Cara China Lakukan Black Campaign Rafale Tak Akan Mempan Karena Varian Jet Tempur Generasi Kelima Punya Ini - Zona Jakarta
Dunia Internasional,
Cara China Lakukan Black Campaign Rafale Tak Akan Mempan Karena Varian Jet Tempur Generasi Kelima Punya Ini - Zona Jakarta

ZONAJAKARTA.com - China terus melancarkan black campaign Rafale terhadap sejumlah negara yang memiliki kerja sama dengan Dassault Aviation untuk pengadaan pesawat tersebut.
Akan tetapi banyak pihak yang meragukan efektivitas cara China dalam melakukan black campaign Rafale termasuk dengan mengerahkan buzzer di media sosial.
Ditambah pula Dassault Aviation telah menyiapkan sesuatu untuk Rafale yang juga dikembangkan dalam varian jet tempur generasi kelima.
Baca Juga:
Kepala Angkatan Udara Prancis Jenderal Jerome Bellanger mengungkapkan bahwa maraknya black campaign Rafale yang masif dilancarkan China pasca Operasi Sindoor sempat membuat reputasi Dassault Aviation selaku pabrikan menurun.
Termasuk dengan jatuhnya harga saham pabrikan dirgantara asal Prancis itu, meski hanya sesaat.
Bahkan menurut Bellanger, karena ini pula beberapa negara sempat mengungkapkan keraguannya akan jet tempur generasi 4,5 yang sudah mereka pesan atau hendak masuk dalam perencanaan pengadaan alutsista mereka.
"Tentu saja, semua negara yang membeli Rafale bertanya pada diri mereka sendiri," kata Bellanger sebagaimana dikutip ZONAJAKARTA.com dari artikel berjudul "Beijing disinformation targeted French Rafale jets to boost sales of China-made planes, intel says" yang dimuat oleh laman france24.com pada Minggu, 6 Juli 2025.
Pernyataan Bellanger ini cukup beralasan mengingat Pakistan sendiri juga turut menyebarkan klaim sepihak yang menggaungkan superioritas J-10C terhadap Rafale milik Angkatan Udara India (IAF).
Apalagi sempat ada temuan mengenai gambar puing-puing pesawat terkait yang diduga dibuat menggunakan artificial intelligence (AI).
Baca Juga:
China sendiri memanfaatkan betul peristiwa Operasi Sindoor sebagai "marketing tools" terhadap J-10C dan JF-17 agar semakin laku terjual.
Karena itulah, mereka memainkan peran Kedubes China yang tersebar di berbagai penjuru dunia terutama pada negara-negara yang sudah menyepakati kontrak pengadaan Rafale.
Ditambah lagi, Negeri Tirai Bambu juga "beternak" lebih dari seribu akun media sosial yang berfungsi sebagai buzzer untuk melancarkan black campaign Rafale.

Penggunaan buzzer untuk mendiskreditkan reputasi Rafale juga ditemukan di Indonesia.
Awal Juni 2025 lalu, sempat muncul sebuah tagar di platform media sosial X dengan narasi desakan terhadap pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) RI untuk membatalkan kesepakatan dengan Dassault Aviation.
Hal ini juga disorot oleh seorang peneliti spesialis kekuatan udara di Royal United Services Institute bernama Justin Bronk.
Bronk menilai bahwa Tiongkok sengaja menggunakan cara tersebut lantaran sudah frustasi untuk mengangkat pamor produk alutsistanya.
Namun pihak Beijing membantah adanya pengerahan buzzer maupun penggunaan Kedubes China untuk memasarkan J-10C maupun JF-17.
Pihaknya menegaskan bahwa setiap produk pemasaran alutsista dari negaranya selalu dilakukan dengan cara-cara yang arif dan bijaksana.
"Klaim yang relevan adalah rumor dan fitnah yang tidak berdasar. Tiongkok secara konsisten mempertahankan pendekatan yang bijaksana dan bertanggung jawab terhadap ekspor militer, memainkan peran konstruktif dalam perdamaian dan stabilitas regional dan global," demikian bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Nasional China dikutip dari laman AP News edisi Minggu, 6 Juli 2025 dalam artikelnya yang berjudul "French intelligence: China used embassies to undermine sales of France’s flagship Rafale fighter jet".
Baca Juga:
Jauh sebelum munculnya black campaign Rafale pasca Operasi Sindoor, Dassault Aviation sudah mempersiapkan segala sesuatunya sejak awal.
Termasuk upaya pengembangan Rafale ke varian jet tempur generasi kelima (F5) atau yang disebut juga dengan nama "Super Rafale".
Varian ini sudah dipesan sebanyak 42 unit oleh Angkatan Udara Prancis tak lama setelah Indonesia menyelesaikan pesanan awal untuk varian F4.
Belum lagi jika bicara mengenai fitur yang menjadikan varian F5 semakin gahar di udara.
Melansir laman TurDef melalui artikel berjudul "Rafale F5 to Carry 18 Smart Cruiser Missiles for SEAD" yang dimuat pada 27 Juni 2025, varian ini bakal mengembalikan skill Suppression of Enemy Air Defenses (SEAD) yang telah lama hilang.
Keberadaan delapan belas unit rudal jenis Smart Cruiser diklaim mampu menaklukkan berbagai macam sistem pertahanan udara berbasis darat super canggih.
Dikembangkan oleh MBDA Systems di bawah program Future Air-to-Ground Weapon (AASF), rudal ini memiliki fitur penyebaran massal, tautan data dalam penerbangan, dan AI di dalam pesawat agar penargetannya lebih adaptif terhadap situasi dan kondisi.

Sebagai informasi, varian jet tempur generasi kelima Rafale sendiri bakal hadir di udara Prancis mulai tahun 2030 mendatang.
Dan bukan tidak mungkin Indonesia bakal menjadi operator berikutnya.
Kehadiran senjata dengan skill SEAD pada Rafale diharapkan bisa mematahkan segala bentuk propaganda yang dilancarkan China terhadap jet tempur buatan Dassault Aviation ini.***