Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Garda Revolusi Islam Konflik Timur Tengah pinfo

    Apa Itu Garda Revolusi Islam? Pasukan Elite Andalan Iran dalam Perang Melawan Israel | Sindonews

    4 min read

     Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah,

    Apa Itu Garda Revolusi Islam? Pasukan Elite Andalan Iran dalam Perang Melawan Israel | Halaman Lengkap

    Korps Garda Revolusi Islam, pasukan elite yang jadi andalan Iran dalam perang melawan Israel. Foto/Atlantic Council

    TEHERAN 

    - Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) berada di pusat perang antara

     Iran 

    dan

     Israel. 

    Pasukan itulah yang memimpin pembalasan terhadap agresi militer Zionis meskipun banyak komandan tinggi mereka terbunuh sejak perang pecah Jumat lalu.

    IRGC telah bertugas sebagai pasukan militer elite yang setia kepada Pemimpin Tertinggi Republik Islam Iran sejak didirikan setelah Revolusi Islam 1979. Tujuannya adalah untuk melindungi sistem pemerintahan ulama Muslim Syiah.

    Terpisah dari angkatan bersenjata reguler Iran tetapi dianggap sebagai bagian dari negara Iran, IRGC memiliki Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan sayap intelijennya sendiri.

    Baca Juga: Iran Tembakkan Rudal Sejjil ke Israel: Gerbang Neraka Akan Terbuka untuk Zionis!

    Mengutip laporan Reuters, Kamis (19/6/2025), IRGC bertanggung jawab kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

    IRGC mengatakan bahwa mereka memiliki pasukan militer sekitar 150.000 orang, dengan unit Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.

    Mereka juga memimpin milisi keagamaan Basij, pasukan paramiliter sukarelawan yang setia kepada lembaga ulama yang telah digunakan untuk menindak protes antipemerintah.

    Anggota Basij melancarkan serangan "gelombang manusia" terhadap pasukan Irak selama perang pada tahun 1980-an. Di masa damai, mereka telah menegakkan kode sosial Islam Syiah Iran.

    Para analis mengatakan relawan Basij mungkin berjumlah jutaan, dengan lebih dari 1 juta anggota aktif.

    Mantan perwira IRGC telah memegang posisi penting dalam lembaga Iran, dari pemerintah hingga Parlemen. Mandat IRGC untuk melindungi nilai-nilai revolusioner telah mendorongnya untuk berbicara ketika merasa sistemnya terancam.

    IRGC memiliki cabang yang dikenal sebagai Pasukan Quds yang bertanggung jawab atas operasi luar negeri. Pasukan Quds membangun jaringan sekutu Arab yang dikenal sebagai Poros Perlawanan, mendirikan Hizbullah di Lebanon pada tahun 1982 dan mendukung kelompok militan Islam Palestina; Hamas, di Jalur Gaza.

    IRGC juga dikerahkan untuk mendukung pemimpin Suriah yang digulingkan Bashar al-Assad dalam perang Suriah, dan telah mendukung milisi Syiah di Irak dan Houthi di Yaman.

    Mereka berperan membantu Irak memerangi ISIS setelah kelompok radikal itu menguasai sebagian besar Irak satu dekade lalu.

    Namun, jaringan yang berpihak pada Iran telah mengalami pukulan besar selama dua tahun terakhir, dengan serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober terhadap Israel yang mengakibatkan serangan Israel yang telah menghantam kelompok perlawanan Palestina dan Hizbullah.

    Dalam kemunduran besar lainnya bagi Iran, Assad digulingkan pada bulan Desember.

    Amerika Serikat menetapkan IRGC sebagai Organisasi Teroris Asing pada tahun 2019, sebagai bagian dari kebijakan Presiden Donald Trump untuk memberikan tekanan maksimum pada Iran selama pemerintahan pertamanya.

    Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa IRGC terlibat langsung dalam rencana teroris, menuduhnya membunuh warga negara AS dan mengatakan Iran bertanggung jawab atas kematian sedikitnya 603 anggota militer Amerika di Irak setelah tahun 2003.

    Departemen itu mencatat dukungan IRGC untuk kelompok-kelompok di wilayah Timur Tengah yang juga dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat, termasuk Hizbullah, Hamas, dan Kataib Hizbullah di Irak.

    Israel telah memberikan pukulan telak kepada komando IRGC selama operasinya saat ini, menewaskan panglima tertingginya, Mayor Jenderal Hossein Salami, komandan Pasukan Dirgantara IRGC Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, dan Mayor Jenderal Golamali Rashid, di antara yang lainnya.

    Salah satu pukulan terberat sebelumnya terhadap komando IRGC terjadi pada tahun 2020, ketika Amerika Serikat menewaskan Mayor Jenderal Qassem Soleimani dalam serangan pesawat nirawak di Irak.

    Sebagai komandan Pasukan Quds, Soleimani secara luas dipandang sebagai tokoh penting dalam upaya Iran untuk membangun Poros Perlawanan.

    IRGC mengawasi program rudal balistik Iran, yang oleh para ahli dianggap sebagai yang terbesar di Timur Tengah. IRGC telah meluncurkan salvo rudal ke Israel selama konflik terbaru dengan Israel, seperti yang dilakukannya tahun lalu selama baku tembak. Dalam beberapa tahun terakhir, Garda Revolusi juga telah menggunakan rudal untuk menyerang militan Muslim Sunni di Suriah dan kelompok oposisi Kurdi Iran di Irak utara.

    Amerika Serikat, negara-negara Eropa, dan Arab Saudi menyalahkan Iran atas serangan rudal dan pesawat nirawak tahun 2019 yang melumpuhkan fasilitas pemrosesan minyak terbesar di dunia di Arab Saudi, meskipun Iran membantah terlibat. Trump menunjuk program rudal Iran sebagai salah satu poin yang tidak dibahas dalam kesepakatan nuklir tahun 2015 dengan negara-negara besar dan mengutipnya sebagai alasan untuk menarik diri dari perjanjian tersebut pada tahun 2018.

    Garda Revolusi memiliki perangkat keras dan kemampuan tempur konvensional yang luas, yang ditunjukkan dalam keterlibatan mereka dalam konflik di Suriah dan Irak.

    Setelah perang tahun 1980-an dengan Irak, IRGC terlibat erat dalam rekonstruksi Iran. Sejak itu, kepentingan ekonominya telah diperluas hingga mencakup jaringan bisnis yang luas senilai miliaran dolar, mulai dari konstruksi dan telekomunikasi hingga proyek minyak dan gas.

    (mas)

    Komentar
    Additional JS