Dunia Internasional
IAEA Ungkap Data Terbaru: Stok Uranium Level Bom Nuklir Iran Terus Bertambah, Segini Jumlahnya | Republika Online

IAEA mendesak Teheran mengubah kebijakannya terkait pengayaan Uranium.
REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Badan Energi Atom Internasional (IAEA) pada Sabtu (31/5/2025) mengungkap data terbaru terkait jumlah stok uranium dengan kadar pemurnian 60 persen atau mendekati level produksi satu bom nuklir. IAEA mendesak Teheran untuk mengubah kebijakannya dan patuh terhadap aturan main pengayaan uranium.
Sponsored
Laporan yang diungkap oleh Associated Press ini muncul di tengah masa-masa sensitif di mana Teheran dan Washington diyakini semakin dekat dengan keputusan terkait negosiasi yang sudah lima kali digelar. Presiden AS Donald Trump belakangan mengklaim, bahwa AS dan Iran semakin dekat dengan penandatanganan sebuah kesepakatan.
Menurut laporan Associated Press, IAEA mengungkap data bahwa per 17 Mei, Iran telah berhasil mengumpulkan stok uranium dengan kadar permurnian 60 persen hingga 408, 6 kilogram (kg). Jumlah itu bertambah 133,8 kg dari laporan terkahir IAEA pada Februari 2025.
Material uranium yang dimiliki Iran saat ini, diyakini selangkah lebih dekat dengan angka pemurnian 90 persen, level yang dibutuhkan untuk membuat bom nuklir. Adapun, total stok uranium Iran pada Februari adalah 274,8 kg.
Scroll untuk membaca
Direktur Jenderal IAEA Rafael Mariano Grossi telah berulang kali menegaskan bahwa, "Iran adalah satu-satunya negara non-nuklir yang melakukan pengayaan uranium pada level itu."
Pada Sabtu, Grossi, meminta Iran untuk kembali bekerja sama secara penuh dan efektif dengan IAEA.
Sebelumnya, pada Kamis (29/5/2025), pejabat senior Iran membantah spekulasi bahwa kesepakatan negosiasi nuklir antara Iran dan AS segera terjadi. Pejabat itu menegaskan, bahwa kesepakatan apapun nantinya harus mencakup pencabutan penuh sanksi-sanksi terhadap Iran dan tetap memperbolehkan Iran melanjutkan program nuklirnya.
Penegasan pejabat Iran itu merespons pernyataan Donald Trump yang mengatakan, bahwa ia telah meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menahan diri tidak menyerang fasilitas nuklir Iran untuk memberikan waktu pemerintahan AS menekan Iran menyepakati sebuah perjanjian. Pada Jumat (30/5/2025), Trump mengklaim kesepakatan bisa tercapai "dalam waktu yang tidak lama lagi."
"Mereka tidak ingin diledakkkan. Mereka lebih memilih membuat suatu kesepakatan," kata Trump.
"Akan menjadi hal hebat bahwa kita bisa mencapai sebuah kesepakatan tanpa menjatuhkan bom-bom di seluruh kawasan Timur Tengah."
Sebelumnya, Menter Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengingatkan bahwa konflik baru yang muncul terhadap Iran akan memicu terbakarnya seluruh kawasan Timur Tengah. Peringatan itu muncul di tengah berlanjutnya proses negosiasi nuklir Iran dengan AS.
"Jika perang pecah di kawasan, semua negara dan seluruh kawasan akan hancur," ujar Aragchi, dalam pertemuan dengan komite parlemen Iran di Teheran, Ahad (25/5/2025), dikutip the New Arab.
Meski menyambut proposal dibangunnya sebuah pusat pengayaan uranium di kawasan, Araghchi menegaskan, bahwa "pengayaan uranium harus juga berlanjut di dalam negeri Iran". Dia menegaskan, Iran tetap berkomitmen dalam dialog dengan AS.
"Kami tidak pernah dan tidak akan meninggalkan meja perundingan dan akan melanjutkan diplomasi," sambil menambahkan, "Kami tidak akan bernegosiasi di bawah tekanan. Diplomasi kami adalah cerdas dan akan berlanjut hanya untuk urusan nuklir."
Pernyataan Araghchi muncul di tengah munculnya ketegangan dengan negara-negara Eropa penandatangan perjanjian JCOPA pada 2015, yang mengancam akan mencabut mekanisme resolusi perselisihan jika tidak ada kesepakatan sebelum 18 Oktober. Araghchi mengingatkan, jika Eropa tetap mencabut kesepakatan itu, mereka akan "bertemu dengan sebuah respons yang keras" dari Iran.
Youve reached the end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar