Israel Hancurkan 88% Jalur Gaza dan Gusur 2 Juta Orang sejak Oktober 2023 | Sindonews
Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah,
Israel Hancurkan 88% Jalur Gaza dan Gusur 2 Juta Orang sejak Oktober 2023 | Halaman Lengkap

Seorang perempuan dan seorang anak berlari mencari perlindungan saat bom Israel jatuh di Sekolah Abu Hilo, yang dikelola UNRWA, di Kamp Pengungsi Bureij di Gaza tengah pada 17 Juli 2025. Foto/Moiz Salhi/Anadolu Agency
- Israel telah menghancurkan lebih dari 88% total luas Jalur Gaza dan menggusur 2 juta warga Palestina sejak melancarkan perang genosida pada 7 Oktober 2023. Data itu menurut laporan statistik yang dirilis Jumat (18/7/2025) oleh Kantor Media Pemerintah di Gaza.
Laporan tersebut, yang menandai hari ke-650 perang, memperkirakan Israel telah menjatuhkan 125.000 ton bahan peledak di Gaza dan menyebabkan kerugian lebih dari USD62 miliar.
Perang brutal tersebut juga mengakibatkan "evakuasi paksa 2 juta warga sipil" dan pendudukan 77% dari wilayah kantong seluas 360 kilometer persegi (139 mil persegi).
Laporan tersebut menyebutkan jumlah total warga Palestina yang tewas atau hilang mencapai 67.880. Ini mencakup lebih dari 19.000 anak-anak dan 12.500 perempuan, di antaranya 8.150 ibu dan 953 bayi.
Kementerian Kesehatan Gaza, yang menggunakan berbagai metode yang hanya menghitung jenazah yang diterima di rumah sakit, mengatakan pada hari Kamis bahwa jumlah kematian resmi mencapai 58.667.
Perbedaan antara kedua angka tersebut, menurut para pejabat, disebabkan dimasukkannya orang hilang di bawah reruntuhan dan mereka yang masih belum ditemukan dalam penghitungan Kantor Media.
Pernyataan itu juga mengatakan sekitar 9.500 warga Palestina masih tertimbun reruntuhan, dan nasib mereka belum diketahui.
“Pasukan Israel telah menewaskan 1.590 tenaga medis, 228 jurnalis, dan 777 staf bantuan kemanusiaan,” ungkap Kantor Media Gaza.
Dilaporkan juga bahwa 2.613 keluarga Palestina telah dihapus sepenuhnya dari catatan sipil. Selain itu, setidaknya 68 anak telah meninggal karena kekurangan gizi dan 17 orang lainnya karena kedinginan di kamp-kamp pengungsian.
Perang telah menyebabkan 139.000 orang terluka, termasuk lebih dari 4.700 amputasi.
Laporan tersebut mencatat 44.500 anak telah kehilangan setidaknya satu orang tua, dan lebih dari dua juta orang menderita penyakit menular di zona pengungsian, termasuk 71.000 kasus hepatitis.
Kantor Media menuduh pasukan Israel mencuri 2.420 jenazah dari pemakaman dan membangun tujuh kuburan massal di dalam rumah sakit selama serangan yang terus berlangsung.
Disebutkan juga bahwa 6.633 warga sipil telah ditangkap dari Gaza, termasuk 362 tenaga medis, 48 jurnalis, dan 26 anggota pertahanan sipil.
Israel telah menghancurkan 38 rumah sakit dan 96 pusat perawatan primer, menargetkan 144 ambulans, dan merusak berat atau menghancurkan 156 sekolah seluruhnya dan 382 sekolah lainnya sebagian.
Menurut laporan tersebut, 833 masjid, tiga gereja, dan 40 pemakaman juga telah menjadi sasaran serangan.
Sebanyak 288.000 keluarga kehilangan tempat tinggal setelah 223.000 unit rumah hancur dan 130.000 unit lainnya tidak layak huni. Kantor Media mengatakan 261 pusat penampungan juga telah diserang.
Sebagai bagian dari kampanye kelaparan sistematis, laporan tersebut menyatakan pasukan Israel menewaskan 877 warga sipil dan melukai 5.666 lainnya saat menyerang titik-titik distribusi bantuan.
Laporan tersebut juga menyatakan Israel telah mencegah masuknya puluhan ribu truk bantuan selama lebih dari 139 hari berturut-turut.
Sektor pertanian Gaza telah menderita kerugian sebesar USD2,2 miliar akibat hancurnya 92% lahan subur di wilayah kantong tersebut.
Sementara itu, infrastruktur utama seperti air, listrik, sanitasi, dan situs arkeologi telah hancur total.
Menolak seruan internasional untuk gencatan senjata, tentara Israel telah melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023, menewaskan hampir 59.000 warga Palestina sejauh ini, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Pengeboman tanpa henti telah menghancurkan daerah kantong tersebut dan menyebabkan kekurangan pangan serta penyebaran penyakit.
November lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.
Baca juga: Abu Ubaidah: Israel Tolak Kesepakatan Gencatan Senjata untuk Bebaskan Semua Tawanan di Gaza
(sya)