Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Agam Rinjani Featured

    Cerita Agam Rinjani 6 Tahun Tinggal Serumah Selle KS Dalle Wakil Bupati Soppeng - Halaman all - Tribun-timur

    7 min read

     

    Cerita Agam Rinjani 6 Tahun Tinggal Serumah Selle KS Dalle Wakil Bupati Soppeng - Halaman all - Tribun-timur

    TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Agam Rinjani penyelamat jenazah pendaki asal Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani rupanya memiliki hubungan dekat dengan Wakil Bupati SoppengSelle KS Dalle.

    Agam membagikan kisah masa kecilnya yang penuh makna saat tinggal bersama Wakil Bupati SoppengSelle KS Dalle, selama enam tahun.

    Kisah itu menjadi bagian penting dalam perjalanan hidup dan pembentukan karakternya hingga kini dikenal sebagai sosok yang aktif dalam kegiatan kemanusiaan.

    “Jadi Kak Selle ini seperti kakakku sendiri, kadang juga seperti bapakku. Karena dari kecil, saya dan beliau pernah tinggal serumah selama enam tahun, sejak saya masih SMP,” kata Agam saat bertemu dengan Selle KS Dalle, Minggu, (13/7/2025).

    Bahkan, kata Agam, Selle pernah mendatangi rumahnya di dekat TPA Antang saat melakukan pendampingan.

    "Waktu itu saya masih kelas 4 SD. Sampai sekarang kami tetap berkomunikasi, walau sempat kehilangan kontak ketika saya sudah pindah ke Lombok," ungkapnya.

    Baca juga: Kecemasan Ibu Agam di Makassar, 2 Hari Tak Tidur Menunggu Evakuasi Jenazah Juliana Marins di Rinjani

    "Dulu saat pertama kali masuk ke TPA, kami berbaur dengan masyarakat, lalu belajar bersama mereka di sana," tambah dia.

    Sementara itu, Wakil Bupati SoppengSelle KS Dalle merasa bangga dengan sosok Agam yang ia panggil akrab “Ucok”. 

    Menurutnya, sejak kecil Ucok sudah menunjukkan bakat kepemimpinan dan kepekaan sosial yang kuat.

    “Ucok (sapaan Agam) masih anak-anak waktu itu, dan dalam prosesnya, tanpa disadari, dia bisa mengambil peran-peran penting di sana," katanya.

    Selle juga mengenang saat mereka mengembangkan metode anak mengajar anak, di mana Agam ikut aktif.

     “Potensi itu sudah terlihat sejak kecil. Bahkan sebelum merantau, dia sempat datang menemui kami," ungkapnya.

    "Saya sempat sedih melepasnya, tapi tenang karena saya percaya dia punya bekal hidup yang kuat,” tambah dia.

    Menurutnya, Agam adalah contoh nyata hamba Allah yang bermanfaat bagi sesama.

    “Ucok ini membanggakan, bukan hanya bagi kami, tapi juga bagi bangsa dan negara. Apa yang dia lakukan adalah bagian dari menjaga harkat dan martabat bangsa," jelasnya.

    Kini, melihat kiprah Agam dalam kegiatan kemanusiaan, Selle mengaku salut dan bangga. 

    "Dan Ucok telah menjadi bagian dari upaya penyelamatan itu. Saya salut, saya bangga, dan saya percaya, insya Allah, ke depan Ucok akan terus melakukan hal-hal baik di mana pun dia berada," jelasnya

    "Karena dari sananya, anak ini memang sudah seperti itu," tambah dia.

    Jadi Orang Kaya

    "Tidak enak jadi orang orang kaya, Bang," kata Agam Rinjani saat tampil di podcast Denny Sumargo.

    Videonya berjudul HEBOH !! BULE BRAZIL JATUH DI RINJANI, SANG HEROIK "AGAM" JADI SOROTAN. TERIMA DONASI 1,3 M!? tayang di kanal YouTube CURHAT BANG Denny Sumargo, Selasa (2/7/2025).

    Dalam video itu, Agam Rinjani mengungkap dirinya pernah menjadi orang kaya selama 10 hari.

    Mulanya Denny Sumargo bertanya soal tujuan hidup Agam.

    "Tapi kalau kau punya hidup sendiri, apa yang kau cari sebenarnya, harta kekayaankah?," tanya Denny Sumargo.

    "Apa di', tidak enak jadi orang kaya, Bang," jawab Agam.

    Agam pun menceritakan kisahnya menjadi orang kaya.

    "Jadi pernah di Rinjani, ku niat jadi orang kaya. Selama 10 hari Alhamdulillah terpenuhi," kata Agam.

    Agam mengaku mendapat banyak tamu selama beberapa pekan.

    "Hampir tiap Minggu, ku tabung itu uang. Total uang lumayanlah. Saya orang gembel dapat uang Rp 367 juta," kata Agam bikin Denny Sumargo terperangah.

    "Antar tamu selama beberapa kali, ku tabung. Jadi orang kaya saya 10 hari di Bali," lanjut Agam.

    Di Bali, Agam menginap di Hotel Mulia tarif Rp24 juta per malam.

    Agam menikmati hidup di Bali sebagaimana orang kaya pada umumnya.

    "Kerjaku surfing apa semua, pinjam (sewa) mobil Ferrari," kata Agam.

    Banyak mengira Agam dari Jepang lantaran datang dengan mobil Ferrari.

    Tak hanya mobil Ferrari, Agam juga menyewa Lamborghini selama satu hari.

    Dengan semangat Agam menceritakan, ketika dia membuka pintu Lamborghini, semua mata cewek langsung tertuju padanya.

    Banyak cewek Bule mendekat.

    Cewek-cewek itu mengira Agam seorang pengusaha.

    Namun Agam secara jujur mengaku seorang porter.

    Singkat cerita, setelah 10 hari, uang Agam tersisa Rp150 ribu.

    Di tengah menipisnya uang Agam, ada tamu menghubunginya.

    Ada tamu tiga hari lagi ingin ke Gunung Rinjani. 

    Agam pun meminta tamu membayar downpayment (DP) atau uang muka.

    "Ku dapat itu lagi Rp400 jutaan. Untuk tiga hari, kan rombongan ini, rombongan banyak. Baru dulu belum banyak open trip, jadi kita (kami) yang tentukan harga," ujar Agam.

    Tamu menelpon Agam dan berjanji mentransfer DP besok sorenya.

    "Besoknya meletus Rinjani, ttang," lanjut Agam.

    "Ditelpon, sory Rinjani tutup, tidak jadi. Ku bilang, hmm jadi gembel saya," seloroh Agam disambut tawa Denny Sumargo dan seisi studio.

    Satu-satunya pegangan Agam kini hanya uang Rp150 ribu.

    "Rp150 ribu itu ku hemat sekali. Numpang truk saya dari Bali sampai masuk Lombok, ku bayar Rp20 ribu," imbuhnya.

    Agam pun kembali mengatakan tidak enak jadi orang kaya.

    "Apanya tidak enak," tanya Denny Sumargo.

    Agam pun mengatakan tidak enak jadi orang kaya karena pusing mau diapakan.

    "Pusing kita ini, mau belanja apa lagi ini. Mending ini jadi sederhana," jawab Agam.

    "Maksudnya kalau mau naik pesawat, ada. Kalau mau masuk hotel, ada. Yang sederhana saja," canda Agam.

    Sosok Agam Rinjani

    Nama lengkapnya Abdul Haris Agam.

    Agam Rinjani putra asli Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

    Ia lahir 22 Desember 1988 dan menghabiskan masa kecilnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang, Makassar.

    Lingkungan keras yang memaksa dirinya tumbuh cepat dan mandiri.

    Dulu dikenal dengan julukan “Ucok”, ia mengganti namanya sebagai penghormatan setelah wafatnya ayahnya.

    Agam lulusan S1 Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Hasanuddin (Unhas).

    Kini, Agam menetap di Sembalun, Nusa Tenggara Barat (NTB). 

    Ia tinggal di sebuah rumah kayu ukuran 4x3 meter.

    Rumah itu dibangun di tanah milik seniornya, anak Mapala Aranyacala.

    Agam berprofesi sebagai pemandu wisata gunung, khususnya di jalur Gunung Rinjani, Pulau Lombok, NTB.

    Ia dikenal piawai mengelola logistik, menjejak jalur vertikal, serta memberdayakan wisatawan untuk mengeksplor alam secara aman dan bertanggung jawab.(*)

    Komentar
    Additional JS