Dunia Internasional
Presiden Mahmoud Abbas Ancam Gerakan Perlawanan Palestina Segera Lucuti Senjata, Ternyata Atas Perintah Negara Ini - merdeka

Jika kelompok-kelompok perlawanan menolak, akan dilakukan operasi militer.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas akan mengunjungi Lebanon pada 19 Mei untuk mengumumkan pelucutan senjata faksi-faksi perlawanan Palestina. Hal tersebut akan ia tekankan bahkan jika harus dilakukan dengan kekerasan.
Dilansir Middle East Eye, Minggu (4/5), sumber-sumber dari Palestina dan Lebanon mengatakan bahwa Abbas akan melakukan kunjungan resmi ke Beirut untuk bertemu dengan presiden Lebanon serta pejabat tinggi lainnya.
Selama kunjungan tersebut, Abbas akan mengumumkan pelucutan senjata gerakan Fatah miliknya sendiri dan faksi-faksi Palestina lainnya yang berada di kamp-kamp di Beirut dan di seluruh Lebanon.
Sumber tersebut juga mengatakan Abbas telah menyetujui rencana untuk menyingkirkan senjata-senjata Fatah dari kamp-kamp di negara tersebut.
Ia akan secara eksplisit meminta faksi-faksi Palestina lainnya yang melawan penjajah Israel untuk melucuti senjata. Seruan tersebut merupakan sebuah langkah yang mungkin disambut baik di Tel Aviv, tetapi dapat memicu keresahan serius dalam masyarakat Palestina.
Jika kelompok-kelompok perlawanan menolak, operasi militer dilaporkan akan menargetkan mereka yang menentang perintah pelucutan senjata di negara Lebanon.
Menurut sumber tersebut, keputusan yang diambil Abbas untuk melucuti senjata Fatah dan faksi-faksi lainnya merupakan permintaan Arab Saudi yang disampaikan melalui Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Al Saud.
Abbas diharapkan memberikan perlindungan politik untuk operasi seperti ini di bawah panji kepemimpinannya di Palestina. Ia bermaksud membentuk komite keamanan yang bertugas mengawasi proses pelucutan senjata dan menetapkan jadwal yang jelas untuk penyerahan senjata.
Jika faksi-faksi tersebut gagal mematuhi arahan negara Lebanon dan keputusan Abbas, mereka akan kehilangan semua dukungan organisasi dan politik, membuka jalan bagi aksi militer oleh pasukan Lebanon untuk melucuti senjata kelompok-kelompok yang bermarkas di kamp-kamp pengungsi Palestina di negara tersebut.
“Hamas dan faksi-faksi lainnya tidak akan diizinkan untuk mengancam keamanan nasional,” kata Brigadir Jenderal Lebanon Mohammed al-Mustafa
Kehadiran Bersejarah Kelompok Perlawanan Palestina di Lebanon
Kelompok-kelompok perlawanan Palestina aktif di kamp-kamp pengungsi di Lebanon karena pemindahan bersejarah dan marginalisasi yang sedang berlangsung.
Setelah pembentukan Israel pada 1948 dan perang Arab-Israel, ratusan ribu warga Palestina diusir dari rumah mereka, sebagian besar dari mereka mencari perlindungan di Lebanon.
Seiring berjalannya waktu, kelompok-kelompok seperti Fatah, lalu Hamas, serta Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP), hadir di kamp-kamp tersebut untuk melanjutkan jihad melawan Israel.
Pengungsi Palestina di Lebanon masih mengalami penolakan dari hak-hak dasar sipil, termasuk akses ke banyak pekerjaan dan hak untuk memiliki rumah. Dengan kesempatan yang terbatas, beberapa dari pengungsi bergabung dengan pasukan tentara sebagai perlindungan, mata pencaharian, atau perwakilan politik.
Banyak penduduk Palestina yang masih membawa kenangan pembantaian Sabra dan Shatila pada 1982, salah satu kejadian yang paling mengerikan dari perang saudara Lebanon.
Reporter Magang: Devina Faliza Rey
Prabowo Lobi-Lobi Pangeran MBS Bangun Perkampungan Indonesia di Tanah Suci - merdeka

Pernyataan yang disampaikan oleh Netanyahu membuat situasi gencatan senjata dengan Hizbullah menjadi semakin kritis.
Rusia Undang Hamas dan Kelompok Palestina ke Moskow, Ini yang Bakal Dibahas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar