Bansos dan Gaji ke-13 jadi Andalan Pemerintah Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2025 - Kompas TV - Opsiin

Informasi Pilihanku

demo-image
demo-image

Bansos dan Gaji ke-13 jadi Andalan Pemerintah Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2025 - Kompas TV

Share This
Responsive Ads Here

 

Bansos dan Gaji ke-13 jadi Andalan Pemerintah Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2025

20250506010008

Kompas.tv - 6 Mei 2025, 08:35 WIB

bansos-dan-gaji-ke-13-jadi-andalan-pemerintah-dongkrak-pertumbuhan-ekonomi-triwulan-ii-2025

JAKARTAKOMPAS.TV- Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan, pemerintah tengah menyiapkan paket kebijakan stimulus untuk mendorong perekonomian di Triwulan II 2025. 

Pasalnya, pertumbuhan ekonomi di Triwulan I 2025 tidak sampai 5 persen, hanya 4,87 persen secara tahunan. 

"Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada Triwulan II-2025 Pemerintah akan mengeluarkan kebijakan yang berfokus pada peningkatan daya beli, stimulus ekonomi, dorongan investasi, dan akselerasi belanja Pemerintah," kata Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (5/5/2025). 

Ia menuturkan, untuk menjaga daya beli, pemerintah akan menyalurkan bantuan sosial (bansos) PKH & Kartu Sembako pada Mei-Juni serta pencairan Gaji ke-13 ASN. 

Pemerintah juga memberikan insentif fiskal di sektor properti, otomotif, dan padat karya, serta menjaga stabilisasi harga pangan.

Baca Juga: Cek Harga Emas Hari Ini: Antam Tembus Rp1.982.000

Untuk mendorong investasi, pemerintah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Perluasan Lapangan Kerja, menyederhanakan perizinan melalui Inpres Deregulasi, Penyelesaian Revisi Perpres BUPM (Bidang Usaha Penanaman Modal) dan mengimplementasikan Kredit Investasi untuk Industri Padat Karya, optimalisasi Capex (capital expenditure) BUMN, dan optimalisasi penyaluran KUR (Kredit Usaha Rakyat).

"Kami berkomitmen terus memperbaiki iklim investasi melalui deregulasi dan penyederhanaan perizinan. Implementasi Kredit Investasi untuk Industri Padat Karya juga kami dorong untuk menciptakan lapangan kerja baru," ujarnya. 

Ia mengatakan, belanja pemerintah menjadi fokus utama dengan target penyerapan bisa lebih tinggi dari siklus triwulanannya, untuk mendorong multiplier effect terhadap pertumbuhan. 

Pemerintah juga terus melakukan mitigasi risiko terkait kebijakan Trump 2.0 dan perluasan pasar ekspor melalui negosiasi tarif dengan Amerika Serikat serta penyelesaian kerja sama EU-CEPA.

Baca Juga: Pengamat: Paradoks UU BUMN, Dapat PMN tapi Tidak Direksi, Komisaris Bukan Penyelenggara Negara

"Bergabungnya Indonesia dengan BRICS serta aksesi ke OECD menunjukkan komitmen kita untuk memperkuat posisi di kancah ekonomi global. Ini akan mendukung transformasi ekonomi jangka panjang menuju Indonesia Maju," ucapnya. 

Airlangga menyebut, pertumbuhan ekonomi RI masih lebih tinggi dibanding negara lainnya. Seperti Singapura (3,8 persen), Malaysia (4,4 persen), dan negara maju G20 seperti Amerika Serikat (2,0 persen) dan Uni Eropa (1,2 persen).

"Pencapaian pertumbuhan 4,87 persen menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia yang kuat. Meskipun menghadapi tantangan eksternal seperti fragmentasi geoekonomi dan kebijakan proteksionisme yang meningkat, ekonomi kita tetap tumbuh solid," terang Airlangga. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga menjadi pendorong utama dengan pertumbuhan 4,89 persen dan kontribusi 54,5 persen terhadap PDB. 

Baca Juga: Daftar Kereta Tambahan saat Libur Panjang Mei 2025, Ada KA Parahyangan hingga Ijen Ekspres

Ekspor tumbuh 6,78 persen, didorong kenaikan ekspor nonmigas dan peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara.

"Konsumsi rumah tangga tetap menjadi motor penggerak utama ekonomi nasional. Kebijakan Pemerintah seperti pemberian THR, Bantuan Hari Raya, Program Mudik Gratis, dan diskon belanja terbukti mampu meningkatkan daya beli masyarakat selama Ramadan dan Lebaran," ungkapnya. 

Sektor Pertanian mencatat pertumbuhan tertinggi (10,52 persen), diikuti Sektor Jasa Lainnya (9,84 persen), dan Jasa Perusahaan (9,27 persen). Pertumbuhan tertinggi secara regional terjadi di Pulau Sulawesi (6,40 persen) dan Pulau Jawa (4,99 persen).


Kami memberikan ruang untuk
Anda menulis

Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

Daftar di sini

Sumber : Kompas TV


Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Opsi lain

Arenanews

Berbagi Informasi

Media Informasi

Opsiinfo9

Post Bottom Ad

Pages