Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah
Israel Kembali Tembak Warga Gaza di Pusat Bantuan: 31 Tewas, Anak-anak Luka | kumparan


Serangan Israel di dekat pusat distribusi bantuan di Rafah, Jalur Gaza, kembali memakan korban. Sedikitnya 31 warga Palestina tewas dan lebih dari 120 lainnya terluka, termasuk anak-anak, dalam serangan pada Minggu (1/6).
“Jumlah martir dari pembantaian di pusat bantuan Amerika Serikat di Rafah telah meningkat menjadi sedikitnya 22 orang, dengan lebih dari 120 orang terluka,” ujar juru bicara pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, kepada AFP.
Kemudian Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 31 orang tewas dan 170 lainnya terluka, memperbarui jumlah korban sebelumnya.
Lokasi serangan berada di sekitar titik distribusi bantuan yang dikelola Gaza Humanitarian Foundation (GHF), organisasi baru yang dibentuk dengan dukungan AS dan Israel.

Pusat bantuan ini baru mulai beroperasi Senin lalu (26/5) dan dirancang menyalurkan kebutuhan pokok kepada warga sipil di tengah kelangkaan makanan dan obat-obatan akibat blokade yang berkepanjangan.
Namun, hanya sehari setelah pembukaan titik pertama di Rafah, tiga warga Palestina tewas dan puluhan terluka saat pasukan Israel menembaki warga yang sedang mengantre bantuan.
Dua hari berselang, penembakan kembali terjadi di lokasi berbeda di Rafah, menewaskan tujuh orang.
Serangan terbaru terjadi Minggu pagi, kurang dari seminggu sejak GHF memulai operasi.
Pasukan Israel kembali menembaki warga yang berkumpul di salah satu titik distribusi, menyebabkan puluhan korban jiwa.
Satu warga Palestina dilaporkan tewas dalam insiden serupa di titik distribusi keempat GHF di dekat Koridor Netzarim, Gaza tengah.
Di tengah gempuran dan blokade, warga Gaza terus berjuang mengakses kebutuhan dasar.

Harga pangan melonjak tajam. Satu kilogram tepung, yang biasanya seharga USD 1,5 atau sekitar Rp 20 ribu secara global, kini dijual hingga USD 20 (setara Rp 330 ribu).
Bagi banyak keluarga, ini berarti memilih antara membeli makanan atau membiarkan anak-anaknya kelaparan.
“Kalau kami punya uang, kami beli. Kalau tidak, anak-anak harus menunggu,” ujar seorang ibu di Rafah yang kehilangan suaminya dalam serangan beberapa bulan lalu, lapor Al Jazeera.
Dapur umum menjadi penyelamat sementara, namun pasokan mereka tak lagi stabil.
Bagi para janda dan kelompok rentan, harapan bergantung pada bantuan yang semakin sulit diakses dan sering kali terhenti di perbatasan.
GHF belum mengeluarkan pernyataan resmi pascaserangan.
0 Komentar