Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Berita Featured Kesehatan Leptospirosis pinfo Yogyakarta

    6 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes: Angka Kematiannya Cukup Tinggi - Kompas TV

    4 min read

     Kesehatan,

    6 Warga Yogyakarta Meninggal akibat Leptospirosis, Dinkes: Angka Kematiannya Cukup Tinggi

    Kompas.tv - 11 Juli 2025, 07:58 WIB

    6-warga-yogyakarta-meninggal-akibat-leptospirosis-dinkes-angka-kematiannya-cukup-tinggi

    YOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Sepanjang semester pertama 2025, Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta mencatat lonjakan kasus leptospirosis, yakni 19 kasus dengan enam pasien meninggal.

    Menurut Kepala Bidang Pencegahan, Pengendalian Penyakit, Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Lana Unwanah, Kamis (10/7/2025), tingkat kematian dari penyakit itu cukup tinggi.

    “Semester I saat ini sudah menyentuh 19 kasus, yang cukup memprihatinkan adalah kematiannya cukup tinggi mencapai 6 kasus,” ujarnya, seperti dikutip Kompas.com.

    Baca Juga: Waspada Leptospirosis Saat Banjir: Gejala Awal hingga Pencegahan Lengkap

    Ia menjelaskan, leptospirosis merupakan penyakit akibat infeksi bakteri Leptospira. Penularannya melalui urin hewan yang terinfeksi, terutama tikus.

    Penyakit ini bisa masuk melalui luka terbuka atau mukosa saat seseorang terpapar air atau lingkungan yang tercemar.

    Jika gejala awal leptospirosis tidak ditangani dengan cepat, penyakit ini dapat menyerang ginjal dan menyebabkan komplikasi serius.

    Lana menambahkan, pada tahun ini jumlah kasus leptospirosis meningkat signifikan jika dibandingkan dengan 2024 lalu, yang hanya mencatat 10 kasus dengan dua kematian.

    “Kalau dipersentasekan, tahun ini angka kematiannya mencapai 31 persen,” ungkapnya.

    Lana menuturkan, 19 kasus tersebut terjadi di 11 dari total 14 kemantren atau kecamatan di Kota Yogyakarta.

    Berikut rincian persebaran kasus Leptospirosis per kecamatan:

    Kami memberikan ruang untuk
    Anda menulis

    Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.

    Daftar di sini

    Jetis dan Tegalrejo: masing-masing 3 kasus

    Kotagede dan Ngampilan: masing-masing 2 kasus

    Pakualaman, Gedongtengen, Mergangsan, Mantrijeron, Umbulharjo, Wirobrajan, Gondokusuman: masing-masing 1 kasus

    Tiga kecamatan lain yang hingga saat ini tercatat bebas dari kasus leptospirosis adalah Keraton, Danurejan, dan Gondomanan.

    Menurut Lana, kasus kematian tersebar di lima kemantren, yaitu Pakualaman, Gedongtengen, Wirobrajan, Jetis, serta dua kasus kematian terjadi di Ngampilan.

    Baca Juga: Wabah Leptospirosis di Gorontalo Status KLB, 57 Kasus Positif dan 4 Meninggal

    Pasien yang meninggal diketahui berusia antara 17 hingga 50 tahun. Sebagian besar dari mereka terlambat mendapatkan pemeriksaan medis.

    “Kalau misalkan segera ditangani dan membutuhkan cuci darah, setelah teratasi pasien sembuh, dia sudah enggak butuh cuci darah lagi,” ucapnya.

    Lana mengingatkan masyarakat agar lebih waspada, karena gejala leptospirosis kerap disalahartikan sebagai penyakit ringan, yakni demam, sakit kepala, dan pegal-pegal, yang sering dianggap masuk angin atau kelelahan biasa.

    “Gejala klinisnya tidak spesifik, sehingga sering kali pasien tidak menyangka terinfeksi leptospirosis,” ucapnya. 

    Sumber : kompas.com


    Komentar
    Additional JS