Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Iran Israel Konflik Timur Tengah Rudal Sejjil

    Pertama Kalinya Iran Pakai Rudal Sejjil Dua Tahap untuk Serang Israel, IRGC: Gerbang Neraka Terbuka - Halaman all - TribunNews

    7 min read

     Dunia Internasional, Konflik Timur Tengah,

    Pertama Kalinya Iran Pakai Rudal Sejjil Dua Tahap untuk Serang Israel, IRGC: Gerbang Neraka Terbuka - Halaman all - Tribunnews

    TRIBUNNEWS.com - Untuk pertama kalinya, Iran menggunakan rudal Sejjil dua tahap dalam serangan ke-12-nya terhadap Israel, Rabu (18/6/2025) malam.

    Dalam sebuah pernyataan, kantor hubungan masyarakat Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengumumkan peluncuran rudal tersebut dan memperingatkan para pemukim Israel untuk meninggalkan wilayah yang diduduki.

    "Gelombang ke-12 Operasi Janji Sejati III dimulai dengan penembakan rudal Sejjil dua tahap yang sangat berat dan jarak jauh," kata IRGC di awal pengumumannya, Rabu, dikutip dari Tasnim.

    IRGC menambahkan, serangan rudal itu akan tepat mengenai target dan berlangsung secara terus-menerus.

    Target yang dimaksud adalah fasilitas-fasilitas militer Israel.

    IRGC juga memastikan gerbang neraka akan terbuka untuk para Zionis.

    Baca juga: Iran Pakai Rudal Baru untuk Serang Markas Mossad Israel, Tak Terdeteksi dan Tak Bisa Dicegat

    "Serangan rudal itu akan tepat, berdampak, dan terus-menerus seperti kemarin, markas besar Mossad dan Aman, beserta pangkalan tempur tentara Zionis di seluruh wilayah pendudukan, menjadi sasaran," tegas IRGC.

    "Komandan IRGC telah memperingatkan bahwa gerbang neraka akan terbuka untuk Anda."

    "Rudal-rudal dahsyat dari Pasukan Dirgantara IRGC tidak akan membiarkan Anda keluar dari tempat perlindungan bawah tanah," imbuhnya.

    "Suara sirene tanda bahaya tidak akan berhenti sedetik pun. Kalian harus memilih, mati perlahan di tempat penampungan yang mengerikan atau menyelamatkan diri dari serangan rudal selama 24 jam dan melarikan diri dari tanah yang dirampas oleh leluhur kalian sesegera mungkin agar kalian dapat bertahan hidup," bunyi akhir pengumuman IRGC.

    Erdogan: Iran Punya Hak Membela Diri

    Sementara itu, dalam respons terbarunya, Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan serangan balasan Iran terhadap Israel adalah bentuk pembelaan diri.

    Terlebih, kata dia, "Serangan-serangan ini (oleh Israel) dilakukan saat negosiasi nuklir Iran sedang berlangsung."

    Dilansir Al Jazeera, Erdogan juga menyinggung serangan tak beralasan Israel yang menewaskan warga sipil dan menargetkan pekerja medis, kantor berita, serta daerah pemukiman.

    Ia bahkan menyebut serangan Israel itu sebagai tindakan teroris.

    "Israel, yang memiliki senjata nuklir dan tidak mengakui aturan internasional apa pun ... tidak menunggu negosiasi berakhir, tetapi melakukan tindakan teroris tanpa menunggu hasilnya," tegasnya.

    AS Prediksi Pencegat Rudal Israel Bakal Habis

    Seorang pejabat senior Amerika Serikat (AS) menyebut Israel bakal kehabisan pencegat rudal balistik secara "cepat", menyusul konflik dengan Iran sejak Jumat (13/6/2025).

    Kemungkinan itu memicu kekhawatiran di kalangan pemerintah AS, terutama mereka yang mengetahui upaya pasokan ulang persenjataan ke Israel, sebuah laporan Middle East Eye mengutip pejabat tersebut.

    Tak hanya itu, sejumlah kalangan di pemerintah AS, khawatir apabila Donald Trump ikut campur, akan mengakibatkan balasan besar-besaran Iran terhadap Israel.

    Hal itu dianggap berisiko penarikan besar-besaran inventaris pencegat global milik AS, dilansir Mehr News.

    Sejak 13 Juni 2025, serangan balasan Iran telah memberikan pukulan berat, tidak hanya kepada kompleks industri militer Israel, tetapi juga pada pertahanan udaranya yang semakin menipis.

    Baca juga: Mengenal Rudal Hipersonik Fattah-1 Iran, Sukses Bobol Pertahanan Udara Israel, Punya Arti Pembuka

    Sistem pertahanan udara Arrow, yang dikembangkan bersama oleh AS dan Israel, dianggap mahal untuk diisi ulang.

    Arrow sendiri diketahui dirancang untuk menembak jatuh rudal balistik jarak jauh.

    Tantangan rezim Israel dalam mengisi kembali pencegat ini terus berlanjut sejak Operasi Janji Sejati I pada April 2024, sebagai respons terhadap serangan Israel terhadap misi diplomatik Iran di Suriah.

    "Jenis pencegat yang dibutuhkan untuk menembak jatuh rudal balistik mahal dan sulit diproduksi dalam jumlah besar," kata Dan Caldwell, mantan pejabat senior Pentagon, seperti dikutip dalam laporan Middle East Eye.

    Caldwell memperingatkan, Israel dan AS mungkin harus segera membagi persediaan senjata mereka, mengingat sebelumnya sempat melawan serangan militer Yaman.

    "Kami tidak tahu berapa banyak lagi yang bisa diluncurkan Iran," kata Josh Paul, mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS yang mengundurkan diri sebagai protes atas dukungan AS terhadap perang genosida Israel di Gaza.

    "Saya pikir masalahnya lebih pada peluncur daripada rudal," imbuh dia.

    (Tribunnews.com/Pravitri Retno W)

    Komentar
    Additional JS