Sosial Media
powered by Surfing Waves
0
News
    Home Dunia Internasional Featured Houthi Israel Konflik Timur Tengah Pelabuhan Eilat pinfo

    Kemenangan bagi Houthi, Pelabuhan Eilat Israel Akan Ditutup karena Rugi Besar - Sindonews

    4 min read

    Dunia Internasional,Konflik Timur Tengah 

    Kemenangan bagi Houthi, Pelabuhan Eilat Israel Akan Ditutup karena Rugi Besar


    Kemenangan bagi Houthi,...
    Pelabuhan Eilat Israel akan ditutup hari Minggu lusa setelah gagal bayar utang. Pelabuhan ini rugi besar akibat efek serangan Houthi Yaman terhadap kapal-kapal kargo di Laut Merah. Foto/Yehuda Ben Itach/Flash90 via Times of Israel
    TEL AVIV - Pelabuhan Eilat Israel akan menghentikan operasinya mulai hari Minggu (20/7/2025) lusa karena rugi besar. Otoritas pelabuhan tersebut gagal membayar utangnya menyusul penurunan tajam pendapatan akibat rentetan serangan kelompok Houthi Yaman di Laut Merah.

    Surat kabar bisnis dan ekonomi Israel, The Calcalist, melaporkan pada hari Kamis bahwa pemerintah kota Eilat telah membekukan rekening bank pelabuhan tersebut, yang jumlahnya sekitar 10 juta shekel (USD3 juta), karena pajak yang belum dibayar.

    Surat kabar itu melaporkan bahwa Pelabuhan Eilat telah mencatat penurunan tajam pendapatan akibat rentetan serangan Houthi terhadap kapal-kapal yang terkait dengan Israel.

    Baca Juga: Houthi Kembali Serang Israel, Pelabuhan Eilat Tutup Permanen

    Otoritas Pengiriman dan Pelabuhan Israel mengatakan pada hari Rabu bahwa akibat "krisis keuangan yang dialami akibat konflik yang sedang berlangsung", Pemerintah Kota Eilat memberi tahu manajemen pelabuhan tentang penyitaan semua rekening banknya karena utang kepada pemerintah kota.

    "Akibatnya, pemberitahuan telah diterima dari Otoritas Pengiriman dan Pelabuhan yang menyatakan bahwa Pelabuhan Eilat diperkirakan akan ditutup dan menghentikan semua aktivitas mulai Minggu mendatang," kata otoritas tersebut.

    Pendapatan pelabuhan Eilat pada tahun 2024 anjlok menjadi hanya 42 juta shekel (USD12,5 juta), turun hampir 80 persen dari 212 juta shekel (USD63 juta) pada tahun 2023, setelah pengiriman dialihkan ke pelabuhan Mediterania Ashdod dan Haifa.

    Sumber di pelabuhan mengatakan kepada The Calcalist bahwa penutupan tersebut akan "melambangkan sebuah kemenangan bagi Houthi dan kerugian bagi perekonomian Israel."

    Houthi Yaman, yang juga dikenal sebagai Ansar Allah, mulai menyerang Israel dan kapal-kapal pengangkut barang yang menuju Israel di wilayah Laut Merah untuk memprotes perang brutal Israel di Gaza.

    Israel telah menewaskan sedikitnya 58.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 140.000 orang, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak sejak perang Gaza pecah 7 Oktober 2023.

    Menurut lembaga amal internasional Save the Children, diperkirakan sebanyak 21.000 anak hilang.

    Oded Forer, seorang anggota Parlemen Israel dari partai sayap kanan Yisrael Beiteinu, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa penutupan pelabuhan tersebut merupakan "tanda aib bagi pemerintah Israel".

    Menurut Forer, yang mengepalai Komite Knesset untuk Penguatan dan Pembangunan Negev dan Galilea, pemerintah tidak mampu menghilangkan ancaman terhadap rute pelayaran ke Eilat, sehingga dalam praktiknya gerbang perdagangan selatan Negara Israel tercekik.

    "Selama berbulan-bulan, kami memperingatkan tentang keruntuhan pelabuhan Eilat akibat kegagalan menghadapi ancaman Houthi," kata Forer.

    "Alih-alih bertindak tegas untuk menjaga jalur pelayaran tetap terbuka, untuk menerapkan kebijakan dukungan, pemerintah membiarkan pelabuhan runtuh secara diam-diam," ujarnya.

    "Setiap hari yang berlalu adalah kerusakan tambahan bagi pinggiran, ekonomi, dan kedaulatan," paparnya.

    Perdagangan utama yang menghasilkan keuntungan bagi pelabuhan sebelum perang adalah pembongkaran mobil baru yang tiba di Israel.

    Pada tahun 2023, sekitar 150.000 mobil dibongkar di pelabuhan, dan 134 kapal berlabuh. Pada tahun 2024, tidak ada mobil yang dibongkar, dan jumlah kapal yang berlabuh di sana turun menjadi 64, menurut data dari Kementerian Perhubungan Israel.

    Hingga Mei 2025, hanya enam kapal yang berlabuh di pelabuhan sepanjang tahun.

    Bulan lalu, pemerintah menyetujui hibah sebesar 15 juta shekel (USD4,5 juta) untuk pelabuhan tersebut guna menutupi utang yang terakumulasi sejak awal perang, karena pelabuhan tersebut ditetapkan sebagai "aset nasional yang strategis".

    Namun, sumber-sumber di pelabuhan tersebut mengatakan kepada The Calcalist bahwa pemerintah Israel belum memberikan dukungan yang memadai.

    Menurut pejabat pelabuhan, negara mengharapkan perusahaan swasta tersebut "bertahan sendiri selama satu tahun delapan bulan".

    "Mereka menghabisi kami. Ini mengerikan, ini adalah kemenangan bagi Houthi dalam perang melawan Eilat dan ekonomi Israel," kata sumber-sumber pelabuhan kepada The Calcalist.

    Akibat kerugian finansial tersebut, pejabat pelabuhan mengatakan mereka terpaksa memberhentikan banyak pekerja.

    "Kami memiliki 113 pekerja; hari ini, tersisa 47," kata ketua serikat pekerja pelabuhan bulan lalu. "Ada pekerja tanpa upah dan tanpa tunjangan pengangguran," imbuhnya.
    (mas)
    Komentar
    Additional JS