Kepala Militer Israel Pilih Gencatan Senjata Dibandingkan Lanjutkan Perang Gaza, Ini Alasannya | Republika Online
Dunia Internasional,
Kepala Militer Israel Pilih Gencatan Senjata Dibandingkan Lanjutkan Perang Gaza, Ini Alasannya | Republika Online
Hal ini terjadi ketika tentara Israel baru-baru ini menghadapi peningkatan operasi perlawanan Palestina di Gaza yang telah mengakibatkan banyak kematian dan cedera.
Hal ini juga terjadi di tengah laporan media Israel mengenai perselisihan yang semakin meningkat antara kepala staf dan perdana menteri mengenai apakah akan melanjutkan opsi militer di Gaza meskipun ada risiko dan kerugian, atau mengejar kesepakatan dengan Hamas yang mencakup pertukaran tahanan dan gencatan senjata?
Halaman 2 / 3
Babak baru negosiasi tidak langsung antara Israel dan Hamas dimulai di ibukota Qatar, Doha, dalam upaya untuk mencapai kesepakatan, setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa kesepakatan gencatan senjata dapat dicapai pekan ini.
Trump dijadwalkan bertemu Netanyahu hari ini di Gedung Putih, dan presiden Amerika Serikat tersebut sebelumnya telah mengindikasikan bahwa kesepakatan Gaza dapat diumumkan setelah pertemuan tersebut.
Pakar militer dan strategis Kolonel Hatem Karim al-Falahi percaya bahwa tentara penjajah mengalami krisis yang mendalam di Jalur Gaza, termasuk hubungan yang tegang antara militer dan kepemimpinan politik, di samping kekurangan tenaga kerja yang parah dan jatuhnya moral.
Di garis depan tantangan adalah krisis psikologis yang menghancurkan di antara para prajurit, yang dimanifestasikan dalam puluhan kasus bunuh diri dan ribuan cedera psikologis.
Belum lagi soal kekurangan peralatan yang jelas, belum lagi penolakan dari kepemimpinan militer untuk mengambil tugas tambahan seperti mendistribusikan bantuan.
Menurut data militer Israel, sejak awal agresi terhadap Gaza pada 7 Oktober 2023, 883 tentara telah terbunuh, 439 di antaranya dalam pertempuran darat di Jalur Gaza, yang dimulai pada 27 Oktober.
Data tersebut juga menunjukkan bahwa 6032 tentara telah terluka, 2.745 di antaranya dalam pertempuran darat di Jalur Gaza.
Menurut para pengamat, Israel merahasiakan sebagian besar kerugian manusia dan materialnya, melarang peredaran foto dan video, dan melarang rilis informasi kepada media tentang kerugian tersebut kecuali melalui pihak-pihak yang berada di bawah pengawasan ketatnya.
Halaman 3 / 3
Dalam konteks ini, al-Falahi percaya bahwa operasi perlawanan baru-baru ini terhadap kendaraan-kendaraan Israel menunjukkan kelemahan taktis yang jelas, terutama di Jalur Gaza utara.
Al-Falahi mendasarkan analisisnya pada insiden di mana para tentara terluka ketika sebuah rudal anti-peluru kendali ditembakkan ke sebuah kendaraan militer, yang terjadi dalam konteks peningkatan operasi militer.
Pada Sabtu (5/7/2025), Al Jazeera menerbitkan rekaman eksklusif dari dua serangan yang dilakukan oleh Brigade Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), di Khan Younis sebagai bagian dari seri "Batu Daud", di mana para prajurit terbunuh dan tank-tank serta kendaraan-kendaraan militer dihancurkan.
Rekaman itu menunjukkan ledakan kendaraan dan bentrokan dengan pasukan dari jarak dekat dan di daerah terbuka, serta pembicaraan para pejuang selama pelaksanaan serangan.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka bahkan mengetahui perusahaan tempat pasukan itu berasal dan apa yang mereka lakukan.
Israel Broadcasting Corporation (IBC) mengatakan bahwa para pejuang Palestina sekarang mengetahui pergerakan dan posisi pasukan Israel dan menyerang sesuai dengan itu.
Operasi kualitatif
Menurut penilaian al-Falahi, operasi-operasi ini menunjukkan berbagai "operasi berkualitas", baik di Jabalia, Syekh Jarrah maupun daerah-daerah lain di utara.
Dia percaya bahwa menargetkan pasukan teknik secara khusus memiliki kepentingan strategis yang besar, karena tentara Israel mengandalkan pasukan ini untuk membuat jebakan dan meledakkan rumah-rumah, selain membuka jalan dan menyingkirkan ranjau.
Dari perspektif militer, penggunaan rudal anti-peluru kendali oleh pihak perlawanan memperlihatkan kerentanan yang jelas dari kendaraan Israel, termasuk D-9, pengangkut personel dan bahkan tank, terhadap IED dan roket, menurut al-Falahi.
Al-Falahi melihat hal ini sebagai bagian dari taktik efektif perlawanan, menempatkan beban yang sangat besar pada pasukan teknik Israel.
Kombinasi dari faktor-faktor ini membuat tugas untuk mengendalikan Jalur Gaza untuk jangka waktu yang lama menjadi hampir mustahil dan mendorong tentara Israel ke arah perang gesekan yang sedang berlangsung tanpa cakrawala yang jelas untuk solusi militer, menurut analisis al-Falahi.
