Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah
Inggris, Prancis, dan Kanada Ancam Jatuhkan Sanksi Terhadap Israel Terkait Kekejaman di Gaza - PAGE ALL : Okezone News

Inggris, Prancis, dan Kanada Ancam Jatuhkan Sanksi Terhadap Israel Terkait Kekejaman di Gaza
JAKARTA - Inggris, Prancis, dan Kanada telah memperingatkan Israel bahwa mereka akan mengambil "tindakan konkret" jika Israel terus melakukan perluasan operasi militer yang "mengerikan" di Gaza.
Ancaman Sanksi
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Kanada Mark Carney bergabung untuk menyerukan pemerintah Israel agar "menghentikan operasi militernya" dan "segera mengizinkan bantuan kemanusiaan memasuki Gaza".
"Penolakan Pemerintah Israel atas bantuan kemanusiaan penting bagi penduduk sipil tidak dapat diterima dan berisiko melanggar Hukum Kemanusiaan Internasional," kata pernyataan bersama yang dirilis oleh pemerintah Inggris, sebagaimana dilansir Reuters.
"Kami menentang segala upaya untuk memperluas permukiman di Tepi Barat... Kami tidak akan ragu untuk mengambil tindakan lebih lanjut, termasuk sanksi yang ditargetkan."
Tidak ada makanan, bahan bakar, atau obat-obatan yang diizinkan masuk ke Gaza sejak 2 Maret, situasi yang sebelumnya digambarkan PBB sebagai "bencana besar" bagi penduduk Palestina.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menanggapi dengan mengatakan bahwa ketiga pemimpin tersebut telah menawarkan "hadiah besar" bagi Hamas dalam perang Gaza.
"Dengan meminta Israel mengakhiri perang defensif demi kelangsungan hidup kami sebelum teroris Hamas di perbatasan kami dihancurkan dan dengan menuntut negara Palestina, para pemimpin di London, Ottawa, dan Paris menawarkan hadiah besar atas serangan genosida terhadap Israel pada 7 Oktober sambil mengundang lebih banyak kekejaman seperti itu," kata Netanyahu.
Bantuan Kemanusiaan Masuk ke Gaza
Pada Minggu, (18/5/2025) Netanyahu mengatakan negaranya akan mengizinkan "sejumlah makanan pokok" untuk memasuki wilayah tersebut setelah blokade selama 11 minggu, tetapi berencana untuk mengambil "kendali atas seluruh Gaza".
Ketiga pemimpin Barat mengkritik hal ini sebagai "sangat tidak memadai" karena "penolakan bantuan kemanusiaan penting bagi penduduk sipil tidak dapat diterima dan berisiko melanggar Hukum Humaniter Internasional".
Mereka menambahkan tingkat penderitaan di Gaza "tidak dapat ditoleransi".
Ketiganya juga mengutuk "bahasa menjijikkan yang digunakan baru-baru ini oleh anggota Pemerintah Israel, yang mengancam bahwa, dalam keputusasaan mereka atas kehancuran Gaza, warga sipil akan mulai pindah".
"Pemindahan paksa permanen merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional," mereka menambahkan, sebagaimana dilansir BBC.
Kepala bantuan kemanusiaan PBB Tom Fletcher, mantan diplomat Inggris, mengatakan jumlah truk bantuan yang telah diizinkan masuk adalah "setetes air di lautan dari apa yang sangat dibutuhkan".
"Kami selalu mendukung hak Israel untuk membela warga Israel dari terorisme. Namun, eskalasi ini sama sekali tidak proporsional," tambah pernyataan para pemimpin itu, merujuk pada serangan Israel yang baru.
Starmer, Macron, dan Carney juga menyerukan Hamas untuk segera membebaskan para sandera yang tersisa yang ditawan dalam "serangan keji" di Israel selatan pada 7 Oktober 2023.
Perang Gaza dipicu oleh serangan yang dipimpin Hamas yang menewaskan sekira 1.200 orang dan menyandera 251 orang. Sekira 58 sandera masih berada di Gaza, 23 di antaranya diyakini masih hidup.
Kementerian kesehatan Gaza, yang dijalankan oleh Hamas, mengatakan lebih dari 53.000 warga Palestina telah tewas selama kampanye militer Israel.
Pernyataan dari Inggris, Prancis, dan Kanada menegaskan kembali dukungan untuk gencatan senjata serta penerapan "solusi dua negara", yang mengusulkan negara Palestina merdeka yang akan berdiri berdampingan dengan Israel.
(Rahman Asmardika)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar