Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dolar Amerika Serikat Dunia Internasional Featured

    Dolar AS Mengalami Tahun Terburuk Sejak 1973, Status Cadangan Utama Dunia Diragukan - Sindonews

    3 min read

     Dunia Internasional,

    Dolar AS Mengalami Tahun Terburuk Sejak 1973, Status Cadangan Utama Dunia Diragukan

    Jum'at, 04 Juli 2025 - 15:36 WIB

    Dolar AS Mengalami Tahun...

    Tahun terburuk bagi dolar AS sejak 1973, dimana Dolar AS atau USD sudah melemah lebih dari 10% terhadap mata uang utama lainnya di paruh pertama tahun 2025. Foto/Dok

    JAKARTA - Dolar AS (Amerika Serikat) atau USD telah melemah lebih dari 10% terhadap mata uang utama lainnya di paruh pertama tahun 2025. Pelemahan tajam ini menandai tahun terburuk bagi dolar AS sejak 1973, seperti dilansir New York Times mengutip data perdagangan.

    Penurunan ini dikaitkan dengan kebijakan perdagangan Presiden AS, Donald Trump dan kekhawatiran tentang meningkatnya defisit fiskal. Indeks Dolar AS ICE, yang mengukur dolar terhadap mata uang utama tercatat jatuh hingga 10,8% secara year-to-date.

    Penurunan dolar AS terlihat dalam enam bulan terakhir, kontras dengan peran tradisional dolar sebagai aset aman, kata laporan tersebut. Dolar AS terpantau turun lebih dari 10% pada tahun 2025, di tengah tarif Presiden AS Donald Trump dan meningkatnya defisit.

    Kali terakhir dolar mengalami penurunan serupa di awal tahun yakni terjadi pada 1973, setelah hubungannya berakhir dengan emas. Kali ini, perubahan ini berasal dari dorongan Trump untuk membentuk kembali tatanan global melalui tarif agresif dan kebijakan luar negeri yang lebih isolasionis, menurut surat kabar tersebut.

    Sejak kembali menjabat pada bulan Januari, Trump telah memberlakukan tarif besar-besaran yang bertujuan melindungi produksi dalam negeri. Kampanye tersebut mencapai puncaknya pada 2 April dengan kebijakan yang dilabeli sebagai 'Hari Pembebasan', termasuk pajak 10% secara menyeluruh untuk semua impor dan tarif yang lebih tinggi untuk barang-barang dari China, Meksiko, Kanada, dan negara-negara anggota UE.

    Namun tarif Trump sempat sedikit melunak dengan membuka ruang untuk negosiasi, dan menghentikan sementara kebijakan tarif selama 90 hari. Sementara itu Trump membela kebijakan yang diambilnya sebagai cara untuk mengembalikan lapangan kerja ke AS dan mengurangi defisit perdagangan negara tersebut.

    Tapi nyatanya kebijakan tarif agresif Trump justru mengguncang pasar. Proposal perdagangan Trump, kekhawatiran tentang inflasi, dan meningkatnya utang pemerintah telah memberikan tekanan pada dolar AS (USD). Sedangkan berkurangnya kepercayaan pada peran Amerika Serikat dalam sistem keuangan global semakin menambah parah penurunan.

    "Memiliki dolar yang lemah atau dolar yang kuat bukanlah masalahnya," kata Steve Englander, kepala penelitian valuta asing G10 global di Standard Chartered kepada NYT.

    "Masalahnya adalah: Apa yang dikatakannya tentang bagaimana dunia melihat kebijakan Anda?" sambungnya.

    Para analis telah memperingatkan bahwa penurunan dolar yang terus berlanjut dapat memiliki konsekuensi global. Beberapa pengamat pasar percaya bahwa penurunan tajam dollar telah menimbulkan keraguan tentang statusnya sebagai mata uang cadangan utama dunia.

    Menambah ketidakpastian investor, Senat baru-baru ini menyetujui RUU pajak dan belanja yang didukung oleh Partai Republik yang diperkirakan akan meningkatkan defisit federal sebesar USD3,3 triliun.

    (akr)

    Komentar
    Additional JS