JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi meminta para pengkritik proyek revisi sejarah RI untuk "tahu diri."

Ia menekankan proyek penulisan ulang sejarah ini dilakukan oleh sejarawan profesional dan punya kompetensi.

Hal tersebut disampaikan Hasan Nasbi dalam acara di Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta, Senin (30/6/2025). Dalam acara tersebut, Hasan memaparkan tentang literasi digital dan menjawab pertanyaan mahasiswa.

Juru bicara Presiden RI Prabowo Subianto itu menyatakan sejarawan yang terlibat dalam penulisan ulang sejarah tidak akan menggadaikan integritas. Sebaliknya, Hasan mempertanyakan apakah pengkritik proyek ini memiliki kompetensi dalam ilmu sejarah atau tidak.

"Kita yang mengkritik ini juga harus tahu diri, nih. Kita punya kompetensi dan literatur, profesionalitas dalam menilai sebuah tulisan sejarah apa tidak?" kata Hasan Nasbi dalam acara yang disiarkan kanal YouTube Universitas Al Azhar Indonesia, Senin (30/6).

Baca Juga: Hasan Nasbi Ungkap Sikap Prabowo soal Konflik Iran-Israel, Sebut Pemerintah Konsisten Kecam Agresi

Hasan Nasbi meminta publik bersabar terkait proyek penulisan ulang sejarah. Menurutnya, pembicaraan di media sosial terkesan menekan sejarawan dan dikhawatirkan proyek penulisan ulang sejarah justru terburu-buru akibat tekanan publik.

Lebih lanjut, terkait peristiwa yang tidak dimasukkan dalam penulisan ulang sejarah, Hasan menyatakan tidak semua peristiwa dapat ditulis ulang. Jubir Prabowo itu menekankan sejarawan memiliki pertimbangan dalam menyusun ulang rangkaian peristiwa.

"Tulisan sejarah tidak mungkin merangkum seluruh kejadian. Ada nggak dalam tulisan sejarah Indonesia yang pernah ditulis bahwa kita dulu di masa (penjajahan) Jepang, pimpinan putra menyediakan PSK terhadap tentara Jepang?" kata Hasan Nasbi.

"Ada nggak ditulis dalam sejarah kita? Kejadian nggak? Kejadian. PSK-nya dibawa dari Karawang, kok, tapi dalam sejarah kita, ditulis nggak?"

Baca Juga: Dasco soal Tulis Ulang Sejarah: Jangan Menuduh Ada Kepentingan dari Penguasa