Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah,
Putin Tak Gentar, Sebut Peningkatan Anggaran Militer NATO Bukan Ancaman bagi Rusia | Halaman Lengkap


Presiden Vladimir Putin sebut peningkatan anggaran militer NATO bukan ancaman bagi Rusia. Foto/Sputnik/Grigory Sysoev
- Presiden
RusiaVladimir Putin tak gentar dengan rencana NATO untuk meningkatkan anggaran militernya. Menurutnya, rencana aliansi itu bukanlah ancaman bagi Rusia.
Komentar itu disampaikan beberapa hari sebelum negara-negara NATO bersiap menandatangani rencana untuk meningkatkan kapasitas militernya di seluruh Eropa.
Dalam konferensi pers, yang dikutip France24, Kamis (19/6/2025), Putin juga mengatakan pasukannya tidak akan berhenti bergerak maju di Ukraina dan berusaha melemahkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Baca Juga: Putin: Iran Tak Minta Bantuan Rusia dalam Perang Melawan Israel
NATO akan mengadakan pertemuan puncak penting di Den Haag minggu depan untuk membahas peningkatan anggaran pertahanan hingga lima persen dari PDB. Peningkatan anggaran militer itu tak lepas dari tekanan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Putin telah menyatakan bahwa serangannya di Ukraina merupakan bagian dari konflik yang lebih luas antara Rusia dan NATO yang dipimpin AS, yang telah menjadi pendukung paling setia Ukraina sejak Rusia melancarkan serangannya pada Februari 2022.
"Kami tidak menganggap persenjataan kembali oleh NATO sebagai ancaman bagi Federasi Rusia, karena kami mandiri dalam hal memastikan keamanan kami sendiri," kata Putin dalam konferensi pers yang disiarkan televisi di Saint Petersburg.
"Rusia terus memodernisasi angkatan bersenjata dan kemampuan pertahanan kami," ujar Putin, seraya menambahkan bahwa tidak masuk akal bagi NATO menghabiskan lebih banyak uang untuk persenjataan.
Meskipun mengakui bahwa pengeluaran militer yang lebih tinggi oleh NATO akan menciptakan beberapa tantangan khusus bagi Rusia, Putin menepisnya sebagai ancaman bagi Moskow.
"Kami akan melawan semua ancaman yang muncul. Tidak ada keraguan tentang itu," imbuh dia.
Kyiv tengah mencari jaminan keamanan dari NATO sebagai bagian dari kesepakatan apa pun untuk mengakhiri perang dengan Rusia yang sudah berjalan lebih dari tiga tahun.
Moskow telah menunjukkan sedikit keinginan untuk mundur, dengan Putin mengatakan pada hari Kamis bahwa Rusia memiliki "keuntungan strategis" di medan perang.
"Pasukan kami maju di sepanjang garis kontak. Setiap hari, kurang lebih, tetapi setiap hari mereka maju. Dan kemajuan akan terus berlanjut," katanya.
Putin juga berusaha membenarkan operasi militer melawan Ukraina, mempertanyakan legitimasi Zelensky, dan mengabaikan kematian warga sipil akibat serangan udara harian Rusia.
Lebih lanjut, Putin mengatakan bahwa dia siap untuk bertemu dengan Zelensky, tetapi hanya selama "tahap akhir" negosiasi untuk mengakhiri konflik.
Dia juga menyatakan Zelensky tidak berhak menandatangani perjanjian damai mengingat masa jabatannya selama lima tahun telah berakhir, sebuah anggapan yang ditolak Kyiv sebagai propaganda tak berdasar.
"Kami perlu menemukan solusi yang tidak hanya akan mengakhiri konflik saat ini, tetapi juga menciptakan kondisi yang akan mencegah situasi serupa terulang dalam jangka panjang," kata Putin.
"Saya siap bertemu dengan semua orang, termasuk Zelensky. Bukan itu masalahnya–jika negara Ukraina memercayai seseorang secara khusus untuk melakukan negosiasi, demi Tuhan, orang itu bisa saja Zelensky," kata orang nomor satu Rusia tersebut.
"Kami tidak peduli siapa yang bernegosiasi, bahkan jika itu adalah kepala rezim saat ini," kata Putin.
"Namun ini hanya akan terjadi pada tahap akhir, agar tidak duduk di sana dan membagi-bagi masalah tanpa henti, tetapi untuk mengakhirinya," paparnya.
Putin telah menolak seruan Zelensky untuk pertemuan tatap muka guna menyetujui perjanjian damai.
Moskow juga menolak usulan gencatan senjata penuh dan tanpa syarat, dan menguraikan serangkaian tuntutan perdamaian garis keras–termasuk agar Kyiv menyerahkan lebih banyak wilayah dan menolak dukungan militer Barat.
Kyiv telah menolaknya sebagai "ultimatum" dan menuduh Moskow sengaja menyabotase upaya perdamaian untuk memperpanjang konflik.
Rusia terus meningkatkan serangan udaranya terhadap Ukraina di tengah perundingan yang buntu.
Serangan Rusia terhadap Ibu Kota Ukraina; Kyiv, menewaskan sedikitnya 28 orang pada hari Rabu, kata pemerintah Zelensky.
Meskipun banyak warga sipil Ukraina menjadi korban perang, Putin mengeklaim bahwa pasukan Rusia tidak menargetkan wilayah sipil.
(mas)
0 Komentar