Jet Tempur yang Disodorkan Tiongkok Ke Indonesia Ini Diduga Hasil Selundupan Israel yang Berasal Dari Amerika - Zona Jakarta
Jet Tempur yang Disodorkan Tiongkok Ke Indonesia Ini Diduga Hasil Selundupan Israel yang Berasal Dari Amerika - Zona Jakarta
ZONAJAKARTA.com - Pada awal bulan Juni 2025 lalu Indonesia mendapatkan tawaran dari Tiongkok untuk memperoleh jet tempur J-10.
Namun, tawaran tersebut tak serta merta langsung diterima Indonesia melainkan masih dipertimbangkan.
Menurut pemaparan Anadolu Agency, pada 5 Juni 2025, dalam artikel berjudul "Indonesia sebut China tawarkan penjualan jet tempur J-10: Laporan."
Indonesia memberikan konfirmasi bahwa, China menawarkan jet tempur multiperan J-10 kepada Indonesia.
Laporan ini diberitakan oleh Wakil Menteri Pertahanan, Donny Ermawan Taufanto, dikutip dari Bloomberg.
"Ini hanya tawaran," katanya, kemudian menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia sedang mengkaji jet tempur yang ditawarkan China tersebut memenuhi persyaratan operasional Indonesia.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Mohammad Tonny Harjono, mengemukakan pembelian itu tetap menjadi kemungkinan.
"Kami sedang mempertimbangkannya," katanya dikutip dari Antara News.
Baca Juga:
Namun, ia menjelaskan bahwa memperoleh alat utama sistem persenjataan, bukanlah keputusan yang mudah.
J-10, yang dikembangkan oleh Avic Chengdu Aircraft Co Ltd., adalah jet tempur multiperan bermesin tunggal.
Jet tempur ini menjadi awal mula kebangkitan industri pertahanan udara Tiongkok.
Namun, di baliknya banyak rumor muncul mengenai bagaimana jet tempur ini dikembangkan oleh China, konon ada bantuan Israel di dalamnya.
Baca Juga:

Menurut keterangan Defence Security Asia, pada 7 Juli 2025, dalam artikel berjudul "Peran Rahasia Israel dalam J-10 China: Teknologi Tersembunyi yang Menantang Barat."
Mengungkapkan bahwa, pengembangan jet tempur ini diselimuti spekulasi tentang campur tangan Israel di dalamnya.
Israel sendiri diketahui sebagai aliansi strategis Amerika Serikat, namun disebut memberikan bantuan teknis kepada China.
Awal mula dugaan tersebut muncul pada 1990-an, ketika China dan Israel meresmikan hubungan diplomatiknya.
Baca Juga:
Analis pertahanan menunjuk pada kolaborasi signifikan antara Chengdu Aircraft Corporation (CAC) Tiongkok dan raksasa pertahanan Israel, Israel Aerospace Industries (IAI), yang diyakini telah memainkan peran kunci dalam membentuk pengembangan J-10.
Argumen paling meyakinkan mengenai pengaruh Israel pada J-10 terletak pada desainnya.
Pesawat ini sangat mirip dengan pesawat tempur LAVI milik Israel, sebuah program ambisius tetapi akhirnya dibatalkan pada tahun 1980-an.
Proyek LAVI, yang didanai besar-besaran oleh Amerika Serikat, ditujukan untuk menghasilkan pesawat tempur multiperan canggih yang dapat menyaingi jet tempur Lockheed Martin F-16.
Akan tetapi, Washington, yang khawatir akan persaingan dengan ekspor pesawat tempurnya sendiri, memangkas pendanaan, sehingga memaksa Israel menghentikan proyek tersebut.
Laporan menyatakan bahwa meskipun LAVI tidak pernah mencapai status operasional, kemajuan teknologinya tidak sia-sia.
Israel diyakini telah mentransfer aspek penting program LAVI ke China, termasuk avionik, material komposit, dan sistem kontrol penerbangan canggih.
Sebagian besar, banyak di antaranya serupa dengan yang digunakan pada jet tempur Amerika kontemporer.
Baca Juga:
Salah satu indikasi paling kentara dari pengaruh Israel pada J-10 adalah konfigurasi canard-delta, karakteristik yang menentukan LAVI.

Akan tetapi, meski J-10 dan LAVI memiliki banyak kesamaan, ada pula perbedaan utama.
Misalnya, jet tempur J-10, lebih besar, lebih berat, dan disesuaikan dengan kebutuhan operasional spesifik China, termasuk konfigurasi mesin dan rangkaian avionik yang berbeda.
Dugaan kolaborasi antara Israel dan Cina tidak terbatas pada proyek J-10.
Sumber industri pertahanan menunjukkan bahwa kedua negara terlibat dalam beberapa transfer teknologi pertahanan selama akhir tahun 1980-an dan awal tahun 1990-an.
Salah satu contoh signifikan adalah pengembangan rudal udara-ke-udara PL-8 milik China, yang sangat mirip dengan rudal Python-3 milik Israel.
Selain itu, Israel dilaporkan telah membantu China dalam memperoleh teknologi radar dan avionik.
Selama tahun 1980-an, Tiongkok secara aktif mencari teknologi Barat sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk memodernisasi militernya.
Baca Juga:
AS dan beberapa negara Eropa memberi China akses ke sistem pertahanan canggih, termasuk mesin pesawat terbang dan avionik, terutama sebagai penyeimbang pengaruh Soviet.
Namun, kerja sama ini terhenti tiba-tiba setelah terjadinya tindakan keras Lapangan Tiananmen tahun 1989, ketika negara-negara Barat menjatuhkan sanksi militer terhadap Beijing.
Dengan terbatasnya akses ke teknologi militer Barat, Tiongkok terpaksa mencari sumber alternatif.
Israel, yang dikenal karena keahliannya yang canggih dalam teknologi avionik dan rudal, muncul sebagai mitra potensial.
Sejauh mana Israel membantu Cina masih menjadi bahan perdebatan, tetapi kemajuan teknologi yang disaksikan dalam program pesawat tempur Cina sangat menunjukkan adanya pengaruh eksternal.
Baca Juga:
Terlepas dari sejauh mana keterlibatan Israel, keberhasilan pengembangan J-10 menandai titik balik bagi industri penerbangan China.

Pesawat ini menjadi batu loncatan untuk program-program dalam negeri berikutnya, yang mengarah pada pengembangan platform yang lebih canggih seperti J-16 dan J-20 yang merupakan generasi kelima.
Saat ini, China berdiri sebagai salah satu kekuatan kedirgantaraan utama dunia, yang mampu merancang dan memproduksi jet tempur canggih yang menyaingi Amerika Serikat dan Rusia.
***