Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah,
Klaim Menang Lawan Israel, Iran Gantung Tiga Orang yang Dituding Mata-mata Tel Aviv - Halaman all - TribunNews


Klaim Menang Lawan Israel, Iran Gantung Tiga Orang yang Dituding Mata-mata Tel Aviv
TRIBUNNEWS.COM - Iran, Rabu (25/6/2025) menyatakan kalau pihaknya telah mengeksekusi tiga orang yang dituduh menjadi mata-mata untuk Israel.
Eksekusi lewat cara digantung hingga mati ini dilakukan Iran sehari setelah gencatan senjata antara kedua negara musuh bebuyutan itu mulai berlaku.
"Idris Ali, Azad Shojai dan Rasoul Ahmad Rasoul, yang berupaya mengimpor peralatan ke negara tersebut (Israel) untuk melakukan pembunuhan, ditangkap dan diadili atas... kerja sama yang menguntungkan rezim Zionis," kata badan peradilan Israel, merujuk pada Israel, dikutip dari laporan RNTV, Rabu.
Baca juga: Setelah Iran, Siapa Target Israel Berikutnya? Turki Masuk Bidikan Rencana Ekspansionis
"Hukuman dilaksanakan pagi ini... dan mereka digantung," kata pernyataan itu
Presiden Iran: Iran Bersedia Kembali ke Perundingan Nuklir dengan AS
Sebelumnya pada Selasa, Iran mengatakan kalau pihaknya siap untuk kembali berunding dengan Amerika Serikat (AS).
Bersedianya Iran kembali ke meja perundingan karena tercapainya gencatan senjata -meski rapuh- dalam perangnya dengan Israel.
Iran dan Israel telah berperang selama 12 hari serangan yang menghantam fasilitas nuklir negara tersebut.
Namun, bahkan saat Iran tampaknya menyatakan kesediaannya untuk meninjau kembali perundingan nuklir yang digagalkan oleh serangan mendadak Israel, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya akan terus "menegaskan hak-haknya yang sah" untuk penggunaan tenaga atom secara damai.
Amerika Serikat pada Minggu telah bergabung dengan Israel dalam serangan terhadap situs nuklir utama.
Setelah Iran membalas dengan serangan rudal Senin malam yang menargetkan pangkalan AS di Qatar, Presiden Donald Trump menyerukan de-eskalasi, mengumumkan garis besar kesepakatan gencatan senjata beberapa jam kemudian.
Dalam panggilan telepon pada Selasa, Pezeshkian mengatakan kepada mitranya dari Uni Emirat Arab "untuk menjelaskan kepada mereka, dalam hubungan Anda dengan Amerika Serikat, bahwa Republik Iran hanya ingin menegaskan hak-haknya yang sah".
"Iran tidak pernah berupaya memperoleh senjata nuklir dan tidak mengupayakannya," katanya seperti dikutip kantor berita resmi IRNA.
Dia juga menambahkan kalau Iran "siap menyelesaikan masalah... di meja perundingan".
Israel mengatakan memulai perang pada 13 Juni, untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir, sebuah ambisi yang telah lama dibantah oleh Teheran.
Setelah Trump dengan marah mencaci kedua belah pihak atas pelanggaran awal gencatan senjata pada Selasa, Teheran mengumumkan akan menghormati ketentuan kesepakatan tersebut jika Israel melakukan hal yang sama.
Sementara Israel mengatakan telah menahan diri dari serangan lebih lanjut.
Klaim Kemenangan
Baik Israel maupun Iran tampaknya mengklaim kemenangan setelah pengumuman gencatan senjata.
Pemerintah Israel mengatakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengumpulkan kabinetnya “untuk mengumumkan kalau Israel telah mencapai semua tujuan Operasi Rising Lion dan banyak lagi”.
Ditambahkannya, Israel telah menyingkirkan "ancaman eksistensial ganda" berupa program rudal nuklir dan balistiknya, seraya bersumpah untuk menanggapi dengan tegas setiap pelanggaran gencatan senjata.
Sementara itu, badan keamanan tertinggi Iran mengatakan pasukan negara itu telah "memaksa Israel untuk secara sepihak" mundur.
Baca juga: Sajak Amatir Iran, Rudal Teheran Melesat di Detik-Detik Terakhir Gencatan Senjata dengan Israel
Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) juga memuji serangan rudal terakhir yang ditujukan ke Israel sebagai “pelajaran bersejarah dan tak terlupakan bagi musuh Zionis”.
Tim penyelamat Israel melaporkan empat orang tewas ketika sebuah rudal menghantam sebuah bangunan perumahan di kota selatan Beersheba pada Selasa pagi.
Di Iran, televisi pemerintah mengatakan serangan Israel semalam di utara menewaskan ilmuwan nuklir Mohammad Reza Seddighi Saber, yang sedang dikenai sanksi AS.
Baca juga: Mohammad Reza Sedighi, Ilmuwan Nuklir Iran yang Dibunuh Israel Beberapa Jam Sebelum Gencatan Senjata

Serangan Terhadap Pangkalan AS
Selama kampanyenya, serangan “Israel” menghantam target nuklir dan militer -- menewaskan ilmuwan dan petinggi militer -- serta daerah permukiman, yang memicu gelombang serangan rudal Iran terhadap “Israel”.
Meskipun Iran dan Israel telah terkunci dalam perang bayangan selama beberapa dekade, sejauh ini konfrontasi tersebut merupakan yang paling merusak antara kedua musuh bebuyutan tersebut.
Perang tersebut menyaksikan serangan AS terhadap situs nuklir Iran dengan menggunakan bom-bom penghancur bunker besar-besaran, diikuti oleh serangan balasan Iran yang menargetkan fasilitas militer terbesar Amerika Serikat di Timur Tengah.
Baca juga: 13 Ton Bom AS Serang Langsung Fasilitas Nuklir Iran, Arab Saudi Teriak Soal Efek Radioaktif
Trump menyebut balasan Iran itu sebagai "lemah", dan berterima kasih kepada Teheran karena memberikan pemberitahuan terlebih dahulu dan mengumumkan garis besar gencatan senjata hanya beberapa jam kemudian.
Dewan Keamanan Nasional Iran mengatakan jumlah rudal yang diluncurkan ke pangkalan itu "sama dengan jumlah bom yang digunakan AS" terhadap Iran.
Ali Vaez, direktur proyek Iran untuk International Crisis Group, mengatakan kepada AFP:
"Ini telah dikalibrasi dan dikomunikasikan sedemikian rupa sehingga tidak akan mengakibatkan jatuhnya korban di pihak Amerika, sehingga ada jalan keluar bagi kedua belah pihak."
Serangan Israel terhadap Iran telah menewaskan sedikitnya 610 warga sipil dan melukai lebih dari 4.700 orang, menurut kementerian kesehatan.
Serangan Iran terhadap “Israel” telah menewaskan 28 orang, menurut angka resmi dan penyelamat.
Masyarakat internasional bereaksi dengan optimisme yang hati-hati terhadap berita gencatan senjata.
Arab Saudi dan Uni Eropa menyambut baik pengumuman Trump, sementara juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia berharap "ini akan menjadi gencatan senjata yang berkelanjutan".
Namun Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan ada "peningkatan" risiko bahwa Iran akan mencoba memperkaya uranium secara diam-diam menyusul serangan terhadap situs nuklirnya.
(oln/rntv/*)
0 Komentar