Geger Jet Tempur J-10 Bekas China Dikabarkan Bakal Dibeli 42 Unit Sama Indonesia - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.COM- Pamor jet tempur J-10 China yang berjaya di perang Pakistan vs India membuat namanya dibandingkan dengan Rafale buatan Dassault Aviation Prancis yang kini tengah dinanti Indonesia.
Bahkan, meski Indonesia sudah membeli jet tempur Rafale Prancis, namun tak menutup kemungkinan J-10 buatan China juga dibeli di masa depan.
Orang nomor satu di TNI AU, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KASAU) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono tidak menampik bahwa pihaknya berencana membeli pesawat jet tempur J-10C buatan China.
"Ada pandangan kesana.
Jadi untuk penentuan alat utama sistem senjata (alutsista) juga tidak hanya, 'ya saya beli'," kata Tonny seperti dikutip Zonajakarta.com dari Antara edisi 27 Mei 2025.
Menurut Tonny, penentuan pembelian alutsista TNI AU harus melalui beberapa tahap dan pertimbangan di Dewan Penentu Alutsista (Wantuwanda).
Baca Juga:
Di forum tersebut, pemerintah akan mempertimbangkan segala aspek dari mulai kecocokan alutsista untuk pertahanan negara hingga pertimbangan hubungan politik antar negara.
Indonesia sendiri, kata KASAU, merupakan negara non blok yang tidak terlibat konflik dengan negara manapun.
Kondisi tersebut membuat Indonesia, dalam hal ini TNI AU, memiliki keleluasaan dalam membeli alutsista.
"Kita juga negara non aligned, tidak berpihak ke salah satu blok.
Dari mana saja kita bersahabat baik," jelas Tonny.
Jika semua hal sudah dipertimbangkan dengan matang, maka TNI AU, lanjut Tonny, menyerahkan keputusan pembelian tersebut ke Kementerian Pertahanan (Kemhan).
Baca Juga:
"Jadi apa yang menjadi alutsista yang diberikan kepada Angkatan Udara, kami sebetulnya menunggu dari kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan," jelas Tonny.
Dikutip Zonajakarta.com dari Sina edisi 9 Mei 2025, J-10 adalah pesawat tempur serbaguna bermesin tunggal yang dirancang dan diproduksi oleh Chengdu Aircraft Industry Group dan telah beroperasi di Angkatan Udara Tiongkok sejak tahun 2003.
J-10C adalah versi yang ditingkatkan dari seri tersebut, dilengkapi dengan mesin yang lebih baik dan radar AESA yang lebih canggih, dan dapat meluncurkan rudal PL-15.
Pakistan adalah satu-satunya negara selain China yang dilengkapi dengan pesawat tempur J-10C.
Pada tahun 2020, negara ini memesan 36 pesawat tempur ekspor J-10CE dan 250 rudal PL-15E.
Gelombang pertama yang terdiri dari enam pesawat dikirimkan pada tahun 2022, dan jumlah total yang beroperasi mencapai 20.
Baca Juga:
Pada bulan Januari 2024, jet tempur J-10C melaksanakan misi tempur lintas batas pertamanya, memberikan pengawalan untuk operasi Angkatan Udara Pakistan melawan organisasi separatis Baloch di Iran, tetapi tidak berpartisipasi dalam pertempuran udara.
Sementara itu, dikutip Zonajakarta.com dari National Interest edisi 9 Mei 2025, NATO menyebut sebagai "Firebird," Chengdu J-10 "Vigorous Dragon" telah beroperasi dengan Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat selama hampir dua dekade.
Ketika Dewan Negara Tiongkok pertama kali menyetujui program J-10 selama Perang Dingin, prototipe baru tersebut diharapkan terutama untuk memenuhi peran pertempuran udara-ke-udara.
Chengdu Aircraft Design Institute (CADI) membangun jet tersebut dari awal.
Dilengkapi dengan sayap delta, mesin tunggal, dan canard depan, J-10 tentu saja lebih canggih daripada pendahulunya buatan Tiongkok.
Prototipe awal J-10 dilengkapi dengan mesin AL-31 buatan Rusia, yang memungkinkan kecepatan tertinggi Mach 1,8 (kali kecepatan suara).
Baca Juga:
Varian J-10C terbaru, yang diterbangkan oleh Pakistan, memiliki beberapa atribut canggih yang menjadikannya platform yang lebih modern.
Mesin WS-10B menggantikan mesin Rusia.
Selain itu, J-10C memiliki desain saluran masuk yang ditingkatkan yang meminimalkan profil radarnya, sehingga lebih menantang bagi pesawat musuh untuk mendeteksinya di langit.
Pakistan sebelumnya mengonfirmasi pengadaan seri pesawat tempur Firebird buatan China pada tahun 2022.
Dalam pidato publik saat itu, menteri dalam negeri Pakistan, Rasheed Ahmed, mengaitkan akuisisi ini dengan armada jet Rafale milik India yang terus bertambah.
Menurut Defense News, minat Islamabad terhadap platform China sudah ada sejak lama.
Baca Juga:
Negara itu pertama kali tertarik pada varian ekspor Firebird pada tahun 2015, namun, rencana untuk membeli seri tersebut gagal karena keterbatasan anggaran.
Sejak 2020 lalu sina.com sudah melaporkan China memang getol menawarkan alutsistanya ke Indonesia.
Hasilnya Indonesia memborong bermacam senjata dari China dari rudal hingga MLRS.
"Apalagi Indonesia sebelumnya telah membeli rudal anti kapal C 802, roket self-propelled tipe 90B, shipborne rapid-fire gun tipe 730, dan radar AF902 dari China," jelas sina.com pada 16 Maret 2020 lalu.
Mereka menyebut bila J-10 lebih canggih dari F-16 dan Su-30 Indonesia.
"Harga J-10 lebih dari 50 juta dolar AS lebih murah daripada Rafale, dan sistem avionik J-10C sangat canggih, jauh lebih unggul dari F-16 dan Su-30 saat ini digunakan Indonesia," bebernya.
Baca Juga:
China menjelaskan tak ada alasan bagi Indonesia menolak J-10 melihat dari track record pembelian di atas.
"Tidak ada halangan (alasan) untuk (Indonesia) membeli J-10," jelas media Tiongkok itu.
Ketertarikan Indonesia terhadap jet tempur J-10 buatan China makin jadi sorotan kala media Prancis Intelligence Online pada 26 Mei 2025 menerbitkan sebuah artikel berjudul "Jet Tempur China Siap Mendarat di Jakarta Bersama Rafale Milik Prancis".
Tak tanggung-tanggung, Indonesia bahkan dikabarkan akan membeli sebanyak 42 unit jet tempur J-10 buatan China.
"Angkatan Udara Indonesia telah memberikan persetujuan prinsip untuk membeli 42 jet tempur J-10 dari China, kata beberapa sumber.
Jika kontraknya disetujui, pesawat ini akan terbang bersama Rafale yang dibeli dari Prancis," jelas Intelligence Online seperti dikutip Zonajakarta.com.
Baca Juga:
Sementara itu, Asia Pacific Defense Journal edisi 28 Mei 2025 menyebut TNI AU dilaporkan telah menyetujui usulan pengadaan hingga 42 pesawat tempur J-10 Vigorous Dragon bekas dari China sebagai bagian dari upaya modernisasi dan perluasan kemampuan tempurnya.
"Menurut Intelligence Online, TNI-AU telah mencari cara cepat untuk membangun armada pesawat tempurnya setelah adanya penundaan dalam penggantian armada pesawat tempur ringan Northrop F-5E/F Tiger II yang sudah pensiun," jelas media berbahasa Inggris itu seperti dikutip Zonajakarta.com.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar