Natalius Pigai soal Pelajar Nakal Dibawa ke Barak TNI: Bukan Merupakan Corporal Punishment - merdeka

Pigai percaya tindakan yang dilakukan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi tidak termasuk dalam kategori tersebut.
Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai merespons kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang mengirim sejumlah pelajar ‘bermasalah’ ke barak militer. Menurut Pigai, kebijakan tersebut tidak melanggar standar HAM, selama tidak dimaknai sebagai hukuman, melainkan sebagai bentuk pembinaan karakter, mental, dan tanggung jawab anak.
“Apa yang dilakukan Pemda Jabar tersebut bukan merupakan corporal punishment (hukuman), tetapi bagian dari pembentukan karakter, mental dan tanggung jawab anak. Maka tentu tidak menyalahi standar Hak Asasi Manusia,” kata Pigai dalam keterangan tertulis, Selasa (6/5).
Pigai menjelaskan, hukuman atau corporal punishment mengacu pada penggunaan kekerasan fisik yang menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan, seperti memukul, menampar, atau menggunakan benda keras terhadap anak.
“Ini kontroversial karena dampaknya yang negatif terhadap kesehatan fisik dan mental anak,” tegasnya.
Namun, Pigai percaya tindakan yang dilakukan Gubernur Jabar itu tidak termasuk dalam kategori tersebut.
“Sepanjang pendidikan menyangkut pembinaan mental, karakter dan nilai-nilai kedisiplinan, maka hal tersebut sesuai dengan prinsip dan standar HAM,” tandasnya.
Pendidikan di Barak Militer Bertahap di Daerah Rawan
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sebelumnya mengungkapkan, program pendidikan di barak militer akan bekerja sama dengan TNI dan Polri, dengan tujuan membentuk pendidikan karakter bagi siswa bermasalah.
“Tidak harus langsung di 27 kabupaten/kota. Kita mulai dari daerah yang siap dan dianggap rawan terlebih dahulu, lalu bertahap,” kata Dedi, dikutip Minggu (27/4/2025).
Menurut politisi Gerindra itu, sekitar 30 hingga 40 barak khusus telah disiapkan oleh TNI. Program pendidikan akan berlangsung selama 6 bulan, dengan kriteria peserta yang dianggap perlu pembinaan di barak militer.
“Tukang tawuran, tukang mabok, tukang main Mobile Legends, yang kalau malam kemudian tidurnya tidak mau sore. Ke orang tua melawan. Melakukan pengancaman. Di sekolah bikin ribut. Bolos terus. Dari rumah berangkat ke sekolah, ke sekolah enggak sampai. Kan kita semua dulu pernah gitu ya,” ujar Dedi.

- Muhammad Radityo Priyasmoro
Pigai menilai kebijakan Gubernur Jawa Barat yang sudah mulai dijalankan itu tidak termasuk ke dalam kategori hukuman fisik.
Anak-anak yang dikirim ke barak militer adalah mereka yang suka tawuran, balap liar, bolos, kecanduan game, melawan orang tua hingga prilaku buruk lainnya.
Selain para siswa, rupanya ada juga siswi yang atas kemauan sendiri mengikuti pendidikan disiplin militer
Ragam permasalahan pendidikan di Jawa Barat menjadi salah satu concern Dedi Mulyadi.
Secara mengejutkan, siswa tersebut mengaku telah menangis saat jauh dari sosok ibu.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menerapkan kedisiplinan pada anak-anak sekolah yang bermasalah, dengan membina di barak TNI.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menerapkan kedisiplinan pada anak-anak sekolah yang bermasalah, dengan membina di barak TNI
Panglima Agus mengakui, jika dalam instansi TNI, terdapat program bela negara yang biasa diikuti oleh masyarakat sipil
Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin merespons rencana pendidikan militer di barak bagi siswa yang nakal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar