Internasional, Konflik Timur tengah
Terungkap, AS Ternyata Tak Berniat Paksa Israel Mengakhiri Perang di Gaza

Kompas.tv - 16 Mei 2025, 13:28 WIB

DOHA, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) ternyata tak berniat memaksa Israel untuk mengakhiri perang di Gaza.
Dua pejabat Arab mengungkapkan bahwa Utusan Khusus AS untuk Timur Tengah Steve Witkoff, telah mengatakan kepada mediator bahwa Washington tak berencana memaksa Israel mengakhiri perang di Gaza.
Mereka mengungkapkan hal tersebut kepada The Times of Israel, Kamis (15/5/2025), di tengah kembali dimulainya pembicaraan terkait sandera antara Israel dan Hamas di Doha.
Baca Juga: Israel Serang Rumah Sakit di Gaza, Pemimpin Hamas Mohammed Sinwar Diyakini Jadi Target
Pernyataan Witkoff itu muncul di saat Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menolak untuk menghentikan perang di Gaza.
Sumber tersebut juga diperkuat dengan pernyataan Witkoff dalam rekaman pertemuan dengan keluarga sandera Israel pada Selasa (13/5/2025), yang diterima Haaretz.
“Kami bukan Pemerintah Israel. Pemerintah Israel merupakan pemerintah berdaulat,” ujarnya dalam rekaman tersebut.
“Mereka tak bisa mengatakan kepada kami apa yang harus dilakukan, dan kami tak bisa mengatakan kepada mereka apa yang harus mereka lakukan,” ujarnya.
Namun kantor Witkoff tak merespons saat ditanya mengenai perihal tersebut.
Pernyataan Witkoff itu merujuk pada pertanyaan dari seorang keluarga sandera kenapa AS tak berniat memaksa Netanyahu untuk menghentikan perang.
Mediator dari Qatar dan Mesir mengharapkan AS segera bergerak untuk menghentikan perang di Gaza.
Hal itu mengingat pernyataan Presiden AS Donald Trump, dengan pembantu utama lainnya tentang keingin mengakhiri perang setelah Hamas membebaskan sandera AS-Israel Edan Alexander, Senin (12/5/2025).
Netanyahu sebelumnya hanya menyetujui gencatan senjata sementara sekitar 45 hari, yang akan dimulai dengan Hamas membebaskan sekitar 10 sandera.
Menurut sumber pejabat Arab pertama, pada saat itu Netanyahu telah mengatakan kepada Witkoff, Israel bersiap melakukan pembicaraan untuk mengakhiri perang secara permanen, tanpa berkomitmen pada hasil tersebut di awal.
Hamas dengan tegas menolak kerangka kerja tersebut, berargumen bahwa mereka telah sepakat untuk membebaskan sandera pada kesepakatan gencatan senjata di Januari, yang seharusnya diikuti Israel mengadakan pembicaraan untuk mengakhiri perang secara permanen.
Netanyahu kemudian menolak memasuki fase negosiasi tersebut, dan berakhir memulai kembali serangan IDF ke Gaza pada 18 Maret.
Oleh karena itu, Hamas bersikeras Israel berkomitmen untuk mengakhiri perang sebelum membebaskan sandera tambahan.
Hamas juga mengeluarkan pernyataan, yang memperingatkan akan berbahaya bagi perundingan jika Israel tak mengakhiri blokade yang berlangsung 2,5 bulan terhadap bantuan yang masuk ke Gaza.
Israel menuduh Hamas mencuri banyak dari bantuan tersebut ketika sebelumnya sempat dimasukkan.
Karena kedua belah pihak tetap keras kepala, Witkoff telah mengajukan usulan yang berupaya untuk mencapai kesepakatan di tengah jalan.
Baca Juga: Kritik Putin Tugaskan Delegasi Level Bawah ke Perundingan, Zelenskyy: Tak Hormati Erdogan-Trump
Kata kedua pejabat Arab itu, usulan itu akan membebaskan sejumlah kecil sandera sebagai ganti gencatan senjata selama sepekan.
Witkoff juga telah meyakinkan Hamas melalui para mediator bahwa AS akan memastikan kali ini Israel benar-benar memasuki perundingan mengenai ketentuan gencatan senjata permanen.
Pejabat Arab itu mengatakan kedua belah pihak masih terpisah jauh, namun mediator AS, Qatar dan Mesir masih mencari cara menekan mereka untuk berkompromi dalam beberapa hari ke depan.

Kami memberikan ruang untuk
Anda menulis
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Daftar di sini
Sumber : The Times of Israel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar