26 Kasus Leptospirosis terjadi di Kulonprogo, 5 Meninggal Dunia - Viva
Kesehatan ,
26 Kasus Leptospirosis terjadi di Kulonprogo, 5 Meninggal Dunia
YOGYAKARTA, VIVA Jogja – Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo mencatat 26 kasus Leptospirosis terjadi dan lima (5) diantaranya meninggal dunia, dalam kurun waktu Januari-Juni atau semester satu (1) tahun 2025.
Kepala Dinas Kesehatan Kulonprogo, dr Sri Budi Utami mengakui fatalitas kematian kasus Leptospirosis di Kulonprogo tergolong tinggi, mencapai 20 persen. "Sampai bulan Juni ini leptospirosis sebanyak 26 kasus dengan angka kematian atau meninggalnya lima. Ini sebetulnya cukup tinggi ya. Walaupun setelah kita lacak ke rumah sakit yang merawat itu, kasus meninggal tidak semata-mata karena leptospirosis. Ada beberapa pasien yang ternyata meninggalnya karena penyebab lain. Tetapi apapun itu perhatian kita karena ternyata positif leptospirosis," terang dr Sri Budi Utami di Rumah Dinas Bupati Kulonprogo Rabu (23/7/2025).
Meski kasus leptospirosis yang meninggal dunia tergolong tinggi, Kulonprogo belum menetapkan KLB Leptospirosis. "Yang meninggal pun juga 20% tetapi itu hampir sama dengan kejadian yang tahun kemarin sehingga kita tidak menetapkan KLB. Tetapi memang kewaspadaan betul-betul kami sampaikan ke masyarakat bagaimana ternyata leptospirosis ini juga secara nyata begitu ada di tempat kita," tuturnya.
Menyikapi kondisi yang ada, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan salahsatunya dengan terus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Khusus untuk yang memiliki luka terbuka diimbau lebih berhati-hati jangan sampai terkontaminasi air kotor yang berpotensi terkena bakteri leptosira.
"Potensi terkena leptospirosis masih cukup tinggi. Apalagi kita kan persawahan ya. Kemudian juga budaya petani yang kemudian memang untuk alat pelindung diri juga tidak mudah begitu. Untuk nyemplung ke sawah itu misalnya pakai sepatu kan sepertinya belum karena enggak terbiasa. Nah, sehingga kita menghimbaunya kalau pas sakit ada luka terbuka di tangan, kaki mohon jangan ke sawah dulu ya," katanya.
Selain leptospirosis, masyarakat juga diimbau meningkatkan kewaspadaan cuaca ekstrem. Masyarakat diimbau meningkatkan daya tahan tubuh dengan olahraga teratur dan menjaga pola makan sehat.
"Hari-hari ini memang cuaca cukup ekstrim ya. Kalau panas ya panas sekali, kalau malam dinginnya luar biasa dan ini sangat resiko untuk ke manusia ini penurunan daya tahan. Jadi yang paling pas adalah bagaimana kita meningkatkan daya tahan kita. Mungkin PHBS itu sudah paling tepat ya. Artinya bagaimana kita tetap olah olahraga dengan baik, makanan gizi seimbang terutama air," ungkap dr Sri Budi.
Dikatakan, karena cuaca panas, namun terasa dingin, kadang tidak terasa jika dehidrasi. “Karena kadang-kadang ya dingin-panas. Nah, itu kami himbau untuk betul-betul cukup air. Selain sayur buah tetap ya," imbaunya.