.
“Jika Hamas adalah satu-satunya misi IDF, tentara tentu saja kuat dan cukup mampu untuk menangani Hamas,” kata anggota Knesset Yuli Edelstein dari Partai Likud.
“Namun, Hamas bukanlah ancaman utama bagi Negara Israel saat ini, dan tentu saja bukan satu-satunya ancaman," imbuh dia.
Edelstein melanjutkan, “Israel membutuhkan pasukan yang lebih besar untuk melawan dan mengalahkan semua musuhnya. Para prajurit cadangan membutuhkan pasukan yang lebih kuat untuk mencapai tujuan mereka—baik di militer maupun sebagai warga negara.
“Seperti yang telah saya katakan di masa lalu dan katakan sekarang, perekrutan orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks bukanlah masalah angan-angan, tetapi sebuah keharusan. Ini bukan kebencian terhadap kaum ultra-Ortodoks, tetapi cinta terhadap negara dan tanah air," imbuh dia.
“Dengan pertolongan Tuhan, saya tidak akan beristirahat sampai saya mengajukan rancangan undang-undang yang tepat, nyata, dan efektif,” katanya.
Anggota Knesset Moshe Tur-Paz dari Partai Yesh Atid berkata, “Zamir segera menyadari apa yang sudah diketahui oleh setiap prajurit cadangan yang telah mengalami satu setengah tahun pertempuran dan ratusan hari di pasukan cadangan: Para prajurit cadangan sedang kolaps."
“Serangan berkepanjangan terhadap mereka yang menyuarakan kesusahan ini tidak akan membuatnya hilang. Tanpa perekrutan orang-orang Yahudi ultra-Ortodoks, Israel yang kuat tidak akan pernah ada dalam jangka panjang. Keamanan kita dalam bahaya langsung,” kata Tur-Paz.
Anggota Knesset Sharon Nir dari Partai Yisrael Beytenu, yang juga anggota kabinet, berkata, “Pemerintah harus mengamanatkan perekrutan semua orang ke IDF pada usia 18 tahun—tidak ada tipu daya, kuota, atau target. Undang-undang penghindaran wajib militer harus segera dihapus dari agenda!”
(mas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar