Dunia Internasional, Timur Tengah
Netanyahu akan Bertemu Trump di Gedung Putih, Bahas Tarif, Gaza, dan Iran | Halaman Lengkap


Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Minggu, 06 April 2025 - 09:30 WIB
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bertemu Presiden AS Donald Trump. Foto/X
A A A
- Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu akan mengunjungi Gedung Putih pada hari Senin (7/4/2025).Kabar itu diungkap situs berita Amerika Serikat (AS) Axios pada hari Sabtu, mengutip seorang pejabat AS.
Kunjungan ini dilakukan tak lama setelah Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif 17% pada barang-barang Israel.
Pertemuan Netanyahu dan Trump juga fokus membahas Iran dan perang di Gaza, menurut laporan tersebut.
Menurut Axios, untuk berkunjung pekan ini, "Netanyahu harus meminta hakim dalam persidangan korupsinya untuk membatalkan sidang yang direncanakan di mana dia diharapkan untuk melanjutkan kesaksiannya."
Awalnya dijadwalkan untuk pekan Paskah mulai 14 April, kunjungan tersebut dilaporkan dimajukan setelah pembicaraan antara kedua kantor pada hari Jumat, menurut empat sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Menyusul panggilan telepon antara Trump dan Netanyahu selama kunjungan Netanyahu ke Hongaria, "Trump menyarankan Netanyahu datang ke Gedung Putih untuk membahas tarif yang baru diumumkan,” papar laporan itu.
"Beberapa jam kemudian, Trump memberi tahu wartawan di Air Force One bahwa Netanyahu akan segera mengunjungi Washington, bahkan mungkin pekan depan," ujar laporan itu.
"Netanyahu dan timnya terkejut dengan pernyataan itu, begitu pula beberapa ajudan Trump," menurut Axios.
Laporan itu juga mencatat, "Trump dan Netanyahu kemungkinan juga akan membahas upaya yang terhenti untuk mencapai kesepakatan Gaza yang baru.”
Genosida yang Berkelanjutan
Genosida Israel yang kembali terjadi pada 18 Maret telah melanggar gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari.
Aksi militer terbaru telah menewaskan ribuan warga Palestina dan melukai lebih banyak lagi, terutama warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.
Sementara pelanggaran tersebut telah dikutuk banyak negara dan kelompok hak asasi manusia, AS terus mendukung Israel, dengan menegaskan kampanye militer tersebut dilakukan dengan pengetahuan dan persetujuan sebelumnya dari Washington.
Sejak Oktober 2023, Israel telah membunuh lebih dari 50.600 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan meninggalkan Gaza dalam keadaan hancur.
Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, menuduh mereka melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas tindakannya di daerah kantong tersebut.
Netanyahu terus melanjutkan genosida di Gaza karena itu satu-satunya cara agar pemerintahannya tidak runtuh dan dia tidak dimasukkan penjara karena berbagai kasus korupsi.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

Tiga Alasan Netanyahu Tak Berani Melanjutkan Perang di Gaza
Tidak ada komentar:
Posting Komentar