Dunia Internasional, Kesehatan,konflik Timur tengah
94 Persen RS di Gaza Hancur, Dirjen WHO Sampai Minta Israel Tunjukkan Belas Kasih Halaman all - Kompas
/data/photo/2025/05/19/682a8f192d8d1.jpg)
JENEWA, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengungkapkan, serangan Israel ke Gaza telah meruntuhkan sistem kesehatan di sana.
WHO menyebutkan, hanya 19 dari 36 rumah sakit di Jalur Gaza yang masih beroperasi. Itu pun secara terbatas.
Badan kesehatan PBB tersebut juga mengungkapkan, para staf rumah sakit di sana bekerja dalam kondisi yang sangat tidak memungkinkan.
Baca juga: Inggris Protes Serangan Israel di Gaza, Tunda Perjanjian Dagang
Israel Kerahkan Brigade 401 Masuki Jalur Gaza dengan Tank, Klaim Serang Musuh
"Setidaknya 94 persen dari semua rumah sakit di Jalur Gaza rusak atau hancur," bunyi pernyataan dari WHO.
Empat rumah sakit besar harus menghentikan layanan medis dalam sepekan terakhir karena berdekatan dengan daerah permusuhan atau zona evakuasi.
Sementara itu, Gaza utara bahkan hampir tidak memiliki satu pun layanan kesehatan.
Direktur Tanggap Darurat WHO Michael Ryan mengatakan bahwa 2,1 juta orang di Gaza dalam bahaya kematian yang mengancam.
Baca juga: Makin Memanas, Inggris Tunda Perundingan Dagang dengan Israel akibat Serangan di Gaza
WHO menyebutkan, di seluruh wilayah Palestina, hanya 2.000 tempat tidur rumah sakit yang masih tersedia. Angka tersebut sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan saat ini.
WHO juga menyebutkan, warga Gaza menderita kekurangan makanan, air, pasokan medis, bahan bakar, dan tempat tinggal yang parah.
Direktur Tanggap Darurat WHO Michael Ryan mengatakan, 2,1 juta orang di Gaza dibayangi bahaya yang sangat parah.
"Kita perlu mengakhiri kelaparan, kita perlu membebaskan semua sandera dan kita perlu memasok kembali dan memulihkan sistem kesehatan," kata Ryan, sebagaimana dilansir AFP.
Baca juga: Lagi, Israel Kepung Rumah Sakit di Gaza
Belas kasih
Sementara itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menuturkan, dia dapat merasakan penderitaan warga Gaza saat ini.
"Saya bisa merasakan apa yang dirasakan warga Gaza saat ini. Saya bisa menciumnya. Saya bisa membayangkannya. Saya bahkan bisa mendengar bunyiannya. Dan ini karena PTSD (gangguan stres pascatrauma)," kata Tedros yang sering mengingat masa kecilnya di Ethiopia saat perang.
Tedros juga menyinggung tindakan Israel yang memblokade Jalur Gaza dan tidak mengizinkan bantuan masuk.
"Anda bisa bayangkan betapa menderitanya orang-orang di sana. Sungguh salah menjadikan makanan sebagai senjata. Sangat salah menjadikan pasokan medis sebagai senjata," papar Tedros.
Baca juga: Kisah Bayi Gaza Dipulangkan ke Zona Perang Usai Operasi Jantung di Yordania
Dia pun memohon kepada Israel untuk menunjukkan rasa belas kasih kepada orang-orang yang menderita di Gaza.
"Saya bertanya apakah Anda bisa menunjukkan belas kasih. Itu baik untuk Anda dan baik untuk Palestina. Itu baik untuk kemanusiaan," papar Tedros.
Tedros mengatakan hanya solusi politik yang dapat membawa perdamaian yang berarti.
"Seruan untuk perdamaian sebenarnya adalah demi kepentingan terbaik Israel sendiri. Saya merasa bahwa perang itu merugikan Israel sendiri dan tidak akan membawa solusi yang langgeng," ujar Tedros.
PBB pada Kamis mulai mendistribusikan sekitar 90 truk bantuan dan merupakan pengiriman pertama ke Gaza sejak Israel memberlakukan blokade total pada 2 Maret.
Baca juga: Perancis Makin Mantap Akui Negara Palestina di Tengah Memburuknya Situasi di Gaza
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Warga Gaza yang Kelaparan Berjubel Antre di Dapur Bantuan
0 Komentar