Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah,
Bunker Buster, Satu-satunya Senjata yang Dianggap Bisa Hancurkan Fasilitas Nuklir Fordow Iran - Halaman all - Tribunnews


TRIBUNNEWS.com - Baru-baru ini, sumber keamanan Israel mengungkapkan pihaknya akan tetap menyerang fasilitas nuklir Fordow milik Iran, dengan atau tanpa bantuan AS.
Namun, tampaknya Israel tidak bisa mengeksekusi rencana itu sendirian.
Para pejabat AS dan pakar menyatakan fasilitas nuklir Fordow milik Iran, yang dibangun jauh di dalam gunung, hanya bisa dihancurkan menggunakan bunker buster.
Dilansir Al Jazeera, bunker buster atau bom penghancur bunker seberat 13.000 kilogram, dianggap sebagai satu-satunya senjata yang bisa meluluh-lantakkan Fordow.
AS adalah satu-satunya negara yang memiliki bunker buster, yang dikirim menggunakan pesawat pengebom B-2.
Jika AS benar akan ikut campur dalam konflik Iran vs Israel dan mengerahkan bunker buster, maka ini bakal menjadi serangan ofensif aktif terhadap Teheran.
Baca juga: Citra Satelit Tunjukkan Pesawat Militer AS Hilang dari Pangkalan Qatar, Lindungi Diri dari Iran?
Sebelumnya, dua sumber keamanan Israel mengatakan kepada Iran International, Tel Aviv berencana menargetkan Fordow dalam waktu paling lama 48-72 jam.
Menurut mereka, penyerangan itu dianggap sebagai satu-satunya cara untuk menghentikan Iran melakukan proyek nuklirnya.
"Agar kami bisa memaksa Iran untuk membawanya kembali ke meja perundingan, ini adalah satu-satunya cara," kata seorang sumber intelijen Israel dengan syarat anonim.
Meski demikian, sumber itu menyebut Israel butuh bantuan AS untuk menyerang Fordow.
Sebab, dibutuhkan aset militer canggih AS untuk menghancurkan lokasi nuklir Iran.
Tetapi, menurut sumber itu, sikap Presiden AS, Donald Trump, sedang tidak bisa diprediksi.
"Kami membutuhkan AS untuk mengambil tindakan. Kami butuh Trump untuk melakukan ini (serangan). Namun, Trump sangat tidak terduga saat ini, jadi apa pun bisa terjadi," urai sumber tersebut.
Sumber Israel lainnya, memberi "penawaran" kepada AS soal rencana serangan ke Iran.
Sumber itu mengatakan, "keputusan itu harus dibuat secepat mungkin, jika tidak, kesempatan itu (ikut menyerang Iran) akan hilang."
Diketahui, jangkauan dan kekuatan pesawat pengebom Israel lebih terbatas dibandingkan dengan rekan-rekan mereka dari Amerika, sehingga serangan terhadap Fordow oleh pasukan Israel sendiri menjadi lebih rumit.
F-15 Israel menempuh jarak hampir 2.000 kilometer dengan muatan yang jauh lebih kecil sekitar 400 kilogram.
Menghancurkan fasilitas pengayaan Fordow membutuhkan aset militer AS yang tidak pernah digunakan dalam perang, menurut laporan di Wall Street Journal.
Dikenal sebagai Massive Ordnance Penetrator, GBU-57 dirancang untuk menembus bebatuan gunung sepanjang 200 kaki sebelum meledak. Amerika Serikat memiliki sekitar 20, surat kabar melaporkan, yang dikirim melalui pesawat pengebom siluman B-2.
Trump Akan Putuskan 2 Minggu Lagi
Sementara itu, Trump baru akan memutuskan apakah bakal ikut campur dalam konflik Iran vs Israel, dua minggu mendatang.
Baca juga: Iran Pakai Rudal Baru untuk Serang Markas Mossad Israel, Tak Terdeteksi dan Tak Bisa Dicegat
Sekretaris Pers Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyampaikan pesan langsung dari Trump yang berisi:
"Berdasarkan fakta bahwa ada peluang besar terjadinya negosiasi dengan Iran dalam waktu dekat, saya akan membuat keputusan apakah akan pergi (ikut campur) atau tidak dalam dua minggu ke depan."
Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri Iran mengatakan kepada BBC, jika Trump ikut campur dengan membantu Israel, maka itu akan menyebabkan "neraka" di Timur Tengah terbuka.
"Ini bukan perang Amerika," imbuh dia.
Berita itu muncul 24 jam setelah Trump mengatakan dia belum memutuskan untuk bergabung dalam konflik tersebut.
Ketika ditanya apa pesan untuk "pendukung Trump sehari-hari" yang memiliki kekhawatiran tentang keterlibatan AS, Leavitt mengatakan untuk "percaya pada Presiden Trump".
Ia menambahkan, "prioritas utama" Presiden adalah memastikan Iran tidak berhasil membangun senjata nuklir.
Leavitt sejauh ini berulang kali menolak untuk membahas "hipotesis", termasuk apakah pejabat Iran dapat datang ke Gedung Putih, atau apakah Trump akan meminta persetujuan dari Kongres atas keterlibatan AS.
Trump dan pemerintahannya berupaya mempertahankan suasana ambiguitas strategis - tidak mengungkapkan banyak hal kepada publik tentang pemikiran atau tindakan potensial mereka terhadap konflik Iran vs Israel.
"Saya mungkin melakukannya," katanya kepada wartawan pada Rabu (18/6/2025).
"Saya mungkin tidak melakukannya," ujarnya lagi.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)
0 Komentar