Integrasi Jet Tempur KAAN dengan Mesin TF35000 Bukan Cuma Untungkan Indonesia Tapi Bisa Picu Minat UEA - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.com - Indonesia secara resmi telah menandatangani kontrak pengadaan 48 unit jet tempur generasi kelima buatan Turki yakni KAAN di hari pertama penyelenggaraan Indo Defence 2024 yakni Rabu, 11 Juni 2025 lalu.
KAAN yang dipesan Indonesia rencananya akan diintegrasikan dengan mesin TF35000 yang diproduksi sendiri oleh perusahaan milik Turki yakni TUSAS Engine Industries (TEI).
Hal ini bukan hanya menguntungkan Indonesia sebagai pembeli yang sudah menandatangani kontrak secara resmi, tetapi juga dapat memicu minat Uni Emirat Arab (UEA) sebagai salah satu negara pembeli potensial.
Baca Juga:
Dilansir ZONAJAKARTA.com dari laman Army Recognition melalui artikel berjudul "Indigenous Turkish TF35000 Engine To Power Kaan Fifth-Generation Stealth Fighter" yang dimuat pada 16 Mei 2025, ada beberapa karakteristik yang menjadikan TF35000 sangat pantas untuk diintegrasikan dengan KAAN yang dijual untuk pasar ekspor termasuk Indonesia dan UEA.
Salah satunya adalah daya dorong sebesar 35.000 pon yang tentu saja lebih baik dari mesin F110 buatan General Electric.
Sehingga dengan daya dorong tersebut, jet tempur generasi kelima rancangan Turkish Aerospace Industries (TAI) itu bisa melaju dengan kecepatan supersonik (kisaran di atas Mach 3).
Mesin ini juga mengintegrasikan beberapa fitur rekayasa kedirgantaraan canggih termasuk superalloy yang tahan terhadap suhu tinggi, lapisan penghalang termal canggih, dan teknologi pendinginan yang inovatif.
Bagi TNI AU, ini sangat penting apabila mereka membutuhkannya dalam operasi yang bersifat sangat darurat.
Sebab mesin TF35000 juga memungkinkan efisiensi bahan bakar semaksimal mungkin untuk KAAN namun tanpa mengurangi performanya, bahkan justru jauh lebih baik.
Baca Juga:
Karena faktor inilah, Indonesia sangat tertarik dengan KAAN sebagai satu-satunya produk jet tempur generasi kelima yang meyakinkan dari berbagai sisi.
Sebelumnya, NKRI sempat membidik 48 unit F-35 sebagai incaran untuk menunjang modernisasi alutsista TNI AU.
Akan tetapi rencana tersebut urung dilakukan lantaran dua fitur siluman yang berbahaya dan mengancam kedaulatan negeri ini.

Minat Indonesia sendiri terhadap KAAN sejatinya sudah diungkapkan Presiden Prabowo Subianto sejak masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) RI di bawah pemerintahan Jokowi.
Dan saat dipercaya sebagai RI-1, ia berusaha mewujudkannya bahkan hingga rela melaksanakan kunjungan kenegaraan ke Istana Kepresidenan Turki di Ankara pada April 2025 lalu.
Presiden Prabowo pun mengutarakan keinginannya di hadapan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bahwa pihaknya berniat tidak hanya membeli armada KAAN semata.
Namun juga terlibat dalam pengembangannya hingga merakitnya di negeri sendiri dengan adanya benefit berupa transfer teknologi.
"Indonesia berkeinginan untuk ikut serta dalam kerja sama pengembangan jet tempur generasi kelima KAAN, dan juga pembangunan, pengembangan kapal selam bersama industri Turki," kata Presiden Prabowo dikutip dari artikel berjudul "Prabowo ingin RI ikut serta bangun jet tempur generasi 5.0 Turki" yang dimuat oleh laman Antaranews.com pada 11 April 2025.
Benefit transfer teknologi ini sangat penting untuk kemajuan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) ke depan.
Apalagi PTDI memiliki ambisi besar untuk menjadi pemain utama industri dirgantara global di masa mendatang.
Baca Juga:
Keberadaan mesin TF35000 yang diintegrasikan pada KAAN pesanan Indonesia bukan hanya memberikan keuntungan bagi TNI AU sebagai penerima manfaat.
Tetapi juga berpotensi mendorong minat negara lain untuk membeli pesawat yang sama, termasuk di antaranya UEA.
UEA sendiri digadang-gadang menjadi pembeli potensial KAAN lantaran adanya pengaruh diselenggarakannya pameran IDEX 2025 di Abu Dhabi pada bulan Februari lalu.
Melansir laman Eurasian Times edisi 20 Februari 2025 dalam artikelnya yang berjudul "“Alternative” To F-35, After Saudi Arabia, Another “Cash Rich” M.East Nation Keen On KAAN Fighters", pesawat ini direncanakan untuk dibeli lantaran bisa melengkapi keberadaan 80 unit Rafale F4 yang sudah dipesan sebelumnya (sebagian di antaranya bahkan sudah tiba di negaranya).
Di luar itu, UEA juga sangat tertarik untuk membeli drone dari negara yang sama yakni ANKA-3.
Ini sangat positif agar sektor pertahanan udara Abu Dhabi semakin kuat setidaknya di kawasan Timur Tengah.
Yang menjadikan mereka punya posisi setara dengan Indonesia untuk kawasan Asia Tenggara.

Dengan kata lain, keputusan Indonesia untuk membeli KAAN dan mengabaikan penawaran F-35 sudah sangat tepat.
Apalagi mesin TF35000 tidak hanya menjanjikan performa maksimal untuk pesawat.
Tetapi juga dapat memastikan kedaulatan penuh bagi setiap pengguna jet tempur asal Turki tersebut lantaran tidak adanya fitur yang mencurigakan terhadap kedaulatan NKRI layaknya fitur siluman pada F-35.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar