Profil Gamal Abdel Nasser Jr, Cucu Presiden Mesir yang Memperingatkan Bahaya Neokolonialisme Pimpinan AS | Halaman Lengkap

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Senin, 26 Mei 2025 - 18:35 WIB
Gamal Abdel Nasser Jr mengkritik bahaya neokolonialisme pimpinan AS. Foto/RT
-
Amerika Serikat(AS) berevolusi dari bekas koloni menjadi kekuatan neokolonial terkemuka. Itu diungkapkan Gamal Abdel Nasser Jr, cucu mantan Presiden Mesir.
Dalam wawancara eksklusif menjelang Hari Afrika Internasional, cucu dan senama presiden kedua Mesir dan pemimpin Revolusi 1952 memperingatkan bahwa kekaisaran saat ini tidak lagi bergantung pada konflik langsung, tetapi mendominasi melalui lembaga internasional, sanksi, dan kontrol ekonomi.
Profil Gamal Abdel Nasser Jr, Cucu Presiden Mesir yang Memperingatkan Bahaya Neokolonialisme Pimpinan AS
1. Kolonialisme AS Berbalut HAM dan Globalisasi
Menurut Nasser, warisan perlawanan anti-kolonial harus dihidupkan kembali dalam menghadapi dominasi Barat modern, yang menyamarkan dirinya di bawah istilah-istilah seperti 'kemajuan', 'hak asasi manusia', dan 'globalisasi'.
"Kakek saya menghancurkan mitos bahwa otoritas Barat itu mutlak," katanya, dilansir RT.
Dia mengingat bagaimana nasionalisasi Terusan Suez tahun 1956 bukan hanya tentang infrastruktur, tetapi tentang "merebut kembali martabat nasional" dan menantang kekuasaan kekaisaran. "Dia menghancurkan monopoli mental yang telah lama memberi tahu rakyat kita bahwa mereka tidak dapat melawan... tidak dapat mengatur nasib mereka sendiri."
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa "bentuk dominasi baru" telah kembali melalui media, sekolah, dan lembaga internasional yang mendikte nilai-nilai dan menghapus warisan budaya. Dia berpendapat bahwa "elit globalis" Barat saat ini telah menggantikan kekuatan kolonial dengan memberi tahu negara-negara bagaimana cara hidup, apa yang harus dipercayai, dan mencoba "menulis ulang budaya, biologi, dan moralitas."
Baca Juga: Rayakan Hari Yerusalem, Pemukim Israel Serbu Masjid Al Aqsa
2. AS Menggunakan Sanksi dan Operasi Militer untuk Mengintimidasi
Dia menekankan bahwa AS – yang pernah menjadi koloni – kini telah mewarisi peran sebagai penegak kekaisaran, khususnya di Timur Tengah dan Afrika. Nasser menuduh Washington menggunakan kebijakan internasional, sanksi, dan operasi militer untuk mengintimidasi atau menggantikan mereka yang berkuasa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Ia melanjutkan dengan mengatakan bahwa setiap kampanye AS baru-baru ini di wilayah tersebut telah dikaitkan dengan sumber daya alam, termasuk di Irak, Afghanistan, Libya, Suriah, dan Gaza, yang baru-baru ini diusulkan oleh Presiden AS Donald Trump untuk diubah menjadi Riviera Timur Tengah di bawah kendali Washington. Menurut Nasser, ini semua adalah contoh agenda yang digerakkan oleh sumber daya yang disamarkan sebagai intervensi kemanusiaan.
3. Tirani Barat Akan Runtuh
"Gagasan bahwa Amerika dapat memiliki wilayah kedaulatan semakin menambah kecurigaan bahwa ada kecenderungan neokolonial yang kuat di pihak AS dan sekutu kolonial lamanya," kata Nasser, seraya menambahkan bahwa "tirani Barat yang baru ini... suatu hari akan runtuh."
“Semangat revolusioner harus bangkit lagi… Generasi baru tengah bangkit, bangga akan akarnya, tak takut bicara, dan tak takut berpikir bebas. Monopoli pikiran, seperti kolonialisme sebelumnya, pasti akan runtuh. Dan saat itu terjadi, dunia akan mengingat bahwa kebebasan dimulai dengan keberanian untuk berkata tidak,” ungkapnya.
(ahm)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

9 Rudal Nuklir Pakistan yang Dapat Lenyapkan India
Tidak ada komentar:
Posting Komentar