Skip to main content
728

Labubu Jadi Diplomasi "Soft Power" China: Mainan Imut, Dampak Besar - Kompas

 Internasional

Labubu Jadi Diplomasi "Soft Power" China: Mainan Imut, Dampak Besar

KOMPAS.com - Kecil, berbulu, dan gigi tajam, boneka monster Labubu buatan perusahaan mainan China, Pop Mart, kini mendunia.

Mainan ini digemari oleh banyak orang di seluruh dunia, bahkan menghiasi tas tangan selebritas ternama seperti Rihanna hingga Lisa Blackpink.

Pop Mart yang berbasis di Beijing menjadi bagian dari gelombang baru ekspor budaya China yang semakin mendapat tempat di kancah global. 

Baca juga: Boneka Labubu Seukuran Manusia Terjual Rp 2,4 Miliar, Masuk Daftar Mainan Termahal di Dunia

Iran-Israel Memanas, China Siap Bantu Redakan Konflik Timur Tengah

Boneka berbulu ini didapuk menjadi duta "China keren" bahkan di wilayah seperti Eropa dan Amerika Utara, yang selama ini dikenal memiliki pandangan publik yang kurang positif terhadap Beijing.

Boneka Labubu dijual dengan harga sekitar 40 dollar AS (sekitar Rp 650.000) dan hanya dirilis dalam jumlah terbatas. 

Boneka ini dipasarkan dalam blind box, artinya pembeli tidak mengetahui model mana yang akan mereka dapatkan.

"Boneka ini sedikit aneh, tapi sangat inklusif. Jadi orang merasa bisa terhubung dengannya," ujar perancang interior Lucy Shitova kepada AFP di sebuah toko Pop Mart di London. 

Penjualan langsung Labubu di toko itu bahkan sempat ditangguhkan karena khawatir penggemar akan bertindak agresif dalam berburu mainan tersebut.

Baca juga: Penjualan Boneka Labubu di Inggris Dihentikan Sementara, Ini Alasannya

Patahkan tren

Boneka Labubu

Lihat Foto

Selama ini, belum banyak perusahaan China yang berhasil menjual produk premium dengan merek sendiri. Hal ini terkendala oleh stereotip produk China yang murah dan berkualitas rendah.

"Sulit bagi konsumen dunia untuk melihat China sebagai negara pencipta merek," kata Fan Yang dari University of Maryland kepada AFP.

Namun, Pop Mart mampu mematahkan tren tersebut. Keberhasilannya bahkan melahirkan produk bajakan yang dijuluki warganet sebagai lafufu. Di YouTube, muncul banyak video panduan untuk membedakan boneka asli dan palsu.

Baca juga: Studi Ungkap Kenapa Nokia Bangkrut

Saat ini, sejumlah merek lain dari China juga mulai mendapat pengakuan global, seperti label fesyen Shushu/Tong, merek Marchen dari Shanghai, serta pembuat tas Songmont dari Beijing.

"Bisa jadi hanya soal waktu hingga lebih banyak merek China dikenal secara global," kata Fan Yang.

Sementara itu, eksportir pakaian paling dikenal dari China saat ini adalah situs Shein yang menyajikan produk-produk fast fashion.

Baca juga: Penjualan Boneka Labubu di Inggris Dihentikan karena Perkelahian Konsumen

Efek TikTok

Menurut analis dari Allison Malmsten dari Daxue Consulting, kesuksesan Labubu menunjukkan bahwa China tengah mengalami pergeseran soft power atau kekuatan lunak.

Produk dan citra China kini semakin dianggap keren di kalangan anak muda Barat.

Malmsten meyakini media sosial mampu mengangkat citra global China, serupa dengan yang dilakukan Jepang pada era 1980-an hingga 2010-an lewat Pokemon dan Nintendo.

Platform video seperti TikTok, yang dirancang oleh perusahaan China ByteDance, turut berperan dalam kesuksesan Labubu. 

TikTok menjadi produk berlabel China pertama yang menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup generasi muda di berbagai negara.

Baca juga: 10 Inspirasi Kue Ulang Tahun untuk Anak Perempuan, Ada Labubu hingga Princess

Joshua Kurlantzick dari Council on Foreign Relations (CFR) mengatakan kepada AFP bahwa TikTok kemungkinan membantu mengubah persepsi konsumen terhadap China.

Menurut perusahaan, hampir separuh penduduk Amerika Serikat (AS) adalah pengguna TikTok

Di satu sisi, TikTok juga menjadi sorotan isu keamanan nasional di AS. Rencana pelarangan aplikasi ini membuat para pengguna Amerika beralih ke aplikasi China lainnya, Rednote, dan disambut sebagai “pengungsi digital”.

TikTok kini menjadi wadah utama bagi tren media sosial dan gaya fesyen asal China. Tercatat lebih dari 1,7 juta video bertema Labubu di platform tersebut.

Baca juga: Berkat Tren Boneka Labubu, Perajin Kue di Cianjur Kebanjiran Order

Persepsi publik

Menurut Kurlantzick, ekspor budaya seperti Labubu dapat meningkatkan citra China sebagai negara yang mampu menghasilkan produk dan layanan menarik secara global.

Meski demikian, ia ragu apakah hal itu akan berdampak pada persepsi publik terhadap negara atau pemerintahan China secara keseluruhan. 

Sebagai contoh, kekuatan lunak Korea Selatan tidak secara otomatis menjadikan negara itu lebih kuat secara politik.

Baca juga: Mengapa CEO Google Cemas dengan Tahun 2025?

Meski boneka seperti Labubu mungkin tidak memiliki kekuatan langsung, menurut Fan Yang, citra global AS yang kacau di era Presiden Donald Trump justru bisa memberikan keuntungan bagi persepsi terhadap China.

"Kaitannya adalah persepsi masyarakat terhadap kemunduran kekuatan lunak AS bersamaan dengan naiknya citra global China. Ini mencerminkan betapa eratnya hubungan kedua negara dalam pikiran orang-orang yang kehidupannya dipengaruhi keduanya secara bersamaan," ujarnya.

Setidaknya, daya tarik Labubu berhasil menumbuhkan minat generasi muda dari seluruh dunia terhadap China.

Baca juga: Lisa BLACKPINK ke Jakarta, Fans Minta Boneka Labubu-nya Juga Dibawa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Posting Komentar

0 Komentar

728