Dunia Internasional,
2 Wanita yang Lari dari Korea Utara Bicara soal Rezim Kim Jong-Un di PBB, Pyongyang: Mereka Sampah

Kompas.tv - 25 Mei 2025, 15:44 WIB

NEW YORK, KOMPAS.TV - Dua wanita yang melarikan diri dari Korea Utara berbicara dalam pertemuan Majelis Umum PBB di Markas PBB, New York, Selasa (20/5/2025) lalu. Mereka memberikan kesaksian mengenai rezim Kim Jong-Un.
Kemunculan mereka membuat marah Duta Besar Korea Utara untuk PBB yang menyebutnya sebagai "skema politik", serta melabeli perempuan-perempuan itu "manusia sampah."
Untuk pertama kalinya sepanjang sejarah, Majelis Umum PBB menyelenggarakan pertemuan tingkat tinggi yang berfokus pada pelanggaran hak asasi manusia di Korea Utara.
Pertemuan tersebut dihadiri para diplomat, ahli hak asasi manusia internasional, dan warga Korea Utara yang melarikan diri dari negaranya.
Dilansir Radio Free Asia, Kamis (22/5/2025), kedua perempuan itu melarikan diri dari Korea Utara dan kini tinggal di Korea Selatan.
Baca Juga: Kecelakaan saat Peluncuran Kapal Perang Korea Utara, 3 Pejabat Ditangkap
Gyuri Kang, yang lari dari Korea Utara pada 2023 dengan ibu dan bibinya, menggambarkan bagaimana rezim Kim Jong-un kerap melakukan eksekusi mati di depan publik, termasuk terhadap remaja, karena menonton atau menyebarkan drama Korea Selatan.
“Tiga teman saya telah dieksekusi di depan publik,” ujar Kang di depan Majelis Umum PBB.
“Dua tewas dibunuh karena mendistribusikan drama Korea Selatan. Salah satunya baru berusia 19 tahun,” katanya.
Sedangkan Kim Eun-joo, yang kabur dari Korea Utara pada 1999 ketika berusia 12 tahun, mengingat perjalanan yang dilaluinya untuk keluar dari negara tertutup itu.
Ia mengatakan ayahnya meninggal akibat kelaparan saat ia berusia 11 tahun. Dia kemudian melarikan diri dengan ibu dan saudarinya dengan menyeberangi Sungai Tumen di perbatasan utara Korea Utara.
Setelah tiba di China, mereka malah menjadi korban perdagangan manusia.
Kim juga menggambarkan bagaimana tentara Korea Utara yang dikirim ke perang Rusia-Ukraina, tak mengetahui lokasi dan alasan mereka berperang.
“Mereka bahkan tak mengetahui berada di mana, atau kenapa mereka harus berperang,” katanya.
“Sementara itu, orang tua mereka di rumah hidup menderita, tak tahu apakah anak mereka akan kembali,” tambah Kim.
Mendengar itu, delegasi Korea Utara yang dipimpin Dubes Song Kim, dengan tegas mengecam pertemuan itu sebagai "skema politik."
Baca Juga: Gim Indonesia Torehkan Pencapaian di Polandia, Hasilkan Potensi Bisnis Senilai Rp75,6 Miliar
Kim pun menghina kedua wanita tersebut dan mengatakan pertemuan itu bertujuan meremehkan kehormatan dan kedaulatan Korea Utara.
“Yang lebih menyedihkan adalah undangan kepada sampah manusia, yang bahkan telah mengkhianati orang tua dan keluarga mereka sendiri,” ucap Kim Song.
“Delegasi DPRK (Republik Rakyat Demokratik Korea, nama resmi Korea Utara) dengan tegas menolak dan mengutuk keras pertemuan ini, yang diadakan dengan tujuan politik untuk merusak martabat dan kedaulatan negara kami,” sambungnya.

Kami memberikan ruang untuk
Anda menulis
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Daftar di sini
Sumber : Radio Free Asia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar