BPOM AS Setujui Obat Suntikan Pencegah HIV, Efektif 2 Kali Setahun - Beritasatu
Kesehatan,Dunia Internasional,
BPOM AS Setujui Obat Suntikan Pencegah HIV, Efektif 2 Kali Setahun


Washington, Beritasatu.com – Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) resmi menyetujui penggunaan Yeztugo, suntikan pencegahan HIV yang dikembangkan oleh Gilead Sciences. Obat ini juga dikenal dengan nama lenacapavir, dan kini dapat digunakan oleh remaja dan orang dewasa sebagai alternatif dari pengobatan profilaksis pra pajanan (PrEP) oral seperti Truvada.
ADVERTISEMENT
Yeztugo diberikan dalam bentuk suntikan dua kali setahun dan telah menunjukkan efektivitas hampir 100% dalam uji klinis, dengan tingkat penurunan risiko tertular HIV antara 89% hingga 96%. Uji coba dilakukan pada populasi berisiko tinggi, termasuk pria gay, biseksual, transgender, dan wanita cisgender di Afrika Sub-Sahara serta Amerika.
Efektivitas tinggi ini membuat Yeztugo berpotensi menggantikan Truvada, yang selama ini digunakan secara oral tetapi belum mencapai tingkat perlindungan setinggi lenacapavir.
Meski menjanjikan, biaya Yeztugo tergolong mahal. Setiap suntikan diperkirakan mencapai US$ 14.109 (sekitar Rp 213 juta). Namun menurut laporan Reuters, sebagian besar perusahaan asuransi kesehatan di AS bersedia menanggung biaya ini karena Yeztugo termasuk dalam cakupan Affordable Care Act (ACA).
Bahkan, jika dihitung secara tahunan, suntikan ini lebih ekonomis dibandingkan Truvada atau Descovy yang menelan biaya antara US$ 22.000 hingga US$ 30.000 per tahun.
Dalam konferensi Retrovirus dan Infeksi Oportunistik (CROI) di San Francisco, Dr Jose AlcamÃ, Direktur Ilmiah Unit HIV di Hospital Clinic de Barcelona, mengungkapkan bahwa Gilead berkomitmen untuk mendistribusikan Yeztugo secara gratis ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah melalui kerja sama dengan lembaga nirlaba.
"Senyawa ini bahkan mungkin akan digunakan lebih dahulu di Afrika Selatan daripada di Spanyol," kata AlcamÃ.
Ia menyebut hal ini sebagai kabar baik, terutama bagi perempuan di Afrika Sub-Sahara yang merupakan kelompok paling terdampak HIV secara global.
Sementara itu, Dr Bonaventura Clotet, Direktur IrsiCaixa AIDS Research Institute, menekankan pentingnya penggunaan suntikan jangka panjang untuk populasi yang tidak bisa mengonsumsi Truvada karena efek samping, atau mereka yang sulit mematuhi pengobatan oral.
"Suntikan setahun dua kali akan jauh lebih praktis dan efektif di wilayah dengan insiden HIV tinggi," ujarnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News
Ikuti yang terbaru di WhatsApp Channel Beritasatu