Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Berita Featured MALANG Sound Horeg Viral

    Ada Sound Horeg, Viral Surat Kades di Malang Minta Warga Lansia dan Sakit Ngungsi - metrotv

    3 min read

     Berita 

    Ada Sound Horeg, Viral Surat Kades di Malang Minta Warga Lansia dan Sakit Ngungsi



    Malang: Pemerintah Desa Donowarih, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengimbau warga untuk mengungsi sementara karena ada sound horeg berukuran besar dan bertenaga tinggi yang menghasilkan suara menggelegar dan bergetar di perayaan Karnaval Pesta Rakyat Karangujuwet Vol 5 yang digelar pada Rabu, 23 Juli 2025. 

    Imbauan khusus ditujukan kepada warga yang tinggal di sekitar jalan raya dan memiliki bayi, anak kecil, lansia, maupun anggota keluarga yang sedang sakit itu tertuang dalam surat resmi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Desa Donowarih dengan nomor: 400/125/35.07.23.2008/2025, tertanggal 22 Juli 2025.

    Surat resmi itu kini tengah viral dan menjadi bahan perbicangan warganet di media sosial, seperti yang diunggah oleh akun Instagram @malangraya_info. Ungggahan tersebut tampak disorot dan menuai banyak komentar negatif dari warganet.

    Dalam surat yang ditandatangani oleh Kepala Desa Donowarih, Sugioko, itu disebutkan bahwa kegiatan karnaval akan berlangsung mulai pukul 16.30 WIB hingga selesai, dengan rute di sepanjang Jalan Desa Donowarih.

    "Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ini kami mengimbau kepada seluruh warga, khususnya warga yang tinggal di sekitar jalan raya, bagi yang memiliki bayi atau anak kecil dan anggota keluarga yang sedang sakit atau lansia, agar dapat menjaga jarak atau mengamankan sementara dari lokasi kegiatan demi kenyamanan bersama dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, mengingat sound system yang akan digunakan cukup keras (sound horeg)," bunyi surat pemberitahuan resmi tersebut.


     

    Saat dikonfirmasi, Sekretaris Desa (Sekdes) Donowarih, Ary Widy Hartono, memastikan kegiatan Karnaval Pesta Rakyat Karangjuwet Vol. 5 itu merupakan agenda resmi dan telah dikoordinasikan dengan pihak kepolisian. Ary Widy Hartono, menegaskan acara karnaval tersebut bukan kegiatan dadakan. Tradisi ini merupakan bagian dari ritual selamatan warga yang digelar secara rutin setiap dua tahun.

    “Jadi begini, ada warga masyarakat yang dalam hal kenyataannya itu dia memang sudah menjadi ritual, setiap per dua tahunan menyelenggarakan selamatan,” kata Ary saat dikonfirmasi, Selasa 22 Juli 2025.

    Ary juga menyampaikan kegiatan ini sepenuhnya dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat, bukan menggunakan anggaran pemerintah desa. Yang kedua, penyelenggaraannya itu swadaya, bukan uangnya pemerintah. Yang ketiga, aparat dalam hal ini cuman menyelenggarakan, mengamankan, dan mensukseskan acara tersebut,” ujarnya.

    Koordinasi dengan Polres Malang juga telah dilakukan sebagai langkah preventif. Surat edaran yang dikeluarkan pemerintah desa menurut Ary adalah bagian dari upaya mengantisipasi dampak kegiatan terhadap warga sekitar, khususnya yang memiliki anak kecil, lansia, atau keluarga yang sedang sakit.

    “Maka dari itu pada saat saya testimoni presentasi di hadapan polres, saya bisa meyakinkan kepolisian seperti halnya surat edaran itu sebagai tindakan preventif desa,” jelasnya.

    Terkait potensi gangguan suara dari penggunaan sound horeg, Ary mengonfirmasi ada 11 perangkat sound horeg yang ikut meramaikan karnaval kali ini. Namun, menurutnya, partisipasi warga tetap bersifat sukarela.

    “Panitia tidak memaksa. Kalau ada sebagian warga kami yang pakai mobil hias, ya nggak bisa dong saya maksa pakai sound horeg,” tegas Ary.

    Dia juga memastikan bahwa sejauh ini tidak ada penolakan dari warga. Bahkan sejumlah RT aktif terlibat dalam menyemarakkan acara. “Sangat mendukung. Malahan ada salah satu RT, di RT 28 itu, yang mengeluarkan kontingen pakai mobil hias,” katanya.

    Untuk warga yang merasa terganggu atau memiliki kondisi rentan, Ary menyebut sebagian sudah memilih “tirah” atau mengungsi ke tempat kerabat atau lokasi yang lebih aman dari kebisingan.

    “Kalau dari sisi yang riskan sudah mengungsi, sudah tirah, bahasa Jawanya itu tirah ke tempatnya saudaranya, atau ke rumah yang di belakang, tidak di tepi jalan raya,” ujarnya.

    Sebagai informasi, penutupan total jalan dilakukan dari Pertigaan Bendo hingga Pertigaan Karangploso mulai pukul 09.00 WIB hingga acara selesai. Warga dan pengguna jalan diimbau untuk menggunakan jalur alternatif guna menghindari kemacetan dan gangguan perjalanan.

    Komentar
    Additional JS