Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Demam Berdarah Dengue Featured Gunung Kidul Kesehatan

    Kasus DBD di Gunungkidul Tembus 330, Dinas Kesehatan Sebut Musim Kemarau Basah Picu Ledakan Populasi Nyamuk - bernasnews

    2 min read

     

    Kasus DBD di Gunungkidul Tembus 330, Dinas Kesehatan Sebut Musim Kemarau Basah Picu Ledakan Populasi Nyamuk - bernasnews

    bernasnews – Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul memukul alarm kewaspadaan setelah mencatat 330 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga Juni 2025.

    Lonjakan kasus itu menimbulkan kecemasan karena musim kemarau basah justru memicu ledakan populasi nyamuk Aedes aegypti.

    Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Ismono, menyatakan pihaknya terus memantau perkembangan DBD di seluruh wilayah.

    Ia menegaskan tim surveilans tidak melihat tren kenaikan signifikan dalam kurun waktu triwulan pertama hingga kedua. Namun, ia tetap meminta masyarakat siaga total.

    “Kami mencatat 280 kasus pada triwulan pertama dan 50 kasus pada triwulan kedua, tanpa kematian,” ujar Ismono pada Selasa, 1 Juli 2025.

    Ia menegaskan pihaknya akan mengintensifkan upaya pencegahan karena kondisi hujan yang terus mengguyur di tengah musim kemarau membuka peluang nyamuk berkembang biak lebih cepat.

    Musim Kemarau Basah Jadi Pemicu Ledakan Kasus

    Ismono menjelaskan intensitas hujan sejak Januari hingga Mei 2025 terbilang tinggi. Sementara pada April hingga Juni, suhu udara meningkat tetapi hujan tetap turun. Kondisi tersebut dinamai sebagai kemarau basah.

    Menurutnya, musim anomali ini menciptakan banyak genangan air kecil yang menjadi sarang ideal bagi nyamuk DBD.

    “Hujan masih turun meski sudah masuk kemarau. Kondisi seperti ini sangat berbahaya karena nyamuk Aedes aegypti bisa berkembang biak dalam waktu singkat dan jumlah yang besar,” ujarnya dengan nada tegas.

    Ismono meminta masyarakat mengantisipasi ancaman laten ini. Ia mengungkapkan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pemerintah kalurahan untuk melakukan penyemprotan dan pembagian bubuk Abate secara rutin.

    Dinas Kesehatan Gunungkidul menyalurkan bubuk Abate melalui kalurahan untuk membunuh jentik nyamuk di bak penampungan air.

    Imbauan 3M Plus dan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik

    Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul, Sidiq Hery Sukoco, meminta masyarakat melakukan gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara masif.

    Ia menekankan pentingnya masyarakat menerapkan 3M Plus, yakni menguras tempat penampungan air, menutup rapat wadah air, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

    Selain itu, ia meminta warga menggunakan obat nyamuk, memasang kelambu saat tidur, serta menanam tanaman pengusir nyamuk di pekarangan rumah. Sidiq menilai kebiasaan tersebut akan melindungi keluarga dari serangan nyamuk pembawa virus dengue.

    “Kami juga menggalakkan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik. Setiap rumah wajib memiliki juru pemantau jentik. Jumantik akan memeriksa, mengedukasi, dan memastikan tidak ada tempat berkembang biak nyamuk di rumah itu,” tegasnya.

    Sidiq menegaskan masyarakat tidak boleh lengah. Menurutnya, DBD bisa menjadi ancaman mematikan jika tidak diantisipasi sejak dini. Ia memastikan Dinas Kesehatan Gunungkidul akan terus mengawasi perkembangan kasus dan menindaklanjuti jika terjadi kenaikan.

    “DBD tidak mengenal musim. Nyamuk tetap menggigit dan menularkan virusnya, apalagi jika kita lengah. Karena itu, kami meminta masyarakat berperan aktif melawan nyamuk di lingkungan rumah masing-masing,” pungkasnya. (el)

    Komentar
    Additional JS