Jerman Inginkan Peluncur Rudal AS Jangkauan 2.000 Kilometer, Rusia Terancam | Sind5
Dunia Internasional,
Jerman Inginkan Peluncur Rudal AS Jangkauan 2.000 Kilometer, Rusia Terancam | Halaman Lengkap

Makin mudah baca berita nasional dan internasional.
Selasa, 15 Juli 2025 - 17:17 WIB
Peluncur rudal jarak menengah Typhon buatan Amerika Serikat (AS). Foto/defence security asia
- Jerman ingin membeli peluncur rudal jarak menengah Typhon dari Amerika Serikat (AS) di tengah ketegangan dengan Rusia terkait Ukraina. Rencana itu diungkap Menteri Pertahanan (Menhan) Jerman Boris Pistorius.
Pengerahan Typhon seharusnya dilarang berdasarkan Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF) 1987 yang kini telah berakhir.
Pistorius mengonfirmasi pada hari Senin (14/7/2025) bahwa Berlin telah mengirimkan permintaan resmi kepada Washington untuk membeli sistem Typhon, yang dapat menembakkan rudal jelajah Tomahawk dan rudal multiguna SM-6.
Typhon memiliki jangkauan operasional sekitar 2.000 km dan dapat mencapai target jauh melampaui Moskow jika ditembakkan dari wilayah Jerman.
“Sistem ini akan mengisi kesenjangan kemampuan hingga negara-negara Eropa memproduksi rudal jarak jauh mereka sendiri, yang dapat memakan waktu antara tujuh hingga sepuluh tahun,” ungkap Pistorius.
Namun, ia mengakui adanya ketidakpastian mengenai apakah AS tetap berkomitmen menempatkan rudal jarak jauh ke Jerman mulai tahun 2026, berdasarkan rencana yang pertama kali diumumkan pada tahun 2024 oleh pemerintahan mantan Presiden Joe Biden.
"Saya sangat yakin perjanjian tahun lalu masih berlaku, tetapi kami masih menunggu keputusan akhir," ujar menteri tersebut.
Pengumuman penempatan rudal jarak jauh tersebut menuai kecaman keras dari Moskow, yang memperingatkan mereka akan menganggap dirinya "bebas" dari moratorium sepihak atas penempatan rudal serupa.
Potensi penempatan peluncur Typhon dan aset jarak jauh lainnya memiliki kemiripan tertentu dengan keputusan NATO yang sangat kontroversial untuk menempatkan rudal berkemampuan nuklir Pershing II dengan jangkauan lebih dari 2.000 km di Jerman Barat pada tahun 1980-an.
Langkah tersebut memicu protes besar-besaran di seluruh Eropa dan menciptakan spiral ketegangan baru antara Uni Soviet dan AS, yang pada akhirnya mengarah pada penandatanganan Perjanjian INF.
Pengerahan peluncur Typhon seharusnya dilarang berdasarkan Perjanjian INF, di mana Uni Soviet dan AS sepakat menghapus semua rudal berbasis darat dengan jangkauan antara 500 dan 5.500 km.
Pakta tersebut runtuh pada tahun 2019 ketika Washington menarik diri, dengan alasan pelanggaran Rusia.
Rusia membantah klaim tersebut, menuduh AS mengembangkan rudal terlarang tersebut. Presiden Vladimir Putin telah memperingatkan runtuhnya INF akan secara signifikan mengikis kerangka kerja keamanan global.
Baca juga: Rusia Akui Jerman Kembali Menjadi Berbahaya dengan Ancaman Terbaru
(sya)
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Iklan - Scroll untuk melanjutkan
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com,
Klik Disiniuntuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Infografis

Warren Buffett Sebut Dolar AS Sedang Menuju ke Neraka