Israel Bom Kafe, Sekolah, Rumah Sakit di Gaza: 95 Orang Tewas, Termasuk Jurnalis Juga Anak-anak - Halaman all - TribunNews
Dunia Internasional
Israel Bom Kafe, Sekolah, Rumah Sakit di Gaza: 95 Orang Tewas, Termasuk Jurnalis Juga Anak-anak - Halaman all - Tribunnews


TRIBUNNEWS.COM - Rentetan sereangan udara Israel menewaskan 95 warga Palestina pada Senin (30/6/2025).
Dikutip dair Al Jazeera dan Samaa TV, Israel meluncurkan serangan udara ke kafe, sekolah penghungsi, pusat distribusi bantuan hingga halaman rumah sakit di Jalur Gaza.
Otoritas kesehatan Gaza melaporkan 62 korban jiwa berasal dari Kota Gaza dan wilayah utara.
Salah satu serangan paling mematikan menghantam kafe Al-Baqa di tepi pantai utara Kota Gaza, menewaskan 39 orang termasuk jurnalis Ismail Abu Hatab.
Menurut Yahya Sharif, yang berada di lokasi saat serangan terjadi, situasinya benar-benar kacau dan berdarah.
“Kami melihat orang-orang tercabik-cabik. Tempat ini hanya dipenuhi keluarga yang merayakan ulang tahun,” katanya.
Koresponden Al Jazeera Hani Mahmoud melaporkan serangan itu terjadi tanpa peringatan dan meninggalkan kawah besar.
Di lokasi lain, pesawat tempur Israel juga membom sekolah Yafa di Kota Gaza yang menampung ratusan pengungsi.
Hanya 5 Menit untuk Melarikan Diri
Penduduk Hamada Abu Jaradeh mengatakan mereka hanya mendapat waktu lima menit untuk melarikan diri.
Di Gaza tengah, halaman Rumah Sakit Al-Aqsa di Deir el-Balah diserang, melukai sejumlah orang dan merusak tenda pengungsi.
Baca juga: Tank-tank Israel Getol Gempur Gaza Jelang Perundingan Gencatan Senjata di Gedung Putih
Video yang diverifikasi Al Jazeera menunjukkan kepanikan warga sipil yang berlarian.
Jurnalis Tareq Abu Azzoum melaporkan ini adalah serangan ke-10 terhadap kompleks rumah sakit itu sejak konflik dimulai.
Kantor Media Pemerintah Gaza menyebut serangan tersebut “kejahatan sistematis” terhadap sistem kesehatan yang sudah lumpuh.
Israel dituduh secara berulang menyerang rumah sakit selama 22 bulan perang di Gaza.
Pusat Distribusi Bantuan Tak Luput dari Serangan
Sementara itu, di Khan Yunis di Gaza selatan, sedikitnya 15 orang tewas akibat serangan udara.
Serangan terjadi dekat pusat distribusi bantuan milik Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), yang didukung AS dan Israel, dan melukai 50 orang lainnya.
Militer Israel mengakui adanya korban sipil di lokasi bantuan dan menyatakan telah mengeluarkan instruksi baru.
Namun laporan media Israel Haaretz menuduh tentara sengaja menembaki kerumunan warga sipil tak bersenjata.
Warga Gaza juga melaporkan perintah evakuasi paksa di distrik-distrik utara, termasuk Zeitoun.
Tank-tank Israel dilaporkan bergerak di kawasan itu, sementara serangan udara menghancurkan sedikitnya empat sekolah.
Sedikitnya 10 orang tewas di Zeitoun dan 13 lainnya di barat daya Kota Gaza.
“Ledakan tidak pernah berhenti; mereka mengebom sekolah dan rumah. Rasanya seperti gempa bumi,” kata Salah, pria berusia 60 tahun, yang merupakan ayah lima anak dari Kota Gaza.
Serangan terbaru ini terjadi di tengah tekanan internasional untuk menghentikan perang yang telah berlangsung 22 bulan dan menghancurkan infrastruktur Gaza.
PBB dan kelompok hak asasi manusia menuduh Israel melakukan serangan sistematis terhadap rumah sakit, pusat bantuan, dan tempat penampungan sipil, memicu kekhawatiran serius tentang kejahatan perang.
Di sisi diplomatik, pejabat Israel berada di Washington untuk membahas dorongan gencatan senjata baru dengan pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Baca juga: Mirisnya Pusat Bantuan GHF di Gaza: Israel Bantai Hampir 600 Warga Palestina yang Cari Makanan
Qatar, selaku mediator utama, mengonfirmasi ada niat serius AS untuk memulai kembali perundingan, meski belum ada tanggal ditetapkan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al Ansari, mengatakan bahwa momentum baru tercipta pasca gencatan senjata Iran-Israel baru-baru ini.
"Kami tidak berharap hal ini terjadi hari ini atau besok. Namun unsur-unsurnya sudah ada untuk mendorong dimulainya kembali perundingan,” ujarnya.
Total Jumlah Korban Perang Israel-Hamas
Jumlah korban akibat kekerasan di Gaza terus bertambah.
Dikutip dari Middle East Monitor, konflik telah berlangsung selama 631 hari.
Korban tewas dilaporkan mencapai 56.500 orang.
Sebanyak 133.419 orang dilaporkan terluka.
Selain itu, sekitar 11.000 orang masih dinyatakan hilang.
Data ini terakhir diperbarui pada Minggu (29/6/2025), menunjukkan skala kehancuran dan krisis kemanusiaan yang sangat serius di wilayah tersebut.
(Tribunnews.com/ Andari Wulan Nugrahani)